#28 Kepala Sekolah

161 49 7
                                    

Setelah berhasil memasang penyadap itu di ponsel Tuan Zakno, mereka kembali ke rumah. Untungnya mereka sudah selesai sebelum Hendra keluar dari toilet. Hendra hanya sedikit terkejut karena Tuan Zakno tidak ada di mejanya.

Zweitson sempat memikirkan kembali tentang sungai buatan itu. Dari yang dia lihat, sungai itu memang sungai buatan, tapi darimana airnya berasal dan akan berakhir dimana ia juga tidak tahu. Tuan Zakno menyarankan untuk mengikutinya, tapi ia tidak punya waktu untuk itu.

Katanya, Tuan Zakno akan selalu berjalan ke sumber air jika ia berhasil mencapai tujuannya dan sebaliknya jika ia gagal. Bisa di katakan sungai buatan itu adalah caranya menentukan apa yang harus dia lakukan.

Saat ia gagal dengan rencananya, ia berjalan mengikuti arus sungai yang berhenti di sebuah tempat. Lalu saat sampai disana, ia menemukan cara untuk bangkit. Kemudian saat ia berhasil, ia berjalan berlawanan arus sampai di tempat dimana awal dari arus air itu berada. Disana ia menemukan pujian dan tujuan baru.

"Jadi Om sering kesini?"

"Enggak juga. Cuma dua kali seumur hidup."

"Tapi kayaknya Om pasti sering gagal ataupun berhasil mencapai tujuan mengingat posisi Om saat ini cukup tinggi."

"Om kesini untuk tujuan yang penting aja."

"Terus dua tujuan itu tercapai?"

"Yang pertama gagal, dan yang kedua Om rasa berhasil."

Zweitson memikirkannya sangat keras. Apa tujuan itu? Apa berhubungan dengan Ricky? Seberapa penting kedua tujuan itu? Yang mana yang tercapai dan yang mana yang gagal? Otaknya bekerja berkali-kali lipat saat ini. Entah mengapa sungai itu selalu meminta untuk di pikirkan.

"Eh bocil! Dengerin kita gak sih?!" pekik Fiki

"Enak aja bocil!"

"Lagian itu lolipop udah habis berjam-jam yang lalu, masih aja lo grogotin sampe bercabang gitu batangnya!"

"Mikirin apa sih?" tanya Fenly

"Enggak."

Fiki memutar bola matanya malas. Sementara Fenly kembali memainkan gitarnya. Hari ini rumah Zweitson menjadi tempat mereka berkumpul, sambil menunggu pergerakan aneh dari ponsel Tuan Zakno. Lalu beberapa menit kemudian, laptop Fenly berbunyi.

Tuan Zakno sedang menelepon seseorang. Mereka pun mendengarkan percakapan itu dan mereka yakin siapapun pemilik nomor itu, dia adalah orang yang mereka cari.

"Udah saatnya make Gilang. Terus awasi dia, jangan sampai ngelakuin hal yang kayak kemarin ke Fajri."

"Okay! Aku bakal buat dia sibuk sampai rencana kita matang."

"Ngomong lagi! Apa kek gitu, gosipin kekeyi kek atau apa gitu please!!" Fiki gemas sendiri. Fenly belum berhasil menemukan informasi dari pemilik nomor itu. Sementara percakapannya terlihat akan berakhir.

"Oiya, gimana cara kita ngurus Tama?"

"Bagus!!" saut Fenly. Ia mendapat tambahan waktu untuk melacak semua informasinya.

Sementara itu Ruru dan Bubu menguping dari dalam kamar Fiki. Sebenarnya mereka tidak mau berada disini, tapi kamar ini tempat terbaik untuk menguping pembicaraan mereka. Mereka harus tahan dengan pemandangan yang merusak mata ini.

Mendengar nama Tama disebutkan membuat kotak ingatan Ruru dengan Tamangga terketuk. Tidak mungkin Tama yang itu kan?

Mereka tidak fokus tentang pembicaraan Tuan Zakno dan orang itu mengenai Tama. Lagipula siapa Tama bagi mereka? Nama yang harus mereka ketahuilah yang terpenting saat ini. Mereka lebih bersemangat melihat layar laptop Fenly yang memperlihatkan identitas sang penelpon sedikit demi sedikit.

SONBU || Zweitson UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang