Weekend ini, Bulan, Risa dan Arta ada janji untuk mengunjungi rumah keluarga Bintang. Mereka di sana akan mengadakan bakar-bakar dan makan malam.
Seperti saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Risa dan Arta tampak sudah siap, mereka tinggal menunggu Bulan yang masih berada di dalam kamar.
"Mas," panggil Risa, yang dipanggil pun menoleh.
"Kenapa?" Arta mengangkat sebelah alisnya. "Penampilan kamu bagus, selalu cantik,"
Risa memutar mata malas mendengar pujian dari suaminya itu. "Bukan itu,"
"Terus apa dong?"
"Ah nggak jadi deh, keburu males," Arta yang mendengar itu hanya menghela napas pelan.
"Mau ngomong apa?" tanya Arta lagi.
Risa yang mendengar itu kembali menatap Arta. "Mas, kamu khawatir gak sih sama Bulan?"
Arta mengernyitkan dahi. "Khawatir apa maksud kamu?"
"Ya dia kan selalu kita tinggal di sini, jauh dari jangkauan kita. Aku jadi kepikiran, apa keseharian dia baik-baik aja gitu?"
Arta terdiam sejenak, lalu kembali bersuara. "Kalau itu kenyataannya, Bintang pasti ngasih tau kita. Kan yang ngawasin Bulan selama ini Bintang," Arta mengusap punggung Risa untuk menenangkan.
"Jangan terlalu dipikirin, Ayah percaya sama Bintang,"
"Iya, aku hanya gelisah aja akhir-akhir ini. Aku ngerasa gak sanggup buat ninggalin Bulan lagi bulan depan. Apa ... rencana kita buat ajak Bulan ikut ke Singapur percepat aja?" Risa menatap Arta memohon. Arta yang ditatap seperti itu langsung menggeleng pelan.
"Kita gak bisa ambil keputusan sebelah pihak, kita tunggu Bulan mau aja. Kasian Bulan kalau nyetujuin hal ini karena terpaksa,"
"Iya sih," Risa memijat pelipisnya pelan.
"Gak usah dipikirin, sekarang kita kan mau senang-senang."
Di tangga, Bulan terlihat sedang berjalan tergesa menghampiri kedua orangtuanya. Risa dan Arta yang menyadari hal itu pun berdiri dari duduknya.
"Lama banget kamu, La," ucap Arta. Bulan hanya tersenyum lebar mendengar itu.
"Maaf Yah, tadi Bulan ketiduran bentar," ujarnya.
"Kamu masih sempat-sempatnya tidur?" Arta menggeleng-gelengkan kepalanya, membuat Bulan menggaruk tengkuk.
"Bi," panggil Risa pada Bi Irna, yang dipanggil langsung berjalan tergesa menuju ruang tamu.
"Iya Bu, ada apa?"
"Nanti tolong tutup pintu gerbang kalau kita udah pergi, ya?"
Bi Irna mengangguk. "Baik Bu,"
"Ya udah, kita berangkat dulu ya Bi," Risa merangkul pundak Bulan lalu berjalan ke luar menuju mobil yang sudah terparkir di halaman rumah, diikuti oleh Arta. Mobil yang ditumpangi mereka pun melaju dari pekarangan rumah.
***
Malam itu, keluarga Bagaskara tengah mempersiapkan perlengkapan makan malam dan acara bakar-bakar bersama keluarga Tara. Hal itu tentu membuat Alami senang.
"Aku udah nggak sabar banget bakar-bakar sama Bunda Risa, Ayah Arta dan tentunya sama Kak Bulan!" ucap Alami, sorot matanya memancarkan binar terang.
Bintang yang mendengar itu mendengus pelan. "Palingan kerjaan lo ngacauin acara ini."
Alami yang mendengar itu menatap sinis ke arah Bintang. "Apa sih, Kak? Kakak gak diajak, ya."
"Apa sih kalian ini?" tanya Dandi sambil menggelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Bulan dan Bintang
Teen FictionSUDAH TAMAT DAN PART MASIH LENGKAP. Mencintaimu adalah patah hati yang di rencanakan. Seperti yang dikatakan banyak khalayak orang. Tidak mungkin jika di dalam persahabatan berbeda gender salah satunya tidak memiliki perasaan suka. Ini tentang seora...