14. BERSAMAMU

3K 331 3
                                    

Tidak ada yang baru, aku masih mencintaimu. Dan, hanya kamu.

–Bulan Tara Agistira.

*****

"Bulan berangkat ya, Ma, Pa," Bulan menyalimi tangan Dandi dan Elina bergantian, disusul dengan Bintang.

"Pulang sekolah nanti ke sini lagi, ya, Kak Bulan!" ujar Alami antusias. Bulan mengangguk. "Siap Bu bos!" Bintang terkekeh pelan, lalu merangkul gadis itu, berjalan menuju pekarangan rumah.

Saat Bintang mengambil motor di bagasi, Bulan berjalan lebih dulu menuju pintu gerbang untuk membukanya. Setelah motor milik Bintang sudah ke luar, Bulan kembali menutup pintu gerbangnya lalu naik pada motor milik Bintang yang sudah siap berjalan.

"Pegangan," sahut Bintang dari depan.

"Udah, nih, ayo jalan!" Bintang lantas mengangguk lalu mulai menarik pedal gas motornya.

Langit yang menampakkan warna cerahnya kali ini sangat mewakili perasaan Bulan, gadis itu merasa bahagia sejak Bintang mengajaknya pulang bersama kemarin. Rasanya seperti ada setitik rasa bahagia saat Bintang memperlakukannya seperti ini. Ia merasa lebih dekat dengan laki-laki itu.

Senyumannya yang tak luput sedari tadi itu kini disadari oleh Bintang. "Senyum-senyum sendiri lo,"

"Sok tau," sahut Bulan dari belakang.

"Gue nggak buta buat liat lo dari pantulan kaca spion di sini," Bulan lantas menghela nafas pelan. "Jadi, kalau aku senyum-senyum sendiri memangnya salah, ya?"

"Ya bukan salah, sih. Lebih tepatnya, lo keliatan kaya orang gila," Bulan lantas memukul punggung laki-laki itu pelan. "Jadi, menurut kamu, aku kaya orang gila?"

"Ya nggak gitu," Bulan memutar bola matanya sebal. Bintang memang menyebalkan!

Saat motor Bintang sampai di parkiran SMA CAKRAWALA, Bulan lantas turun dan langsung memberikan helm kepada Bintang dengan wajah masamnya. Bintang yang menyadari hal itupun lantas hanya menggelengkan kepala, dasar lebay, pikirnya.

"Kenapa? Tadi lo senyum-senyum sendiri, sekarang cemberut," tanya Bintang.

"Karena aku orang gila." Bintang mengernyit heran. "Kata siapa?"

"Nggak tau." jawab Bulan tanpa menatap wajah Bintang. Bintang lantas merangkul pundak gadis itu lalu berjalan menuju kelas. "Lo nggak kaya orang gila. Lo terlalu cantik untuk seperti orang gila,"

Bulan melepaskannya rangkulan laki-laki itu lalu berdecak pelan. "Nggak usah ngomongin orang gila, deh," laki-laki itu kembali mengernyit. "Memangnya kenapa?"

"Nggak tau."

"La," panggil Bintang, lantas membuat Bulan menatapnya. "Apa?"

"Lo sensitif banget hari ini. Lagi dapet?"

"Nggak."

Bintang menghela napas panjang. Lalu tubuh tegapnya menghadang langkah Bulan tepat di koridor. "Nggak usah pake kode-kodean, gue nggak ngerti kamus cewek. Mending lo to the point aja, biar gue juga nggak mikir," Bulan bersedekap dada sambil menatap Bintang sebal. "Kamu hanya nggak ngerti aku."

"La," Bulan lantas berjalan melintas ke sisi yang tidak terhalangi oleh laki-laki itu.

"Bulan," masih tak ada sahutan.

"Susu kotaknya mau berapa kotak, mbak?" ucapannya kini berhasil membuat langkah Bulan berhenti, gadis itu berbalik menatap Bintang yang berdiri di belakangnya.

Antara Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang