17. KANGEN

2.7K 334 2
                                    

Bintang berjalan memasuki markas Geng Ranger dengan sedikit rusuh. Tadi, saat ia berada di parkiran sekolah, Arsenta menghubunginya untuk cepat-cepat ke markas karena harus melakukan rapat mendadak. Saat ia masuk ke dalam markas, terlihat suara riuh dari dalam sudah terdengar. Rapat kali ini benar-benar mendadak dan wajib dihadiri seluruh anggota.

"Ada apa, Ar?" tanyanya saat sudah sampai di dalam.

Tak ada jawaban, Arsenta, laki-laki itu menatap lurus dengan pandangan tajam. Semua anggota hanya berani menatapnya tanpa bertanya, pikiran Arsenta pasti sedang tidak baik-baik saja jika sudah mengumpulkan seluruh pasukannya.

"ZERGAN ngeroyok salah satu anggota kita. Kita harus buat perhitungan sama anggota satu itu!" ungkap laki-laki itu akhirnya.

Langit berdehem pelan. "Apa ini nggak ada hubungannya sama hubungan lo dan Violet?"

***

Tanisa melambaikan tangannya dari dalam mobil kepada Bulan. "Bye, Bulan!"

Bulan tersenyum. "Bye,"

Gadis itu lantas memasuki rumahnya dengan langkah gontai, bahkan sapaan Bi Irna pun tak ia jawab karna tak terdengar. Membuat perempuan paruh baya itu menggaruk kepala merasa heran.

Setelah sampai di dalam kamarnya, Bulan menjatuhkan tubuhnya di atas kasur setelah melempar asal ranselnya. Gadis itu melentangkan kedua tangannya dengan kedua kaki menjuntai ke lantai, tak lupa dengan kedua mata yang terpejam. "Bintang kenapa, ya? Kok, dia gitu lagi, sih," gumam gadis itu pelan.

"Kalau dia punya pacar baru lagi, kesempatan buat aku ngungkapin perasaan itu mungkin semakin sulit,"

Gadis itu menghela napas pelan. "Kadang aku iri dengan perempuan yang pernah kamu jadikan seorang kekasih, mereka bisa mendapatkanmu semudah itu tanpa harus berjuang sekeras aku," Bulan terkekeh pelan. "Bahkan, sudah berjuang sekeras inipun, mendapatkanmu masih sangat mustahil,"

Gadis itu kembali mendudukkan tubuhnya dengan tatapan lurus, sebelum akhirnya matanya menatap sebuah bingkai foto yang disimpan di nakas. Tangan Bulan meraih bingkai foto itu dengan darah berdesir hebat. Di dalam foto itu menampilkan dua orang anak kecil yang tak lain adalah dirinya dengan Bintang.

Foto yang di ambil 7 tahun lalu. Tepat pada tahun 2009 saat ia masih berumur 11 tahun.

Di balik bingkai foto itu, tertulis sebuah kalimat yang membuat Bulan memperkuat cekalannya pada bingkai itu, seolah-olah tengah meremasnya.

Best friend forever
-2B-

Sebuah kalimat yang ia tulis pada waktu yang sama saat pengambilan foto itu.

"Apa kita akan selalu menjadi sahabat?"

"Aku ingin sekali kita mengakhiri persahabatan kita lalu beralih menjadi sepasang kekasih yang akan naik ke pelaminan di masa depan nanti. Namun, jika pada akhirnya kita akan tetap bersahabat atau mungkin kita akan kembali asing, menurutku kita tidak pantas untuk bertemu saat itu, saat sebelas tahun yang lalu aku memaksamu untuk bersahabat denganku," Bulan kembali menyimpan bingkai itu lalu beranjak menuju balkon kamarnya.

"Dulu, kita bermain di balkon ini tanpa kenal waktu sampai kita ketiduran dan terbangun saat udah dipindahin sama Bi Irna ke kasur,"

"Dulu juga, kita nakal main ke depan komplek yang banyak kendaraan lewat, berakhir dimarahin sama Bi Irna karna khawatir,"

Antara Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang