32. SEBUAH PESAN

5.6K 477 52
                                    

32

I still love you, but no longer chasing you.

*****

Setelah memastikan Bulan sudah tertidur, Bintang memutuskan untuk ke luar dari ruangan itu.

Tanisa yang saat itu tengah duduk dan melihat Bintang ke luar dari dalam ruangan langsung menghampiri cowok itu rusuh. Sial sekali, kalau tadi Bulan tidak terbangun sudah ia usir Bintang sejauh mungkin dari sana.

"Lo mending pergi dari sini sekarang juga deh Kak," ucap Tanisa sambil melipat kedua tangan di depan dada.

"Gue gak akan pergi dari sini." tekan Bintang.

Tanisa menggelengkan kepala tak percaya. "Lo tau kan Kak kalau lo sama sekali gak pernah deket sama si Anya-Anya itu, Bulan gak akan pernah kaya gini?"

Melihat Bintang yang sama sekali tak menjawab membuat Tanisa kembali berucap, "Lo sama si Anya itu sama-sama freak tau gak? Sama-sama egois, keras kepala, dan seenaknya." lanjut Tanisa.

"Lo jangan asal bicara kalau gak tau yang sebenarnya." balas Bintang dengan wajah datar.

"Terus apa?" tanya Tanisa seolah menantang. "Yang sebenarnya menurut lo itu apa?"

"Yang sebenarnya lo sama sekali belum puas dengan semuanya yang udah ngebuat Bulan kaya gini?"

"Lo jangan asal bicara, ya,"

"Mending lo pergi sekarang deh, Kak. Gue bisa jaga Bulan sendiri di sini." tambah Tanisa cepat.

"Atau mau gue anter sampe rumah lo?" sambung Tanisa sambil mengangkat sebelas alisnya.

"Gue gak akan pergi dari sini. Dan lo," Bintang menunjuk wajah Tanisa membuat Tanisa merasa was-was. "lo gak ada hak buat atur-atur gue."

Bintang berjalan dan duduk di kursi yang ada di depan ruang sana. "Lo bisa jaga dan tidur di dalam. Gue akan tetap di sini."

"Nunggu Bulan dan gak akan ke mana-mana." sambungnya sambil kembali menatap Tanisa.

***

Tanisa terbangun dari tidurnya, ia menatap ke arah jam dinding yang ada di ruangan itu. Pukul 11 malam. Bulan masih terlelap, gadis itu terlihat nyenyak dengan tidurnya. Beruntung besok hari libur, jadi ia tak perlu repot bangun pagi untuk pulang dan pergi ke sekolah.

Mengingat sesuatu, Tanisa beranjak dan ke luar dari ruangan itu. Di kursi yang tepatnya berada di depan ruang rawat Bulan, ada Bintang yang tengah tertidur sambil duduk menyandar pada punggung kursi juga kedua tangan yang terlipat di depan dada. Cowok itu tertidur.

Tanisa menghembuskan napasnya pelan. Saat ia akan kembali masuk ke dalam, suara Bintang berhasil membuatnya terurung.

"Lo ngapain di sana?" tanya Bintang masih dengan mata yang terpejam, pun dengan kedua tangannya yang masih terlipat di depan dada. "Lo harusnya jaga Bulan di dalam biar kalau dia bangun dan mau sesuatu gampang kalau ada yang jagain."

Tanisa melipat bibirnya ke dalam. "Kak, lo gak mau masuk aja? Kayanya udara di sini dingin banget,"

Tanisa menatap sekitar koridor, "Gak usah geer, gue gak mau disalahin lo kalau lo misalnya masuk angin gara-gara tadi gue larang lo buat gak masuk ke dalam."

"It's okay, gue bisa di sini aja. Lagian, gue masih bisa tidur nyenyak di sini." kini atensi Bintang teralih pada Tanisa. "Asal lo bisa pastiin kalau Bulan bakal baik-baik aja di dalam."

Antara Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang