33. TITIK TERAKHIR

5.8K 501 125
                                    

Semenjak kaki kita terhenti, ingatanku hilang dalam sajak yang tak terungkap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semenjak kaki kita terhenti, ingatanku hilang dalam sajak yang tak terungkap. Maaf aku lupa, ternyata aku bukan siapa-siapa.

*****

Tiga hari berlalu, hari ini Bulan sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Beberapa perban yang melilit di tubuh Bulan juga sudah dilepas. Selama tiga hari, Elina yang selalu menjaganya tanpa terlewat sedikitpun.

Tiga hari berlalu dan semuanya berjalan dengan lancar. Risa dan Arta sama sekali tak pernah curiga dan percaya saja apa yang dikatakan Bulan kalau ia baik-baik saja. Awalnya, Elina sama dengan Bintang untuk tidak menyembunyikan hal ini kepada orangtua Bulan, tapi atas permohonan dari Bulan, mereka berdua hanya bisa pasrah dengan keputusan Bulan sendiri.

Minggu depan Bulan baru bisa diperbolehkan masuk sekolah, sementara itu, ia akan dirawat mandiri di rumah oleh Bi Irna. Pagi-pagi tadi Tanisa juga datang ke rumah sakit, cewek itu berkata jika akan menginap di rumah Bulan nanti malam. Bulan hanya bisa mengiyakan, kalian tau sendiri segimana keras kepalanya Tanisa.

Tepat setelah Bintang pulang sekolah, Elina pamit, Bintang sengaja pergi ke rumah Bulan untuk menjemput Elina setelah menjemput Alami di sekolah.

"Mama pulang dulu, ya," kata Elina pada Bulan yang saat itu tengah duduk di sofa ruang tamu, didampingi oleh Bi Irna.

"Iya, Ma, makasih ya, jadi ngerepotin," ujar Bulan sambil menyalami tangan Elina.

"Nggak kok, Mama sama sekali gak merasa direpotin,"

"Kak Bulan cepat sembuh, ya," Bulan mengacak rambut Alami gemas sambil mengangguk pelan. "Aamiin, makasih ya,"

"Ya sudah, kita pamit ya, assalamualaikum," tambah Elina.

"Waalaikumsalam,"

Setelah itu, Elina pun pergi dari sana, diekori dengan Bintang dan Alami dari belakang.

"Ayo Non, kita ke kamar lagi," ajak Bi Irna lalu memapah Bulan dengan sangat hati-hati.

***

Malam ini, ditemani dengan hembusan angin malam yang masuk dari celah jendela, Elina memandangi sebuah bingkai foto yang di dalamnya terdapat keluarga Bagaskara yang terlihat harmonis. Wanita itu tersenyum, pikirannya mulai berkelana.

10 menit Elina memandangi bingkai foto itu dengan sendu. Jam menunjukkan pukul 8 malam, Alami pasti sudah tidur di kamarnya. Tepat saat itu, suara seseorang yang membuka pintu utama di lantai bawah terdengar dalam indera Elina.

Antara Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang