#18 Memulai

172 36 4
                                    

Zweitson, Fiki dan Ibu Naisa sedang makan malam seperti biasa, tapi atmosfer malam itu terasa berbeda. Tak ada sosok Ricky yang kadang ikut makan malam bersama mereka. Tidak ada yang memesankan Fiki gofood lagi. Tidak ada lagi pujian terbaik dari Ricky untuk Naisa. Dan tidak ada lagi gelengan kepala Zweitson untuk setiap tingkah Ricky. Ketiganya kompak menghela nafas.

Tiba-tiba Fiki bercerita tentang program sekolah mengajar yang di adakan sekolahnya. Ia mengajukan diri untuk menjadi guru musik di sekolah Zweitson yang baru saja mengadakan ekstrakurikuler musik dan kebetulan membutuhkan tenaga pengajar.

"Yang ada lo yang di ajarin mereka Fik!" celetuk Zweitson

"Enggak anjir! Jelas-jelas gue lebih tahu-menahu tentang musik," kata Fiki

"Iya, tapi mereka lebih tempe-menempe dari pada tahu-menahu!"

"Auk ah! Lo mah iri dengki mulu sama gue. Pokoknya gue bakal jadi guru musik disana, TITIK!"

"Guru musik gak cocok Fik, lebih cocok guru musrik hhhahahaha." Malam itu Zweitson dan Naisa puas menertawakan Fiki

"Udah Son, kita dukung niat baik Fiki. Lagian gak akan ada yang nyadar dia lebih muda dari kamu. Orang badannya bongsor begini," kata Naisa

"Seharusnya aku gak berharap tinggi ke kalian berdua untuk dukung keputusan aku. Udahlah, yayang Meyeus lebih perhatian," kata Fiki melesat ke kamar untuk kembali berbucin ria dengan yayang Meyeusnya.

Keesokan harinya, benar saja Fiki mendaftar menjadi guru musik disana bersamaan dengan Zweitson yang ingin mendaftar club seni.

"Lo bisa lukis Son? Ih keren, kapan-kapan kalau ada tugas seni budaya gue minta tolong sama lo aja deh," kata Jenny

"Tidak semudah itu! Tapi kalo ada duitnya sih it's okay."

Kemudian mereka bertos ria sebelum Jenny mengambil resume milik Fiki. "Guru musik? Maaf Pak untuk melamar kerja bukan disini."

Sontak panggilan "Pak" dari Jenny membuat Zweitson tertawa ngakak. Sementara Fiki mendengus kesal dan Jenny yang kepalang bingung.

"Dia bahkan lebih muda dari gue Jen! Sepupu gue."

"Hah? Iya sih mukanya muda, tapi kenapa tinggi amat dah? Bongsor amat ni anak satu."

"Please tetap perlakukan saya dengan sopan. Saya calon guru disini."

"Masih calon! Ga usah belagu!"

Okay, sekarang Fiki menyesali keputusannya. Memang sejak awal ia tidak mau mengikuti program yang tidak masuk akal ini baginya, tapi ini satu-satunya kesempatan untuk bisa lebih dekat dengan TKP dan juga orang-orang yang terlibat dalam penyelidikannya. Fiki bahkan sudah melangkah lebih dulu mendahului Zweitson.

Beberapa saat kemudian, di saat Zweitson masih menertawakan nasib Fiki, trio Sengilhan mendorongnya dari meja registrasi hanya untuk meletakan formulirnya disana kemudian pergi begitu saja tanpa rasa bersalah.

"Lo pasti kesel banget sama mereka kan Son?" tanya Jenny

"Sampe mau gue lempar ke jupiter sumpah!"

Namun Fiki mengambil kesempatan untuk mengintip formulir trio Sengilhan yang mendaftar club musik yang akan dia ajari. Kebetulan yang sangat kebetulan, batinnya sambil tersenyum jahat ala-ala sinetron Indonesia.

"Nape lo? Saraf pipi lo kejengkang?" tanya Zweitson

"Enggak, lagi happy aja. Emang gak boleh kalo gue happy? Sewot aja lu!" katanya kemudian pergi ke ruang guru untuk melamar pekerjaan.

SONBU || Zweitson UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang