#2 Uang, Jabatan dan Kekuasaan

278 39 1
                                    

Ricky melihat jam yang melingkar pada pergelangan tangannya. Masih 30 menit lagi sebelum jam pelajaran di mulai. Ia memutuskan untuk mengililingi sekolah yang tidak terlalu luas ini. Menelusuri setiap inchi dari SMA Nusantara kecuali tempat-tempat yang sering di kunjungi oleh Shandy, Farhan dan Gilang. Ricky sering menyebutnya Tempat Terkutuk Sengilhan.

Melewati sebuah perpustakaan, firasatnya mengatakan Zweitson berada di dalam. Sebenarnya ia melihat sepatu milik Zweitson pada rak di depan perpustakaan itu. Lantas Ricky membuka sepatunya dan melangkah memasuki perpustakaan dengan mengendap-ngendap.

Senyum jahil pada wajahnya kini berubah masam ketika mendapati Zweitson sedang menangis di antara rak-rak buku itu. Ricky berjongkok menyamakan tingginya dengan Zweitson.

"Son," panggilnya

"Eh Rick, ngagetin aja."

"Lo kenapa nangis?"

"Kangen sama Bapak," kata Zweitson jujur

"Terus?" tanya Ricky yang membuat Zweitson cukup kesal

"Lah kok terus? Yo di tenangin toh koncomu iki!"

"Yo masa aku bawa Om Wijaya kesini?"

"Ga gitu juga kali Rick!"

"Ya udah nanti pulang sekolah kita ke makam Om Wijaya," saran Ricky

"Gak ah Rick, malu sama Bapak."

"Ih ngapain malu. Om Wijaya pernah bilang gini ke gue," kata Ricky membuat gesture seolah seperti Bapak Wijaya

"Jangan malu untuk menunjukan dirimu yang apa adanya. Malu lah ketika kamu menunjukan diri sebagai orang lain karena tidak percaya diri," kata Ricky

"Lo sedeket apa sama Bapak sampai punya kalimat motivasi yang gak gue tau?" tanya Zweitson cemburu

"Lo ingat waktu pertama kali gue ke runah lo? Ya saat itu Om Wijaya ngasi gue kalimat itu. Seakan dia tau saat itu gue masih menutup diri dari lo karena gamau dilihat menyedihkan sebab kesendirian yang gue alami. Tapi nyatanya, saat gue nunjukin ke lo bahwa gue sendiri dan butuh teman, akhirnya berbuah manis. Gue gak sendirian lagi berkat kehadiran lo. Coba kalau gue masih menutup diri, mungkin sekarang kita gak temenan."

Pengakuan Ricky membuat Zweitson mau untuk di ajak ke makam Bapak. Sudah cukup lama Zweitson tidak mengunjungi Bapak karena alasan malu pada dirinya yang masih juga pengecut.

Perhatian, kepada seluruh siswa SMA Nusantara harap berkumpul di lapangan upacara karena akan ada pengumuman dari kepala sekolah.

Zweitson dan Ricky langsung menuju lapangan upacara sesuai arahan dari pengurus osis. Seluruh siswa pun ikut berkumpul karena penasaran dengan pengumuman yang akan di sampaikan. Terkecuali Shandy, Farhan dan Gilang yang tampak tidak penasaran sama sekali.

Mereka asik duduk di kantin sambil menghisap beberapa nikotin yang berhasil lolos dari sidak senin lalu. Sampai seorang pengurus osis mengarahkan mereka untuk ke lapangan upacara.

"Ayo kak ke lapangan. Semua udah kumpul disana," kata Reva

"Aduh Reva sayang, mending kamu disini aja sama kita. Ngapain coba di lapangan panas-panasan? Nanti cantik kamu hilang," goda Farhan

"Eh Han! Pacar Fajri ini, sembarangan aja lo main goda!" saut Gilang

Shandy yang sedari tadi tak bersuara mulai mengusir Reva dengan menyiramkan minumannya kepada Reva. Untung saja Reva cepat menghindarinya, sehingga bajunya tidak basah dibuatnya.

"Pergi! Lo ganggu kita," kata Shandy

Reva naik pitam. Kemudian ia memanggil dua temannya, Jenny dan Nissa yang sejak tadi bersembunyi dan merekam semuanya dengan ponselnya. Sebenarnya semua anggota osis mendapatkan perlakuan buruk dari kaum nakal seperti mereka, jadi pengurus osis juga harus melakukan hal licik untuk mengurus kaum nakal ini.

SONBU || Zweitson UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang