#25 Ngeprank Malaikat Maut

177 38 10
                                    

Ricky.

Zweitson melihat Ricky disana. Alih-alih fokus pada air keras yang mengenai bola basket dan Fajri yang kembali lolos dari maut, Zweitson fokus pada siswa yang berdiri tak jauh di belakang Fajri. Keberadaannya memang cukup jauh untuk di pastikan, tapi hati Zweitson berkata itu memang Ricky.

Zweitson berusaha mengejar siswa itu. Fajri yang melihat kang urutnya berlari ke arahnya, hendak mengatakan bahwa kakinya baik-baik saja. Tapi belum sempat kata itu terucap, ia akhirnya tahu bahwa tujuan Zweitson bukanlah dirinya, melainkan sesuatu di belakangnya. Fenly dan Fiki yang menyusul di belakang juga merasa aneh dengan tindakan Zweitson. Tapi mereka memilih untuk abai karena khawatir pada Fajri.

Zweitson terus mengikuti siswa itu sampai ke belakang gedung. Ia mengerahkan lebih banyak tenaga untuk berlari menyusul siswa itu. Jika ia mengikuti lomba lari, mungkin sudah terlihat jelas bahwa dialah pemenangnya. Tapi sayangnya ini bukan ajang lomba lari. Ia sibuk mengejar sesuatu yang tidak pasti.

Sampai di sebuah jalan buntu. Ia yakin melihat siswa itu berbelok ke arah sini. Tapi kemana ia bisa pergi? Saat matanya sibuk mencari keberadaan siswa dengan hoodie berwarna biru gelap itu, ia teringat pada Fajri. Mungkin siswa itulah yang menyelamatkan Fajri tadi, lalu ia kembali ke dalam gedung.

"Fajri! Jelasin ke gue kronologi kejadiannya!" kata Zweitson begitu sampai. Nafasnya tersengal karena ia harus kembali berlari saat mendapati tempat yang tadinya ramai bukan main mendadak sepi. Hanya ada petugas polisi dan Fauzan yang menyelidiki kejadian itu. Dan disini lah ke-3 temannya berada. UKS.

"Tenang dulu, nafas yang bener, baru ngomong! Lo tadi lari kemana sih?!" tanya Fiki

"Siapa yang selamatin lo tadi, Ji?" tanya Zweitson

"Yeu, gue-nya di kacangin!"

"Gurih gak Pak?" tanya Fenly sambil menahan tawanya.

"Gatau Son, kejadiannya cepat banget. Gue aja masih shock," jawab Fajri

"Please, usaha buat nginget!" pinta Zweitson

"Emang kenapa sih? Lo kejar siapa tadi?" tanya Fenly

"Ricky." Satu jawaban yang sukses membuat 3 kepala itu menoleh pada Zweitson.

Siapa yang akan percaya? Jelas-jelas mereka melihat sendiri bagaimana Ricky di kuburkan. Terlebih Zweitson yang jelas-jelas melihat Ricky jatuh di depan matanya. Dari pada ke-3 temannya, seharusnya dia yang paling tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Tapi entah kenapa ia merasa yakin.

"Son, sadar! Ricky udah gak ada!" Fiki sudah jengah melihat Zweitson yang sepertinya belum merelakan Ricky.

"Tapi gue yakin itu Ricky!"

"Gak mungkin!" sangkal Fenly

"Terus kenapa dia kabur pas gue panggil?"

"Terus kalo emang itu Ricky, kenapa juga dia harus kabur pas lo panggil? Niat memalsukan kematian? Untuk apa? Untuk balas dendam ke trio Sengilhan? Atau dia berusaha kabur dari bokapnya? Yang mana menurut lo alasannya?" kata Fenly

Zweitson menangis. Fakta bahwa Ricky tidak akan melakukan hal itu membuyarkan segalanya. Dia bukan Ricky.

"Mungkin gak sih itu orang bayaran Gilang?" tanya Fiki

"Maksudnya?" Mereka lupa ada Fajri disana.

"Guru kita rupanya tidak cukup pintar," kata Fenly dengan muka datarnya.

Terpaksa mereka memberi tahu Fajri. Mau bagaimana pun, kasus ini berhubungan dengan dirinya dan kakaknya. Tapi alih-alih kaget dan tak percaya, Fajri tidak menunjukan ekspresi apapun. Sepertinya hal ini sudah biasa untuknya. Lalu Fajri pun bercerita kepada mereka tentang pengalamannya di culik.

SONBU || Zweitson UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang