38. DIA

6.9K 575 28
                                    

Satu minggu berlalu setelah pertemuan yang tak diinginkan antara Bulan dan Bintang.

Bulan merasa bahwa kini hari-harinya sudah berjalan seperti semula kembali. Pikirannya mulai membaik tak seperti hari-hari sebelumnya yang selalu merasa terintimidasi oleh hawa sekitar.

Sore ini setelah pulang dari kampus Bulan memutuskan pergi ke taman untuk melepas penat.

Sesampainya di taman, Bulan memilih bangku di dekat air mancur yang ada di sana.

Sore ini langit di atas sana tiba-tiba mendung dan tanpa diduga rintik hujan mulai menetes dari atas sana.

Bulan mendengus pelan, padahal baru 15 menit ia duduk di sana. Lantas gadis itu segera berlari kecil menuju halte yang ada di dekat taman.

Orang-orang yang ada di taman pun segera berlarian mencari tempat untuk berteduh.

Bulan bernapas lega, untungnya ia kebagian tempat berteduh di halte itu. Walau berdiri, setidaknya ia tidak terkena air hujan.

Setelah sekitar 10 menit berdiri di sana, rintik hujan mulai mereda. Orang-orang yang sedang berteduh di sana mulai berlarian pergi meninggalkan halte, ada yang menaiki bus untuk pulang dan ada yang pergi sekehendaknya sendiri.

Kini di halte itu menyisakan Bulan yang tengah kedinginan. Gadis itu menggosokkan kedua telapak tangannya lalu menempelkannya ke pipi.

Bus yang searah dengan apartemen Bulan sampai sekarang belum datang. Hal itu tentu membuatnya sedikit sebal.

5 menit berlalu, merasa sudah bosan, Bulan lantas memberanikan diri untuk berlari menuju mini market untuk membeli payung. Walau hujan sudah mereda, tapi tetap saja jika terlalu lama di bawah guyuran hujan tubuhnya pasti basah.

Baru saja kakinya melangkah ke luar dari area halte, kini Bulan dapat merasakan sebuah payung sudah meneduhinya dari rintik hujan.

Ia lantas mendongak, di atasnya terdapat sebuah payung berwarna biru.

"Jangan suka menerobos ke jalanan saat hujan sedang turun."

Beberapa detik Bulan termenung setelah mendengar suara itu. Detik selanjutnya Bulan segera mengalihkan atensi untuk menatap orang di hadapannya.

Seperkian detik selanjutnya tubuh yang ada di hadapannya saat itu kini mundur beberapa langkah akibat dorongan dari Bulan.

"Kamu—"

"Kenapa, La? Apa aku sebegitu menyeramkannya di mata kamu?"

Bulan menggeleng tidak percaya.

Bintang meraih tangan Bulan namun dengan cepat gadis itu memundurkan tubuhnya.

"Kamu datang ke sini hanya untuk menebus rasa bersalahmu dan bukan untuk meminta maaf, kan?!"

"Aku tidak butuh perasaan bersalahmu dan tolong pergi dari sini!"

"Nggak! Bukan itu tujuan aku!" Bintang menyela.

"Bullshit!" Bulan kembali mendorong tubuh Bintang dan ia segera bergegas dari sana.

Namun Bintang dapat menahan pergelangannya kembali. Kini keduanya terkena guyuran sang hujan. Payung yang sedari tadi di bawa Bintang pun sudah hilang entah ke mana saat laki-laki itu pergi mengejar langkah Bulan.

"Lepas!" Bulan menghempaskan tangannya.

"Kenapa, La?"

"Kenapa?" laki-laki itu menyiratkan tatapan penuh luka di dalam matanya.

"Kenapa? Kamu bilang kenapa?"

Bulan menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Kamu bilang kenapa setelah apa yang kamu perbuat selama ini?" Bulan terkekeh geli.

Antara Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang