"Oh ya, rok lo belum gue potong, La," Anya tersenyum dengan mata berbinar. Bulan semakin menggeleng keras sambil terus menangis dengan tangan menghalangi roknya agar Anya tak bisa merobek itu.
Srek
Berhasil, rok itu berhasil robek setengah ke atas. Bulan yang melihat itu mencoba kembali mengumpulkan kesadaran agar sekelilingnya berhenti berputar, setelah itu ia mendorong Anya hingga terjatuh ke belakang.
"Lo-" kalimat itu menggantung begitu saja saat Anya mendengar seseorang dari kejauhan sana yang sedang menuruni tangga di samping toilet. Tanpa menunggu lama lagi, gadis itu segera berlari ke luar dari sana sebelum seseorang itu melihatnya.
Bulan yang melihat itu kembali akan membuka suara, namun sepertinya hal itu tak terjadi saat kepalanya sudah tak bisa lagi mendapat kesadaran.
Sedangkan di sisi lain, seseorang yang baru saja masuk ke dalam toilet dan mendapati pintu bilik toilet yang terbuka itu mulai mendekat untuk melihat ke dalam.
Gadis itu berteriak refleks dan berlarian ke luar setelah melihat seseorang yang sudah dibanjiri darah itu.
***
"La ...." lirih seseorang yang kini sudah berada di samping Bulan setelah beberapa jam Bulan tak kembali sadar.
Tanisa memegangi tangan Bulan dengan tubuh gadis itu yang dipenuhi dengan perban. "La, ayo bangun La,"
"Ceritain ke gue siapa yang udah ngelakuin hal ini ke lo," Tanisa menitikkan air matanya saat melihat wajah damai milik Bulan yang sedang tak sadarkan diri itu.
Tadi saat seseorang mengetahui keadaan Bulan yang sudah bersimbah darah di dalam toilet, Bulan langsung dibawa ke rumah sakit terdekat oleh mobil guru yang ada di SMA Cakrawala. Tak banyak yang mengetahui kejadian ini karna kebetulan siswa-siswi sedang berada di dalam kelas.
"Bunda ...." lirih Bulan, membuat Tanisa langsung mengangkat kepala menatap Bulan.
"Bulan, lo udah sadar?!" saat itu juga, Tanisa langsung menekam tombol nurse call.
***
Bulan menatap Tanisa setelah dokter selesai memeriksanya dan pergi ke luar ruangan serba putih itu.
"Siapa yang udah bikin lo kaya gini sih, La?" tanya Tanisa khawatir.
"Tan,"
"Kamu janji ya jangan kasih tau soal ini ke Ayah dan Bunda?"
"La, gimana gue gak bisa bilang sedangkan keadaan lo aja separah ini???" Tanisa menggelengkan kepalanya tak mengerti.
"Tan, aku takut Ayah dan Bunda di sana khawatirin aku, gak konsen sama pekerjaannya,"
"Kamu ngerti kan maksud aku? Aku bisa ceritain semuanya kalau aku udah membaik," sambung Bulan.
"Menurut lo, gue akan percaya kalau lo bakal ngelakuin hal itu?" Tanisa menggeleng. "Nggak, La. Gue sama sekali gak akan percaya. Lo tetaplah lo. Penipu terhebat yang pernah gue kenal. Mau sampai kapan lagi sih, La? Sampai lo sadar kalau lo itu gak pernah mungkin dapetin semua hal yang udah gak mungkin lagi lo dapetin? Berawal dari perjuangan lo dapetin Bintang dan sampai sekarang lo sampai kaya gini?"
"Lo bahkan lebih mentingin diri orang lain dibanding diri lo sendiri, La. Lo harus beranjak, La. Lo harus! Lo harus bisa!"
"Aku lagi berusaha, Tan,"
"Berusaha? Berusaha yang lo maksud itu apa? Apa hasilnya, La? Masih lo kan yang ngerasain sakit?"
"Kasih aku waktu sebentar, Tan," Bulan menatap Tanisa merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Bulan dan Bintang
Teen FictionSUDAH TAMAT DAN PART MASIH LENGKAP. Mencintaimu adalah patah hati yang di rencanakan. Seperti yang dikatakan banyak khalayak orang. Tidak mungkin jika di dalam persahabatan berbeda gender salah satunya tidak memiliki perasaan suka. Ini tentang seora...