Kantin nampak sepi, tidak seperti biasanya. Mungkin karena Shandy tidak sekolah, antek-anteknya kehilangan arah dan dengan disiplinnya berbaris di lapangan upacara bersama pelanggar tata tertib sekolah lainnya. Tanpa Shandy mereka akan kesulitan untuk bisa lolos dari jeratan Osis.
Zweitson tentu saja tidak menemukan seorang pun di tempat sepi ini. Bahkan ibu-ibu kantin belum mulai membuka warungnya. Apa dia berhalusinasi lagi? Tapi kenapa hanya Ricky? Dulu saat Bapak pergi, ia ingat saat itu bahkan ia hampir mati.
Kepergian yang tidak kita ikhlaskan kadang kala menghadirkan halusinasi bagi yang di tinggalkan. Dan kepergian Bapak adalah hal paling menyakikan seumur hidupnya dan saat itu ia benar-benar tidak ikhlas. Tapi kenapa sekali pun ia tidak pernah berhalusinasi melihat Bapak? Apa itu artinya kepergian Ricky lebih menyakitkan?
"Iya kak," kata Ruru
"Iya apanya?"
"Kemampuan yang Ruru bilang itu. Ruru bisa baca pikiran kakak." Zweitson geming. Rupanya benar makhluk ini punya kemampuan khusus.
"Mungkin kepergian Bapak dan Kak Ricky sama menyakitkannya buat Kak Soni, tapi kepergian mereka berbeda kak. Kepergian Bapak hanya meninggalkan kenangan dan tanggung jawab, sementara Kak Ricky meninggalkan rasa bersalah dan misteri. Hal itu yang buat Kak Soni lihat Kak Ricky, karena Kak Soni capek dan pengen nanya langsung ke Kak Ricky."
Zweitson tersenyum, "Kamu kalau jadi manusia kayaknya cocok jadi psikolog."
Kemudian mereka terkekeh sambil memandang tower di depan kantin yang dengan kokohnya menjulang ke atas. Kalau Ricky memang niat bunuh diri, seharusnya tower ini menjadi pilihan terbaik.
"Berarti kamu bisa baca pikiran Ricky waktu itu dong?"
"Enggak. Aneh banget padahal Ruru bisa baca semua pikiran manusia."
"Hmm... Kalo gitu aku punya misi buat Ruru," kata Zweitson tersenyum.
Akhirnya Ruru diberikan peran penting. Ruru senang walau setelah ini mungkin ia akan sering mimisan karena terlalu sering menggunakan kemampuannya. Lagi pula dia adalah makhluk abadi, walau ia belum memastikan hal itu.
"Terus Bubu punya kemampuan yang sama?" Selalu di setiap obrolan mereka, Bubu tidak pernah absen. Kenapa?
"Belum keluar kemampuannya." Karena dia harus merenggut banyak nyawa untuk dapat kemampuan itu.
Zweitson mengangguk pelan lalu kembali menghela nafas ketika di kepalanya terlintas pertanyaan, bagaimana nasib Bubu di tangan Gilang?
─o─
Saat ini Shandy sedang menunggu namanya di panggil. Wanita dengan pakaian khas pegawai kantoran itu sudah membuat jantung Shandy berdetak 2x lipat sejak berada disini. Ia bukan sedang jatuh cinta tapi dirinya akan segera memasuki medan perang. Suara merdu wanita itu saat memanggil namanya bagaikan suara Sangsakala peringatan hari kiamat. Doakan saja semoga Shandy tidak mati di dalam sana.
"Probe Abdulla, CV kamu menarik tapi─" Dandi berhenti berbicara ketika ia melihat putranya duduk di depannya.
Tuan Zakno yang berada di sebelahnya hanya bisa tersenyum dan menyuruh rekan lainnya untuk keluar. "Saya sama Dandi yang akan wawancara Pak Probe, kalian bisa wawancara yang lain di ruangan sebelah."
Setelah yang lainnya menghilang di balik pintu, Tuan Zakno menatap Shandy dengan tertawa kecil. "Kamu kalo mau cari nama palsu yang kerenan dikit kek."
"Maaf Tuan, saya sendiri yang akan mengurus Shandy," saut Dandi
"Gapapa Di, saya juga penasaran kenapa anak kamu melamar disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
SONBU || Zweitson UN1TY [END]
Fanfic[Zweitson dan Bubu] Mengingat hubungan Zweitson dan Bubu sangat manis di cerita "Bubu || UN1TY" author ingin mengangkat kisah mereka di cerita ini. Namun latar belakang Bubu di cerita ini akan berbeda dengan cerita sebelumnya. Bercerita tentang seb...