8. HARI DUA RASA

4.1K 460 9
                                    

Hari dua rasa. Rasa bahagia dan sesak.

*****

Bulan berjalan menyusuri taman sembari bersenandung ria, sorot mata teduh dengan bola mata berwarna coklatnya itu tampak sangat membuatnya cantik saat melihat senja dari arah barat. Beberapa hari terakhir ini, hari-harinya terasa lebih berwarna karena Bintang lebih banyak waktu dengannya. Tentu ia sangat senang karena hal itu.

"Kamu tau? Aku adalah orang yang paling bahagia di saat kita bisa mengulang hal seperti ini," ujarnya pelan, namun masih dapat terdengar oleh seseorang yang kini tengah berada di belakangnya.

"Kamu senang, La?"

"Sangat," bahkan lebih dari senang.

"Kalau begitu, aku ikut senang kalau kamu senang,"

"Hmm, berarti kamu nggak senang saat kita mengulang kenangan lama ini?" Bulan berbalik badan, berjalan mundur, gadis itu menatap mata hitam legam yang kini juga tengah menatapnya.

"Aku senang, La. Tapi aku lebih senang saat kamu merasa senang,"

"Bahagia maksud kamu?"

"Iya, La, kamu kok banyak tanya, sih? Mau aku lempar ke sungai Amazon, nih?"

"Ih, Bintang! Kamu memang nggak pernah bisa diajak serius, ya!"

"Baperan banget, sih, awas tuh jatuh, jalan kok mundur, udah kaya undur-undur aja,"

"Kan biar bisa liat kamu, kamu terlihat bahagia ya kali ini," Bintang mencubit gemas pipi gadis itu. "Aku bahagia karena liat kamu bahagia, La,"

"Hmm, bukannya lebih bahagia sama pacar, ya?"

"Ah, kalau itu beda lagi," Bulan mengerucutkan bibirnya. "Kayanya aku mau es krim, deh, kamu mau traktir aku gak? Aku lagi bokek nih,"

Bintang menyentil dahi gadis itu. "Bilang aja mau ditraktir, pake alasan lagi bokek segala,"

"Itu kamu tau!"

"Gue traktir, tapi jangan banyak-banyak."

"Iya-iya! Ayo! Aku udah nggak sabar, nih!" Bulan berlari menghampiri kedai es krim yang ada di sana. Bibir Bintang tertarik ke atas, sifat manja Bulan terkadang membuatnya menyukai hal itu.

Bulan menyendokkan es krim itu ke mulutnya, bibirnya terus saja mengeluarkan suara khas orang ketika sangat menikmati suatu makanan. Es krim vanila memang sudah menjadi favoritnya sejak lama.

"Kamu harus cobain punya aku," ujarnya kepada Bintang yang baru saja selesai membayar.

"Masih enak es krim stroberi," jawab Bintang sambil melahap es krim rasa stroberi miliknya.

"Dih, masih enak ini lah. Es krim vanila itu nggak ada tandingannya,"

"Masih enak ini, es krim stroberi nggak ada duanya," balas Bintang tak mau kalah.

"Memangnya kamu? Yang selalu duain perempuan di setiap saat?" Bulan terkekeh pelan walau dengan sedikit rasa sesak yang selalu menghantam rongga dadanya.

"Itu kan beda lagi, La. It's just for fun,"

"Iya iya, terserah kamu deh," Bulan memutar bola matanya malas. Saat itu juga, Bintang dengan iseng mencolekkan es krimnya ke hidung Bulan.

"Bintang!" sebelum Bulan membalas perbuatannya, Bintang sudah lebih dulu berlari dari kedai itu. Laki-laki itu tampak tertawa saat melihat raut wajah kesal milik Bulan.

"Jangan lari, Bintang!" teriak Bulan.

"Kejar dong kalau bisa!"

"Eh, Bintang! Wajah kamu kok ada hitam-hitamnya, sih? Kamu abis cium apa?!" teriak Bulan, saat itu juga Bintang menghentikan lariannya. Laki-laki itu mengusap-usap wajahnya, mencoba menghilangkan warna hitam itu.

Antara Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang