#47 Terbongkar

116 34 18
                                    

Malam ini, sebuah adegan yang cukup langka terjadi. Shandy dan ayahnya makan malam berdua di rumah, satu meja, bahkan satu piring. Piring-piring di rumah mereka tidak ada yang selamat dari tangan ajaib Shandy dan Dandi. Semuanya pecah saat mereka ingin memakainya. Entah karena terjatuh atau karena Shandy yang menuangkan air tirisan mie goreng ke wastafel yang penuh dengan piring-piring kotor. Karena air tirisan mie itu masih panas, maka semua piring-piring itu pecah. Ini sebabnya Shandy menentang keras cara pembuatan mie goreng yang malah di rebus.

Dua bungkus nasi padang yang mereka beli sebelum pulang dijadikan satu ke dalam nampan, karena hanya perabotan itu yang tersisa. Habislah mereka jika Emak pulang. Mereka harus bersiap tidur di kandang Steven.

Dandi memberikan potongan ayam popnya kepada Shandy karena ia tahu Shandy menyukainya. Shandy yang masih berusaha mengunyah rendang alot dalam mulutnya tiba-tiba berhenti mengunyah. Adegan itu terlalu menyentuh hatinya.

"Kamu gak mau berhenti aja Sen?"

"Terus Bapak kapan berhenti?"

Sungguh berada satu kantor dengan anaknya sangat melelahkan bagi Dandi. Apalagi Shandy banyak mengacau hanya demi membuatnya lelah dan akhirnya menyerah padanya. Tapi ia bekerja bukan karena ingin atau harus, tapi karena janjinya kepada dirinya sendiri untuk terus bersama Rezki.

"Kamu tahu gak kenapa bisa Bapak kerja sama Tuan Zakno?"

"Kenapa?"

"Inget waktu kamu harus merelakan tamasya karena Bapak gak punya uang?"

"Iya, akhirnya aku tetep bisa ikut tamasya. Itu karena Tuan Zakno?"

Dandi tersenyum. "Iya, Bapak gak nyangka seorang gelandangan yang dulu Bapak kenal sekarang punya perusahaan sendiri."

Shandy sukses tersedak mendengarnya. Dulu Tuan Zakno gelandangan? Shandy berpikir bahwa Tuan Zakno sudah kaya sejak lahir, mengingat usia Zakno Corporation yang sudah berdiri sukses sejak tahun 48. Bagaimana bisa dulunya dia seorang gelandangan?

Lantas Dandi menceritakan masa lalunya dengan Rezkiz bahkan Dandi memberi tahu Shandy identitas aslinya. Shandy hanya bisa menganga tak percaya. Ayam pop yang ada di antara giginya pun terjatuh mendengar cerita super duper rumit yang ayahnya ceritakan.

"Jadi, kalo kamu di posisi Bapak, kamu bakal ngapain?"

Shandy jelas tidak bisa menjawab. Lantas apa dia menyerah membuat ayahnya berhenti? Tidak. Sama seperti Ricky, dia akan membuat ayahnya berhenti dengan cara apapun. Meski harus dirinya yang menggantikan sang ayah agar ayahnya bisa berhenti.

"Kamu mau Bapak berhenti?" Shandy mengangguk semangat. "Kalau gitu kamu harusnya gak ada di pihak Tuan Zakno, tapi Ricky."

Apalagi ini? Soalah tidak cukup cerita rumit itu membuat otaknya bagai tali yang kusut, kini ayahnya membuat tali itu semakin kusut hingga ia tidak bisa menemukan cara untuk membuatnya kembali lurus.

"Ricky masih hidup."

Satu kalimat yang membuat ayam pop itu jatuh untuk kedua kalinya. Rasanya Shandy ingin berhenti makan saja kalau begini. Sekarang ia tahu kenapa kita tidak boleh makan sambil berbicara.

"Kamu harusnya ada di pihak Ricky, Sen."

"Stop! Cukup! Hentikan! Bapak! Kepala Shandy mau pecah kalo gini caranya."

Lantas Shandy melesat pergi ke kamarnya. Bapak hanya tertawa puas telah menjahili anaknya yang paling jahil. Sekarang ayam pop itu hanya miliknya. Hahahaha.

─o─

Siang ini, siswa-siswi SMA Nusantara menyantap makan siangnya seperti biasa. Fajri masih absen yang kemudian di susul oleh Zweitson yang meminta ijin karena akan ada event di tempat kerjanya yang memerlukannya selama satu hari penuh. Maka saat ini di meja kantin hanya ada Fenly dengan buku-bukunya ketimbang makanan, karena setelah istirahat akan ada ulangan matematika.

SONBU || Zweitson UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang