Raga masih memainkan poni Mala sedangkan Rasya dan Dewi sudah keluar rumah sejak tadi.
" aku nanti kesini lagi abis nganter dewi " ucapnya lagi seolah ingin di tunggu oleh Mala
" iya.. "jawab Mala lagi. "tapi engga juga gpp sih a, besok kan harus ke tangerang" kata Mala berubah sedih, seakan tak rela melepaskan Raga.
raga pun mengikuti langkah dewi dan menjalankan motornya yang terparkir disamping motor rasya. raga merasa ada yang salah setiap dia mengantar dewi pulang ke rumahnya, takut hal yang pernah terjadi,akan terjadi lagi nanti.
"bawa motor jangan sambil melamun.."kata dewi membuyarkan lamunan Raga.
"engga kok" jawab Raga singkat
"kenapa bisa keterima kerja di tangerang?" tanya dewi yang sejak tadi sudah penasaran
"ada dosenku yang nawarin, aku ambil aja.. lumayan buat bantu abang masuk SMA" kata Raga begitu terbuka ke Dewi.
"oh iya bagus dong.. sukses disana ya.. "kata dewi singkat, raga merasakan aneh.. dibanding dengan Mala yang menangis kekanakan, dewi malah terlihat tegar dan dewasa.
padahal mereka berdua sama-sama korban nafsu Raga yang tak terkendali, tapi sikap mereka ke Raga berbanding terbalik.
"kamu gapapa emang aku tinggalin?" tanya Raga
"kenapa harus kenapa-napa, lebih bagus dong kalau kamu disana.." jawab Dewi masih bersikap dewasa
"bagus maksudnya?" tanya Raga semakin penasaran sambil memberhentikan motornya di tukang nasi goreng.
"ya bagusss.. kamu bisa dapet duit, aku bisa sekolah fokus karena kamu ga deket-deket banget sama Mala" jawab Dewi percaya diri. "aku gak suka kamu merah merahin leher Mala" kata dewi lagi dengan muka kecutnya
raga tersenyum, pemikiran dewi yang ini memang sangat masuk akal dibandingkan dengan pemikiran mala yang malah ingin setiap hari bertemu dengan Raga.
"mau makan nasi apa mi?" tanya Raga sambil menyetandarkan motornya.
"mie aja" kata dewi dengan cepat memesan dan duduk di kursi palstik tukang nasi goreng.
lagi-lagi raga simpati dengan Dewi yang dewasa, jika dengan Mala milih makananpun akan menjadi drama yang panjang, bisa jadi Mala tidak akan jadi makan nasi goreng di tempat itu jika dia sedang tidak mood makan itu. "oh, andai saja mereka bertukar tubuh" kata Raga didalam hati, raga seolah ingin keduanya ada disampingnya.
"boleh gak, nanti kalau aku sudah lulus sekolah.. aku cari kerja juga disana?" tanya dewi ke raga
"boleh dong.. kenapa engga ?" kata Raga menjawab asal
setelah raga dan dewi selesai makan, mereka pun kembali menaiki motor dan melanjutkan perjalanan menuju rumah dewi.
malam itu dewi tak memeluk raga, raga pun merasa aneh.
"tumben ga peluk?" kata raga sambil sedikit menoleh ke belakang.
"aku lagi bete liat leher mala merah" kata dewi ketus
" aku juga bisa merahin leher kamu.." kata Raga sambil bercanda
"gamau.." jawab dewi makin ketus, raga pun berhenti di tengah perjalanan
"harus peluk baru mau jalan lagi ojeknya.."kata raga mengancam
dewi yang kesalpun spontan tersenyum dan memegang pinggang raga.
"peluk.. bukan pegang pinggang!" kata raga lagi masih belum menjalankan motornya, dengan hitungan detik dewi mulai tertawa dan memeluk Raga.
tak lama merekapun sampai di rumah dewi.
"kamu ada janji yang harus di tepati" kata Dewi sambil menarik tangan raga untuk masuk ke rumahnya yang selalu sepi, kamar neneknya menghadap belakang dapur, jadi setiap dewi pulang nenek tidak akan mendengar apapun.
"apa sih?" kata Raga penasaran.
"merahin leher aku" kata dewi sambil menenggakan kepalanya
"prosesnya dari sini" kata Raga sambil mengecup bibir dewi, raga melepas kecupannya, kini berbalik dewi yang mengecup bibir raga, di gigitnya bibir raga oleh dewi membuat raga semakin ingin membalas gigitannya, ciuman itu semakin lama dan semakin panas, kini tangan raga sudah melepas resleting jaket milik dewi, dewi yang hanya menggunakan tanktop pun kini sudah mulai menampkan belahan dadanya yang penuh.
bibir raga menuju leher dewi, dewi pun merasa geli dan mendesah pelan "hmmmmmmphhhh.. aa" dimerahilah leher dewi oleh raga dengan beberapa kali gigitan, kini bibir raga sudah ada di payudara dewi sambil mengemuti putingnya. tangan raga sudah berada diatas gundukan berisi sebelahnya, payudara dewi sudah merah juga. setelah selesai memepati janjinya, raga pamit pulang untuk kembali ke rumah Mala.
"jangan.." kata dewi ketus seolah cemburu "tadi mala juga bilang, kan gausah aa istirahat aja.." kata dewi mengulang perkataan Mala
"abis dari rumah mala aku pulang kok, kasian mala belum makan" kata raga mencoba membuat dewi mengerti
"tidur disini aja temenin aku.." kata dewi dengan manjanya sambil memegang tangan Raga
Raga ingin menolak tapi juga merasa kasihan melihat wajah dewi seolah tak ingin jauh darinya.
dibawakannya bantal dan selimut untuk raga tidur di karpet depan ruang tv.
"tidurnya disini kok sama aku.. gak dikamar bener" kata dewi sambil memegang tangan raga dan menariknya ke karpet
raga pun turun dan mulai membaringkan wajahnya di karpet depan ruang tv.
dewi pun tertidur di sebelah raga sambil memeluk dan memegang tangan raga yang selalu berkeringat.
sambil memeluk balik dewi raga kembali menciumi bibir dewi pada saat dewi tertidur.
tidak ada balasan tertanda dewi sudah tertidur lelap.
raga pun tersenyum dan menyusul tidur dipelukan dewi
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
JANGAN LUPA VOTEE DAN SHARE KE TEMEN YANG LAIN YA..
SEMAKIN BANYAK YANG BACA SEMAKIN AKU BERSEMANGAT **
KAMU SEDANG MEMBACA
All About You Without Your Wife
Teen Fiction(Konten dewasa) Pernikahan Mala hari ini adalah pernikahan palsu bagi Mala, pria yang ia nikahi adalah pacarnya tapi tidak ia cintai. Hubungan seksual dengan kekasihnya yang kini jadi suaminya pun tidak semenyenangkan dengan Raga. Siapakah Raga? Iku...