setitik harapan II

526 20 3
                                    

Dewi berjalan menuju raga yang tertidur dikamar bersama kaka, tatapannya terfokus pada raga yang terlihat sangat kurus, tulang pipinya terlihat, dewi merasa sangat bersalah melihat suaminya sekurus itu. beberapa bulan ini perlakuannya pada raga sudah sangat keterlaluan, mendengar semua ucapan rasya tadi, dewi sendiri semakin tersadar, tak ada yang bisa mengerti perasaannya jika ia tidak menceritakannya sendiri.
Tangannya mulai menyentuh kening raga yang penuh keringat.
"Astagaaaa.. papah.. kok panas gini?" Kata dewi kaget.
"Hmm.." jawab raga dengan mata sedikit terbuka, badannya mulai menggigil, keringatnya semakin deras.
"Papah udah makan belum? Ayok kita ke rumah sakit" kata dewi semakin panik
"Aku gapapa kok.. cuma butuh istirahat aja" jawab raga sambil tersenyum dan mengangkat tubuhnya hingga terduduk menatap dewi dengan mata sembap didepannya.
"Aku minta maaf ya.." kata raga lagi sambil memegang tangan dewi erat.
"Aku gak bisa jelasin apapun ke kamu kecuali menyampaikan seluruh maaf ku ke kamu, aku tau banget.. ini bukan hal yang mudah buat kamu maafin.. tapi, cuma itu yang bisa aku lakuin ke kamu wi." Lanjut raga sambil masih menatap wajah dewi.
"Sepertinya udah cukup sampai disini aja A.. gak ada yang bisa aku pertahanin bareng kamu" jawab dewi terdengar pasrah, suaranya perau, air matanya mengalir lagi.
"Aku terlalu egois buat terus nahan kamu disini.. aku, kaka dan bayi di perutku ini ga ada baiknya dimata kamu A.. aku sangat tahu diri, aku yang paksa kamu buat nikahin aku.. aku yang paksa kamu buat ninggalin mala, untuk saat ini aku pasrah.. silahkan tinggalkan aku.." lanjut dewi dengan tetesan air mata dipipinya membuat dewi semakin kesuliatan berbicara.

"........." raga terdiam tak ada jawaban, ia menatap dewi sambil sesekali mengusap airmata di pipinya. Raga juga bukan manusia batu yang tidak punya perasaan, walau bagaimanapun sejak lama dewi sudah mengisi hari-harinya bersama hingga hadir kaka dan calon adiknya, perasaan yang tumbuh di hati raga pada dewi bukan lagi cinta, melainkan kasih sayang yang dalam, rasa terimakasih karena sudah ikut mencintai nini dan aki serta keluarganya, tidak semudah itu bagi raga untuk mengambil keputusan meninggalkan dewi begitu saja.

Sesungguhnya ini adalah setitik harapan bagi raga untuk bisa hidup berdua dengan Mala.
Tapi disisi lain ini juga setitik harapan bagi raga untuk melangkah maju ke depan meninggalkan kenangan-kenangannya bersama mala dan mulai fokus pada masa depannya bersama keluarganya.

Jika ini sebuah kisah impian pembaca, bisa saja saat ini raga pergi meninggalkan dewi dan berlari menemui mala, dengan backsound lagu cinta, sayangnya ini bukan kisah seperti itu.
Cerita ini adalah kisah nyata yang terjadi antara mala, dewi dan raga.

"Aku pasrah A.. apapun yang kamu pilih, aku pasrah" katanya lagi sambil menggenggam tangan raga erat.

"Wi.. aku masih punya tanggung jawab, aku adalah sosok ayah buat kaka dan calon adiknya.. kamu tetap istri aku, ibu dari anak anakku.. cuma satu yang aku pinta dari kamu wi.." jawab raga jelas, nafasnya terasa berat. Keputusan ini adalah yang terbaik bagi raga.
"Apa?" Tanya dewi penasaran
"Aku minta maaf.. aku mau kita mulai dari awal.." jawab raga lagi.
"Iya.. aku mau maafin kamu.. asal kita gak tinggal disini.." jawab dewi yakin
"Iya.. kita tinggal di tangerang lagi" jawab raga yakin.









**
Setitik harapan itu, bagi raga adalah masa depan.
Setitik harapan itu, bagi dewi adalah lembaran baru, memulai hidup baru tanpa di bayang-bayangi masa lalu.









Rasya sudah duduk di lobby appartemen mala, sebelumnya mala sudah di hubungi rasya untuk turun menuju lobby.
"Sya.." panggil mala sambil melambai ke arah rasya.
"Malaaaaa.." teriak rasya sambil berlari ke arah mala, air matanya pun meleleh.
"Ada apa sih?" Tanya mala heran.
"Gue mau minta maaf banyak.." jawab rasya masih terisak
"Ada apa sya.." tanya mala lagi, sambil menuntun rasya berjalan ke arah kursi di lobby.
"Gue banyak salah ke lo.. gue yang dukung dewi buat dapetin raga, gue yang ga pernah ngerti perasaan lo.. selama ini gue jahat sama lo.. tapi lo juga gabisa jahat sama dewi dong mall.." kata rasya sambil masih terisak "lo sama aja kalo bales kejahatan dewi dengan kejahatan juga.." lanjut rasya lagi.

"Syaa.. ini gabisa gue jelasin dengan kata-kata, ini soal perasaan syaaa.. lo jelas gak akan ngerti gue, karna cuma gue yang ngerti diri gue sendiri.." jawab mala sambil menahan tangisnya, dadanya mulai sesak.

"Mal.. apa yang lo mau sekarang? Ngerusak rumah tangga lo? Ngerusak rumah tangga dewi?" Tanya rasya semakin tegas

"Sya.. gue tau persis ini salah gue.. gue khilaf.. gue egois.. gue sama jahatnya sama dewi.. gue tau.." jelas mala tak bisa lagi menahan tangisnya, tangisnya pecah.
"Gue udah mundur dan tau diri kok sya.. semenjak raga udah gak hubungi gue.. semenjak kita terbentur takdir yang pahit.. gue tau kita gabisa sama-sama." Jawab mala mulai sedikit tenang
"Sya.. ini kesalahan terbesar gue." Lanjut mala lagi.
"Sorry ya mal.. bukan maksud gue ikut campur, gue cuma gamau lo terperosok lebih jauh.. dera udah cukup baik kan buat lo? perbaiki hubungan lo, tumbuhin rasa sayang lo.. gue yakin lo juga bakal hidup bahagia kok mal, dengan siapapun selain raga.. asal lo buka hati lo" kata rasya terlihat sangat peduli.

Mala terdiam, air matanya mengalir lagi.
Dadanya terasa penuh dan sesak. detak jantungnya berdetak lebih cepat, perasaan ini adalah perasaan sakit hati yang tak bisa ia tahan lagi.
"Gue pamit ya mal.. gue harap lo ambil keputusan yang tepat ya." Kata rasya sambil memeluk mala.
Mala hanya mengangguk lemah dan membiarkan rasya melangkah meninggalkannya.
Mala berdiri dan berjalan lagi menuju lift ke lantai 2.
Ini sudah jam 21.30 malam.
Dera sudah ada dikamar sejak tadi.
Sementara air matanya terus mengalir, tubuhnya  lemas berjalan menuju kamar dan duduk di samping dera.

" kenapa ay ? Kok nangis ? " tanya dera penasaran.
" ngga papa.." jawab mala.
" jawab dong ay.. ada apa?" Tanya dera semakin penasaran
Mala mencium bibir dera lembut.
Dipeluknya erat tubuh dera sambil ia duduk di atas paha dera yang lembut.
"Maafin aku ya ay.." kata mala membisik pelan di kuping dera
"Why?" Tanya dera semakin penasaran
"Ay.... kamu mau maafin aku?" Tanya mala lagi sambil menatap mata dera.

"Apa dulu kesalahannya?" Tanya dera lagi.

Mala menjauh dari dera..
Sesekali ia menelan ludah dan terus menatap mata dera..

















Apa yang akan mala bicarakan pada dera?
Yuk ikuti terus kisahnya..
Jangan lupa di follow dan di vote ya temen temen ♥️

All About You Without Your WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang