#42 Fitri Siapa?

129 42 3
                                    

Zweitson menggenggam tangan sang ibu yang terbaring lemas di ranjang UGD setelah mendapat perawatan dari dokter. Siluman lele dan antek-anteknya itu berhasil di kalahkan oleh inisiatif Fenly yang mengajak tetangga Zweitson memukuli mereka menggunakan apapun yang mereka punya di rumah.

Setelah polisi datang, mereka kabur ke berbagai arah. Zweitson berhasil menyelamatkan aset kekayaan ibunya, tapi tentang orang-orang sangar itu ia tidak tahu. Tidak peduli apakah mereka tertangkap polisi atau tidak, keselamatan ibunya yang lebih penting saat ini.

"Ibu banguunnn," lirih Zweitson

"Biarin dulu istirahat kenapa sih, Son?" saut Fenly

"Ibu gak mati kan, Fen?"

"Dokter udah bilang kalo tante Nai baik-baik aja. Lukanya juga gak terlalu dalam, jadi lo gak usah khawatir."

Lalu eksistensi Fiki hadir di balik gorden untuk melihat kondisi bibinya yang terbaring lemas. Zweitson sama sekali tidak mau menatap Fiki yang menurutnya pengecut itu. Bisa-bisanya dia hanya diam disaat-saat menegangkan seperti itu.

Tapi bukannya menyalahkan Fiki, ia malah menyalahkan dirinya sendiri. Andai dia tidak ikut ke pesta ulang tahun Beni. Andai dia juga berada di rumah saat itu, maka ibunya tidak akan berakhir disini.

"Maaf, Son." Akhirnya Fiki bersuara

"Gak guna! Besok lo balik ke Palembang!" Fiki diam, namun nampak jelas bahwa ia kurang terima dengan perlakuan Zweitson. Zweitson tidak tahu saja betapa menakutkannya ada di situasi itu dan sedekat itu dengan siluman lele.

"Kenapa?! Gak mau? Atau mau gue tendang lo sampe ke Palembang?" Zweitson mengambil ancang-ancang akan menendang bokong Fiki saat itu juga. Intinya dia tidak mau melihat wajah Fiki saat ini.

Untungnya Fenly menengahi, kalau tidak, mungkin saja Fiki saat ini benar-benar tertendang hingga ke Palembang. "Udah lo mending pulang aja, Fik."

Pulang? Pulang?! Bagaimana jika manusia lele itu tiba-tiba ada di rumah? Yang ada dia betulan jadi santapan ikan lele selama sebulan. Pulang kerumah bukanlah pilihan yang bagus untuk saat ini. Tapi tetap di rumah sakit pun dia akan tidur dimana?

"Boo!" Seseorang mengagetkan Fiki saat sedang berjalan menuju pintu keluar rumah sakit.

"Haa setannn!"

"Kurang ajar gue dikatain setan!" kata Gilang. "Eh gue denger katanya rumah lo kerampokan yaa? Padahal gue udah tobat loh, siapa lagi yang berani rampok-rampok di kawasan gue?"

"Siluman lele," kata Fiki pelan.

"Mau ikut jadi tunawisma gak sama gue?" ajak Gilang. Dia tahu masalah antara Fiki dan Zweitson dari Fenly. Justru Fenly meminta bantuannya langsung untuk menjaga Fiki karena dia akan bersama Zweitson.

"Bukannya lo tinggal bareng Fajri?"

"Udah minggat."

Tanpa berkata apapun lagi, Fiki mengikuti kemana Gilang pergi. Dia tidak berbohong saat mengatakan dirinya menjadi tuna wisma. Tama yang awalnya mengijinkan Gilang untuk tinggal bersama tiba-tiba menarik kata-katanya, entah dengan alasan apa.

Sekarang dia tinggal disini, di sebuah rumah kosong yang konon katanya berhantu. Tidak masalah hanya untuk sementara, sampai dia menemukan tempat yang bisa ia tinggali. Gilang bukannya tidak punya uang, malahan uangnya banyak sisa hasil copetnya sebelum tobat. Hanya saja dia belum menemukan tempat yang nyaman untuknya.

"Terus ini rumah angker nyaman gitu buat lo? Gak salah sih tadi gue nyebut lo setan, sehabitat rupanya," kata Fiki

"Bener kata Zweitson, lo akhlakless."

SONBU || Zweitson UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang