10. BERSALAH

4.2K 458 6
                                    

Malam itu, Bulan diam di depan meja rias yang ada di kamarnya. Penampilannya yang terlihat acak-acakan membuat dirinya sudah seperti orang gila saja. Gadis itu menyisir rambutnya dengan pelan, matanya yang sembab membuat ia terlihat seperti zombie yang akan siap menerkam siapa saja yang terlihat di depannya.

Bulan kembali menghelakan nafasnya kasar saat mengingat hal tadi, saat ia bertengkar dengan Bintang, lebih tepatnya. Ia sedikit menyesali perbuatannya, apa itu terlalu berlebihan bagi Bintang? Tapi jika kembali dipikir-pikir, Bintang berhak mendapatkan semua lontaran kalimat pedas itu.

"Non, Bibi boleh masuk?" Bulan menatap pintu kamarnya setelah mendengar suara itu. Gadis itu menghela nafas pelan, "Masuk, Bi," setelahnya di ambang pintu terdapat Bi Irna yang tengah membawa nampan makan malam, namun di sana tidak hanya terdapat air putih dan piring berisi makan malam, namun juga terdapat satu kotak susu full cream.

"Dimakan ya, Non," Bi Irna tersenyum sambil menyimpan nampan itu di nakas milik Bulan. Wanita paruh baya itu terdiam sebentar menatap Bulan, "Susu kotak itu titipan dari den Bintang, katanya kalau udah makannya, Non harus balas pesan dari den Bintang," Bulan terdiam sebentar, gadis itu lalu mengangguk.

"Jangan lama-lama bertengkarnya ya, Non? Bibi nggak enak liatnya," setelah mengatakan itu, Bi Irna kembali keluar dan menutup pintunya.

Bulan menatap makan malamnya yang ada di nakas, gadis itu menghela nafas lalu beranjak mengambil nampan itu. Ia mengambil susu kotak itu lalu mengernyit saat mendapati sebuah sticky note yang menempel di sana.

Maaf dan, maaf.

Hanya 3 kata itu yang tertulis di sticky note berwarna biru itu. Bulan meremasnya kuat, pertahanannya runtuh begitu saja. Sial, rasa sesak itu kembali memenuhi rongga dadanya.

"Bintang, kenapa kamu senaif ini kepadaku?" Bulan meminum air putihnya lalu beranjak mengambil handphone yang tengah di-charger.

Sudah ada beberapa panggilan tak terjawab dan puluhan pesan yang dikirimkan laki-laki itu.

Satu notifikasi baru yang dikirim oleh Bintang seketika langsung mengalihkan perhatiannya, Bulan membaca pesan itu tanpa membuka room chat-nya dengan Bintang.

Bintang: Liat ke gerbang rumah

Kakinya terangkat melangkah menuju jendela kamar dan membuka tirai yang sudah tertutup. Di gerbang sana, terdapat Bintang yang tengah duduk di motornya sambil menatap ke arah balkon kamar Bulan. Laki-laki itu tampak melambaikan tangannya kepada Bulan.

Bintang: Udah, aku udah lega liat kamu udah membaik. Makan malamnya di makan, ya? Kalau udah makan, tidur, jangan begadang.

Bulan meremas ponselnya saat membaca pesan baru yang dikirimkan Bintang, tak ingin membalas, Bulan langsung menekan tombol power sehingga ponselnya kembali mati.

Sedangkan di luar sana, Bintang mulai menghidupkan mesin motornya lalu pergi dari sana. Saat itu juga, tubuh Bulan terjatuh di atas lantai, banyak penyesalan yang menimpa hati dan pikirannya, apa ia terlalu keterlaluan? Tapi jika dipikir kembali, keterlaluan mana dengan Bintang yang sudah puluhan kali menyakitinya tanpa sengaja?

"Maaf Bintang, aku hanya ingin kamu sadar, sadar bahwa semua yang kamu lakukan adalah sakit buat aku," Bulan memegangi dadanya yang kian sakit seakan ditusuk oleh ribuan pedang. Malam itu, Bulan kembali pada rasa sakit abadinya, rasa sakit yang ia buat sendiri untuk mematahkan hati dirinya sendiri.

Antara Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang