#15 Bukan Bunuh Diri

198 36 5
                                    

Fauzan kembali ke sekolah adiknya itu. Bukan hanya Fiki dan Zweitson yang merasa kalau kematian Ricky bukanlah kasus bunuh diri. Dia mengamati TKP. Mulai dari atap gedung sampai seluruh isi gedung, sebelum akhirnya ke tempat dimana Ricky di temukan tak berdaya.

Luka-luka pada tubuhnya jelas menunjukan bahwa ini bukan kasus bunuh diri. Polisi juga mengira hal yang sama. Tapi setelah memastikan bahwa alibi trio Sengilhan terbukti benar, mereka menemukan jalan buntu. Jika bukan bunuh diri, tidak mungkin Ricky menjatuhkan tubuhnya sendiri. Iya kan?

Tapi anehnya, polisi tidak menemukan smartwatch di dalam tubuh Bubu. Bukannya polisi seharusnya memeriksa dengan teliti setiap barang di TKP? Siapa tahu mereka menemukan petunjuk tentang sesuatu. Dan sampai detik ini, Fauzan masih tidak menemukan semua jawaban atas pertanyaannya.

Tentang bagaimana posisi Ricky yang jika memang bunuh diri, seharusnya ada jarak 3-5 meter antara tubuhnya dengan bibir gedung. Namun, Ricky di temukan dengan jarak setidaknya lebih dari 5 meter dari bibir gedung. Itu artinya ada yang mendorongnya.

Tapi siapa? Ia tidak melihat tanda-tanda orang lain ada disana di sekitar waktu Ricky terjatuh. Trio Sengilhan memang mengakui bahwa mereka memukuli Ricky, tapi mereka betulan tidak tahu kenapa Ricky bisa berakhir terjatuh dari sana.

"Makasi ya bang udah mau di repotin," kata Fajri.

"Dia pernah selamatin hidup kamu. Abang pasti bakal pecahin misteri ini. Tapi kenapa kamu yakin banget kalau dia gak bunuh diri?"

Pertanyaan Fauzan membuat Fajri kembali ke beberapa hari yang lalu, saat ia bertanding dengan Beni. Saat itu Ricky datang memberinya selamat, lalu mereka mengobrol bersama. Ada Zweitson juga saat itu. Tapi saat Zweitson pergi ke toilet, Ricky menghela nafas panjang.

"Kenapa lo?"

"Capek sama hidup ini," katanya

"Gue yang lihat aja capek Rick. Btw maaf waktu gue lihat lo di bully mereka, gue malah pergi gitu aja. Terus waktu gue jatuh ke jurang, gue pikir lo ada rencana mau mati dan ngajak-ngajak gue. Tapi ternayata lo selamatin gue," kata Fajri

"Hahaha ada-ada aja lo Ji! Secapek apapun jalan yang gue ambil, itu jalan pilihan gue Ji. Gue harus tetep jalan walau rasanya udah kayak mayat hidup. Intinya gue gak akan mati sebelum gue sampai tujuan," katanya

Tapi nyatanya, dia mati. Sungguh tidak dapat di percaya. Saat itu Ricky mengatakannya dengan pasti dan Fajri ingat betul bagaimana sorot mata Ricky memperlihatkan sebuah tekad untuk mencapai tujuannya. Seperti... Dia akan melakukan hal nekat apapun demi sampai pada tujuannya.

"Tapi kenapa polisi tutup kasusnya dan bilang kalo Ricky bunuh diri sih bang?"

"Itu juga abang gatau. Atasan abang aneh banget, kayak ada yang di sembunyiin gitu. Jadilah abang berakhir seperti ini."

"Dipecat?!"

"Enggak, cuma di skors beberapa minggu. Mayan kan buat fokus ke kasus ini aja, walau tanpa wewenang hehehe."

"Terus bandar narkoba yang kemarin gimana? Udah ketangkep?"

"Itu... Belum. Tapi ada rumor kalau anak buahnya salah satu anak SMA Nusantara. Abang heran, kenapa polisi jaman sekarang masih percaya aja sama rumor. Bahkan ada teman abang yang jadi mimin lamtur, bayangin."

Saat menoleh ke kiri untuk melihat adiknya, Fauzan tidak menemukan keberadaan Fajri. Fajri malah meninggalkannya mengoceh sendirian dan lebih memilih untuk menghampiri temannya. "Adek laknat!"

Fajri menghampiri Zweitson yang berjalan gontai seperti tidak memiliki semangat hidup. Tidak lupa boneka Bubu dan Ruru ia peluk dengan kedua tangannya, tidak peduli dengan siswa lainnya yang menatap dirinya nelangsa. Kasihan.

SONBU || Zweitson UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang