#29 Senin dan Sebuah Mulai

149 43 5
                                    

Hari senin identik dengan upacara bendera di lapangan yang panas sambil mendengar amanat dari guru BK. Harusnya Zweitson bersyukur bisa lolos dari lapangan yang panas itu. Tapi saat Gilang menjadi alasannya berhasil keluar dari kerumunan sesak itu, Zweitson ragu apa dia akan bersyukur atau tersungkur.

Sepertinya opsi kedua yang menjadi jawabannya. Kini Zweitson tersungkur di belakang sekolah setelah tadi di seret paksa oleh Gilang.

"Mana boneka Ricky?"

"Hah?"

"Budeg atau tuli sih lo?"

Sama aja itu mah "Mana bonekanya Ricky?!"

"Buat apa?"

"Lo pikir gue gak tau lo masih punya salinan file itu?"

"File apa?"

"Gak usah sok polos. Kasi ke gue bonekanya sekarang!"

Zweitson nampak berpikir. Ini memang sesuai rencananya, tapi apakah perut Bubu akan aman setelah sampai disana? Tujuan Gilang adalah smartwatch itu bukan Bubu. Kalau pun ia beritahu smartwatch itu sudah tidak ada di dalam tubuh Bubu, apa Gilang tetap akan membawa Bubu? Itu juga tidak mungkin.

"Mana?!"

"Di kelas."

Lalu mereka berjalan menuju kelas Zweitson. Ia membuka tas birunya dan melihat Bubu & Ruru ada di dalam. Sedetik kemudian Bubu mengeluarkan sebuah note yang bertuliskan...

Gpp, gak sakit kok. Bubu juga gak akan mati semudah itu. Kak Mizone gak perlu khawatir, Bubu pasti bisa selesai-in misi ini.

Zweitson tersenyum kecut. Mereka pasti menguping tadi, padahal sudah di peringatkan untuk tidak keluar kelas. Selain itu Zweitson tak habis pikir dengan Bubu. Bahkan saat menulis pun, ia tetap salah menyebut namanya. Bersama Bubu, ia benar-benar krisis indentitas.

"Nih ambil aja biar gue gak krisis identitas lagi." Zweitson menyerahkan Bubu begitu saja, tapi hatinya jelas sangat khawatir. Gilang sedikit bingung dengan tingkah Zweitson. Tapi ia memilih untuk tidak peduli, yang penting Bubu sudah ada bersamanya.

Setelah Bubu dan Gilang hilang dari pandangannya, Zweitson jelas menunjukan kecemasan itu dengan menggigit jari dan mondar-mandir sambil memikirkan sesuatu yang tidak jelas. Di depan Bubu, ia akan berpura-pura acuh, tapi di belakang ia kepalang khawatir.

"Kak Soni tenang aja, Bubu gak akan mati kok. Kita makhluk abadi. Kayaknya," kata Ruru

"Iya aku tau dia gak akan mati, tapi itu pasti sakit. Perutnya di robek, Ru!"

"Iya, tapi kan tadi Bubu udah bilang gapapa."

"Kalau di kamus cewe, gapapa itu berarti ada apa-apa. Eh tapi Bubu cewe kan? Ah gatau! Pokoknya dia pasti kesakitan disana:("

Zweitson terus mengoceh sampai akhirnya ia melihat Nissa di ambang pintu kelas memperhatikannya sejak tadi. Dia bertugas untuk berkeliling dan mencari siswa yang tidak mau mengikuti upacara. Dan dia menemukan Zweitson dikelas.

Zweitson menengok ke arah Ruru yang sudah berubah wujud menjadi boneka. Ia bernafas lega karena tidak harus menjelaskan hal fana itu pada Nissa.

"Gue lagi sakit, makanya gak ikut upacara." Tidak ada jawaban dari Nissa. "Serius gue sakit. Kalo gak percaya, cek aja," kata Zweitson mendekati Nissa.

Nissa menghentikannya, ia tidak mau dekat-dekat dengan Zweitson setelah melihatnya berbicara sendiri.

"Iya gue percaya kok lo pasti sakit. Hooh lo sakit, hehe sakit jiwa," kata Nissa dengan senyum kikuk kemudian pergi meninggalkan Zweitson.

SONBU || Zweitson UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang