16. ANEH

2.8K 364 4
                                    

Bulan memandangi air kolam berenang yang tengah tenang di depannya. Pagi ini gadis itu sama sekali belum mandi dan malah berdiam diri di kolam renang yang ada di rumah Bintang.

Sedikit mencelupkan satu kaki kanannya ke dalam air, gadis itu mendesis pelan saat merasakan air yang begitu dingin. Walau begitu, ia tetap menenggelamkan kedua kakinya lalu mulai diayunkan dengan ritme pelan. Sejuk, hanya itu yang ia rasakan.

Dari arah belakang, Bintang berjalan ke arahnya dengan tatapan bingung. Tumben sekali, pikirnya.

"Lagi apa lo?" tanya Bintang, ikut duduk di samping Bulan.

"Seperti yang kamu lihat,"

"Mandi sana. Lo, bau," Bulan berdecak pelan. "Nyuruh mandi, sedangkan kamu aja belum mandi,"

"Gue belum mandi juga tetap wangi, kaliii,"

Gadis itu mendelik tidak suka. "Idih, wangi dari mananya?"

"Dari sini," Bintang menunjukkan ketiaknya yang terbalut oleh kaus pendek.

"Yang ada wangi bau asem,"

"Heh, kalau wangi ya, wangi. Kalau bau ya, bau. Nggak ada wangi bau," Bintang menyentil dahi gadis itu pelan.

"Main sentil-sentil aja, deh. Mana sakit," Bulan mengelus dahinya pelan dengan bibir yang mengerucut.

"Mau mandi bareng, gak?" tanya Bintang, seketika membuat Bulan langsung melotot.

"Nggak usah mesum!" ujarnya sambil memukul lengan Bintang, keras.

Cowok itu lantas mengernyit bingung. "Mesum dari mananya? Maksud gue mandi di sini, berenang," Bintang menunjuk pada air di hadapannya. "Makanya, punya otak itu jangan mesum!" laki-laki itu kembali menyentil dahi Bulan.

"Ck, siapa yang mesum coba! Makanya, ngomong itu yang jelas! Ngomong sepotong-sepotong kaya gitu itu nggak cocok buat aku yang berotak lemot!"

"Ngaku sendiri." cibir Bintang.

"Nyebelin!"

***

Bulan memasuki kelasnya dengan riang. Waktu menunjukkan pukul 7 pagi. Gadis itu menghampiri Tanisa yang duduk tepat di depan bangkunya.

"Ceria banget wajah lo. Abis menang lotre?" tanya Tanisa sambil mengunyah kacangnya.

"Hari ini aku berangkat bareng Bintang lagi, tauuu, dia jemput aku," jawab Bulan, sedikit sombong.

Tanisa memutar bola mata sebal. "Bintang lagi, Bintang lagi, nggak ada yang lain?" Bulan menggeleng. "Nggak ada! Kan, aku cuma maunya sama Bintang,"

Tanisa melihat sekeliling kelas yang mulai ramai. "Sut! Jangan keras-keras, lo mau semua orang tau kalau lo suka sama Kak Bintang?" hal itu membuat Bulan refleks menutup mulutnya secepat mungkin.

"Aku lupa, Tan. Sorry," ucapnya, lalu kembali duduk di bangkunya, tepat di belakang bangku milik Tanisa.

"Lo mau?" tawar Tanisa yang langsung diberi gelengan oleh Bulan. "Oh, iya, nanti lo mau nginep lagi?"

Bulan menggeleng. "Nggak. Tadi malam juga aku udah tidur di rumah, kok. Kasian, masa Bibi ditinggal terus," ucapnya sedikit menyesal.

"Bi Irna juga pasti ngerti, kok. Gak usah lebay," ujar Tanisa sambil kembali mengupas kulit kacangnya.

"Oh, iya, lo pasti udah ngerjain PR matematika yang waktu hari Sabtu, kan? Mana sini, gue mau nyalin," sambung Tanisa, membuat Bulan seketika berdecak kesal.

"Kemarin kan minggu, kamu ke mana aja sewaktu libur?" ujar Bulan walau dengan tangan yang sedang sibuk mencari buku catatan matematika miliknya di dalam tas.

Antara Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang