#39 H-1 Ultah Beni

135 36 2
                                    

Pagi ini, bau hujan masih mendominasi indra penciuman. Semalaman hujan terus turun tanpa henti, begitu pula dengan Tuan Zakno yang semalaman begitu sibuk dengan semua pekerjaannya. Ia baru tertidur selama 3 jam dan sekarang harus kembali bekerja.

Di meja makan, Bi Yanti sudah menyiapkan sarapan untuknya dan juga Dandi yang menginap karena pekerjaannya juga. Tapi Dandi belum menunjukan eksistensinya pagi ini. Mungkin masih bersiap-siap di kamarnya.

"Tuan makan malam di rumah atau bagaimana?" tanya Bi Yanti sambil menggoda Tuan Zakno.

Tuan Zakno sudah muak dengan kelakuan Bi Yanti. Bercinta dengannya? Yang benar saja, saat itu Ricky hanya salah paham. Bi Yanti ini bermuka dua. Di depan Ricky dia akan menjadi perempuan baik-baik, tapi di depan Tuan Zakno ia tidak segan menggunakan pakaian terbuka seperti ini.

"Saya makan malam di luar."

"Oh begitu, padahal saya sudah beli bahan masakan cukup banyak."

Tidak cukup sampai disana, Bi Yanti sampai berani menggoda Tuan Zakno dengan sangat intim. Jahat-jahat begini, Tuan Zakno adalah pria yang setia. Sampai saat ini ia bahkan masih mencintai mediang istrinya.

Karena hal itu, Tuan Zakno kesal dan mendorong Bi Yanti dengan kasar sampai terjatuh.

"Selama ini saya cukup bersabar ya menghadapi kamu! Kamu pikir saya gatau apa yang kamu lakuin di belakang saya? Apa rencana kamu dan orang seperti apa kamu sebenarnya? Saya tahu! Saya kasihan sama keluarga kamu di kampung yang berharap lebih ke kamu!" akhirnya Tuan Zakno meluapkan amarahnya.

"Kamu pikir kenapa saya menawarkan rekening khusus untuk gaji kamu?! Saya mau memastikan bahwa keluarga kamu di kampung itu menerima gaji kamu juga! Tapi gara-gara kamu Ricky salah paham! Bahkan saya gak sempat untuk meluruskan kesalahpahaman nya!"

Bi Yanti hanya diam dan tidak sedikitpun memperlihatkan penyesalan. Dia seakan menunggu Tuan Zakno untuk mengusirnya dari rumah ini.

"Pergi! Mas Imbon, tolong antar jalang ini ke tempat yang seharusnya!" Mendengar itu Bi Yanti sedikit bingung. Tuan Zakno ingin membawanya kemana?

Kemudian saat Bi Yanti pergi, dia berpapasan dengan Dandi yang sejak tadi memperhatikan. Sampai di meja makan, dia tertawa kecil dengan apa yang terjadi pagi ini. Dandi berkata bahwa seharusnya sejak awal saja Bi Yanti itu pergi. Dan seharusnya juga ia melakukan hal yang sama kepada Joshua.

"Gak bisa Di, saya udah terlanjur sampai sini."

"Yahh, dan saya juga udah terlanjur ikut campur." Lalu mereka melanjutkan sarapan mereka.

"Oiya, Nindy kapan rencananya bakal balik ke Bali?" tanya Tuan Zakno

"Hari ini. Mungkin udah di pesawat sekarang."

"Loh kamu gak ikut nganterin toh? Saya bisa kasi libur loh." Namun Dandi hanya menggeleng.

Sementara itu di dalam pesawat, Nindy dan ibunya sedang asik vidio call-an bersama Shandy sebelum lepas landas. Padahal tadi Shandy juga ikut mengantarkan mereka ke bandara.

"Maaf mbak, hapenya boleh di matiin? Kita mau lepas landas," kata seorang pramugara tampan.

"Oh iya mas ganteng," kata Nindy

"Euwhh genit! Semua cowo aja gituin!" saut Shandy

"Biarin wle😝" Kemudian panggilan terputus.

Raut muka Nindy langsung berubah, kontras dengan raut muka pramugara yang di puji dirinya tampan. Harusnya dia ada bersama Shandy di masa sulit seperti ini. Tapi apa? Dia malah berakhir disini. Ia sendiri ragu apakah keputusannya ini benar atau salah.

SONBU || Zweitson UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang