#49 Hampir Berhasil

117 30 11
                                    

Gilang memiliki rencana lain jika ia ketahuan oleh Tama. Mungkin ia harus terpaksa menyekap Tama selama beberapa hari agar rencana mereka berjalan dengan baik. Tapi ternyata hal itu tidak perlu ia lakukan karena secara tidak sadar Shandy membantu mereka.

"Bang Tama! Ngapain? Ayo buruan udah laper gue!" kata Shandy

Lantas Tama meninggalkan mobil Gilang disana. Gilang dan temannya akhirnya bisa bernafas kembali. Mendengar kedua orang itu akan makan siang membuat Gilang ikutan lapar. Seharusnya dia menyiapkan makanan juga kalau tahu tempat ini ternyata sejauh itu dari kota. Kini dia merutuki nasib perutnya yang kelaparan.

Kemudian Gilang melihat pergerakan dari jendela yang cukup jauh. Bagaikan mata elang, Gilang mengeluarkan teropongnya dan melihat Marko yang sedang menatap keluar jendela. Dia memastikan lagi bahwa benar wajah yang ia lihat saat ini adalah Marko. Saat di rasa bahwa sudah cukup yakin, dia tersenyum dan menghubungi Ricky.

"Oit!" saut Ricky

"Target di temukan, ganti."

"Baik, laporan di terima, ganti."

Lalu mereka terkekeh bersama. Kini giliran Farhan untuk menjalankan rencana tahap kedua. Setelah makan siang, ia pergi ke kantor polisi untuk melaporkan kehilangan kedua orang tuanya. Namun tentu saja polisi tidak akan langsung percaya dengan Farhan, secara laporannya sangat telat. Ini sudah lewat satu minggu dari perginya Marko dan Fitri dari rumah, jadi kenapa baru saat ini Farhan melaporkannya? Apalagi saat polisi itu melihat rekaman CCTV yang memperlihatkan rumahnya yang berantakan. Masa Farhan tidak curiga dengan kehilangan kedua orang tuanya dengan keadaan rumah seperti itu?

"Sebenarnya Mama dan Papa lagi ribut juga masalah hutang. Jadi waktu saya pulang dan lihat keadaan rumah kayak gitu, saya gak mikir kalau mereka di culik. Biasanya juga mereka kabur dan pasti balik setelah seminggu. Tapi ini udah lebih dari seminggu, makanya saya lapor."

"Terus kemana rekaman CCTV yang lain? Kenapa cuma ada yang ini?"

"Kamera CCTV di rumah saya emang suka konslet Pak, mohon maaf."

Polisi itu melihat ke arah Fauzan yang dapat tugas memeriksa CCTV di rumah Farhan. Fauzan mengangguk membenarkan pernyataan Farhan. Jika ketahuan CCTV rumah Farhan sebenarnya baik-baik saja, maka selesai sudah rencana mereka.

Karena wajah Tuan Zakno dan Dandi terpampang jelas di rekaman itu, maka surat penggeledahan dan penangkapan sangat mudah mereka dapatkan. Beberapa polisi menggrebek rumah Tuan Zakno dan Dandi. Beberapa ada yang pergi ke kantor untuk menangkap dua pria itu. Sementara Fauzan pergi ke pusat pemantauan untuk melihat CCTV jalanan, kemana Tuan Zakno membawa Marko dan Fitri pergi, meskipun sebenarnya Fauzan sudah mengetahuinya.

Sampai disana, jejak Tuan Zakno hilang di tepi hutan menuju villa itu. Gilang sudah meninggalkan beberapa petunjuk seperti kalung Fitri yang sebelumnya ia ambil dari rumah Farhan dan juga sebuah kalung jimat yang menurut kesaksian palsu Farhan selalu Marko gunakan kemana pun dia pergi. Akhirnya petunjuk-petunjuk itu menuntun mereka ke sebuah villa yang sejak kemarin Gilang pantau tanpa berpindah sedikit pun.

Marko dan Fitri di temukan disana dan dibawa langsung ke tempat yang lebih aman. Para polisi agak curiga saat melihat Marko dan Fitri yang membuka kan pintu, padahal seharusnya mereka setidaknya di ikat di suatu ruangan. Namun karena banyak pengalaman, Joshua pandai membuat situasi kembali sesuai rencana.

"Astagaaa, tenang yaa kamu pasti ketakutan banget selama ini. Bapak juga yang tenang yaa," kata Joshua memeluk mereka berdua. Marko dan Fitri jelas bingung. Saking bingungnya mereka tidak bisa berkata-kata lagi.

"Mungkin mereka tahu kalau kita akan menggrebek tempat ini, makanya mereka biarin korban yang buka pintu biar mereka sempat untuk kabur," kata Fauzan. Meskipun bawahannya itu sedikit meragukan spekulasi Fauzan, tapi mereka tidak bisa membantah karena mereka sendiri tahu betapa hebatnya Fauzan. Hari ini saja dia seperti agen FBI abal-abal.

SONBU || Zweitson UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang