#24 Fajri, Fauzan dan Gilang

178 41 4
                                    

Pagi-pagi sekali, tim basket dari SMA Nusantara sudah berlatih tanpa pengawasan dari pelatih mereka. Katanya ia akan terlambat karena harus mengurus anaknya untuk pergi ke sekolah. Maklumi duda malang beranak satu ini.

Fajri mendapat tugas untuk memeriksa lagi bola-bola basket yang mereka miliki. Dia berdiri di bawah ring basket─tidak tepat di bawahnya, sedikit lebih ke kiri. Dia tampak serius men-dribble satu persatu bola itu untuk memeriksa apakah mereka layak untuk dimainkan atau tidak.

Jangan khawatir soal kaki Fajri yang sempat terkilir. Kang urut andalan SMA Nusantara itu memang bisa di andalkan. Kakinya sembuh total hari ini. Bahkan Fajri rasa ia bisa lari maraton hingga ke bulan.

Sementara ia sibuk dengan bola-bola itu, lima teman lainnya bermain basket tanpa dirinya. Termasuk Beni. Beni berhasil merebut bolanya dan memasukannya ke dalam ring, dan saat itulah setetes air mengenai tangan Fajri.

"Anjir! Ini air apa sih kok agak panas gitu ya?"

"Halah lebay lo! Palingan juga kencing tokek yang lagi panas dalam," saut Beni

"Beliin adem sari aja tuh tokek!" saut teman lainnya

Malas meladeni, lebih baik Fajri diam dari pada harus mencari masalah dengan orang yang suka mencari masalah ini. Di menit berikutnya, Beni kembali berhasil merebut bola dan memasukannya ke dalam ring dengan sedikit bergelantung disana.

Namun, ia merasa aneh. "Ini ring-nya goyang ya?"

"Halah ngaco lo! Emang lo-nya aja yang gak berbakat main basket, makanya kalah sama gue. Masa ring kokoh gini di bilang goyang? Aneh!" balas Fajri

"Coba aja sendiri kalo gak percaya!"

"Ssshhhhh, ck! Kita ini setim! Awas aja kalah cuma gara-gara masalah pribadi kalian!" kata sang kapten. Air surga sukses mendarat di wajah Fajri dan Beni yang asalnya dari mulut suci sang kapten.

"Salahin aja dia yang tiba-tiba masuk tim basket!" kata Fajri sambil mengelap sisa air surga di wajahnya.

"UDAH!" Lagi, air surga itu kembali membasahi wajah mereka.

"Maaf Capt." Dari pada harus terkena semprotan air surga itu lagi, lebih baik Fajri diam dan tidak melawan.

Singkat cerita, pertandingan di mulai. Gilang sudah sangat antusias berada di tribun, bahkan ia terlihat lebih energik dari pada cheerleaders yang menyemangati masing-masing tim.

"AYO SMANTARA! YES, SPIRIT WE WILL WIN!" Gilang berteriak mengikuti irama para cheerleaders di hadapannya.

Shandy yang duduk cukup jauh di belakangnya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah temannya yang satu itu. Kadang ia berpikir apakah Gilang memiliki riwayat penyakit DID?─yang biasa Shandy sebut krisis identitas. Sumpah demi Dewa Neptunus! Bukan temen gue.

Gilang terus memperhatikan pergerakan Fajri. Ia menunggu saat-saat Fajri mencetak poin dan bergelantungan di ring sebagai bentuk celebration-nya seperti biasa. Lalu saat itu tiba, Gilang sudah siap menarik tali yang berada di antara kakinya.

Shandy yang hendak mengagetkan Gilang menyadari keanehan itu. Matanya mengikuti ujung tali yang ternyata terikat pada baut penyangga ring yang bisa Shandy pastikan dalam keadaan kendor. Dengan satu tarikan tali saja, praktis membuat ring itu terjatuh. Lalu Shandy melihat Fajri. Anak itu bisa terluka parah. Belum sempat menghentikan Gilang, tali itu sudah lebih dulu di tarik.

Gilang merekam aksinya itu dalam mode slowmotion. Ia ingin menyimpan momen memorable itu selamanya dalam otaknya, di sebuah tempat istimewah yang akan mudah ia temui suatu saat nanti. Kali ini pasti berhasil.

SONBU || Zweitson UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang