'LEBIH BAIK KITA PUTUS!' sambil mala menekan tombol send air mata Mala menetes deras tak tertahan.
Bagaimana bisa kekasihnya mengkhianati cintanya dengan sahabatnya sendiri..?
Memang tak habis fikir.Mala begitu terpukul, air matanya terus mengalir seolah tak pernah habis.
kini Mala sudah tak ingin tau lagi apa yang akan dijelaskan oleh Raga dan Dewi.
"Teman berbagi sih teman berbagi, tapi bukan untuk berbagi kekasih juga" begitu fikir Mala sambil terus menangis, Mala tak ingin mencari pembelaan, ia enggan bercerita pada Rasya soal apa yang ia lihat tadi, Mala akan terus berpura-pura tidak tahu soal kejadian tadi pagi pada Dewi ataupun Rasya.
*drrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrt.. drrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrt..* (suara getaran ponsel mala)
Mala segera melihat ponselnya, sekarang ia begitu ingin tau siapa yang menelponnya.
Ternyata apa yang difikirkan Mala benar, yang menelponnya kali ini sudah pasti Raga.
"halo.." jawab Mala dengan suara sendu nya.
"yang.. kok kamu gitu? putus kenapa? aku salah apa?" jawab Raga tergesa.
"kamu mau aku jawab jujur atau ngga jujur? " jawab Mala masih dengan ketus
" ada apa sih? " jawab Raga mulai putus asa, Raga sudah tidak tahu lagi apa yang akan mala katakan
" tadi malem tidur di rumah dewi ?" tanya Mala membuat Raga kaget
" engga.. emmmmh.. iya" jawab Raga bingung.
" ngapain aja?" tanya Mala seakan mendesak
" ngga .. "
" jujur aja.. " tanya mala lagi
" maaf sayang.. kemaren aku cape banget, makanya ketiduran diruang tamu" kata Raga menjelaskan sedikit kebohongan.
" yakin? terus, tadi pagi ada apa ya sampe dianterin dewi ke terminal? pegangan tangan?" tanya mala lagi, kini suara nya bergetar, Mala tak bisa menahan air matanya lagi.
" bukan gituuuu ceritanya... Please Malaaaa.. dengerin dulu.." kata Raga semakin bingung, bagaimana mungkin Raga bisa menjelaskan dengan jujur pada Mala, Raga sudah menduga dengan apa yang akan terjadi jika Mala tahu kebenarannya. Raga mau bilang apa nanti pada nini jika mala lapor yang tidak-tidak ke nini.
"udahlaaah yaa. aku gamau sampai persahabatan aku dengan Dewi hancur gara-gara kamu.." jawab Mala seolah tegar padahal sejak tadi hingus dan airmatanya berlomba meninggalkan dirinya yang rapuh.
"mala.. aku janji gak akan gitu lagi please malaaa.. aku sayang kamu.." jawab raga dengan suara lirih di balik telepon membuat hati mala tersentuh
"oke oke, tapi aku mau kamu ganti nomer dan jangan hubungi dewi lagi.. " kata mala dengan nada mengancam
"oke deal .." jawab Raga yakin.
Mala sangat percaya bahwa Raga tidak akan meninggalkannya.
Mala sangat yakin service nya beberapa hari terakhir dengan Raga akan membuat Raga mabuk kepayang, Mala sudah menyerahkan seluruh yang dia punya untuk Raga.
sejauh apapun jaraknya kini Mala percaya Raga tidak akan mengecewakannya, asal tidak ada Dewi disisinya.
Sementara di hotel tempat Raga tinggal.
wajah raga sudah tidak karuan, handuknya sudah melilit lehernya sangat terlihat jelas dari tatapan Raga bahwa kemanapun jauhnya Raga pergi, dia tidak akan bisa meninggalkan masalahnya dirumah.
Bagaimanapun baiknya prilaku dewi ke Raga,
sebetulnya Raga tidak sebrengsek itu untuk mengkhianati Mala sampai sejauh ini,
bagaimanapun Raga sudah yakin dengan Mala sampai-sampai Raga sudah mengenalkan Mala pada nini dan aki.
setelah menutup pembicaraannya di telepon dengan Mala, ia bergegas mandi dan pergi keluar untuk membeli sim card baru.
malam itu raga sibuk memberi taukan nomor barunya ke kontak yang ada di ponselnya, kecuali DEWI.
raga tidak akan mengkhianati Mala lagi. itu memang pilihan Raga sejak awal.
"lagian gak sulit juga buat gue ninggalin dewi" kata Raga pelan sambil merebahkan badannya.
setelah malam ini, kedepannya Raga akan semakin sibuk dengan pekerjaannya.
jangankan untuk mengabari dua wanita, sepertinya untuk mengabari Mala saja akan terasa jarang.
.
.
.
.
.
keesokan harinya Dewi berangkat sekolah dengan mengenakan jaket menutupi lehernya yang merah atas ulah raga, ia berjalan menyusuri koridor sekolah dengan wajah cerianya, berbeda dengan Mala, dengan sangat percaya diri mala berangkat ke sekolah tanpa mengenakan jaket sama sekali ia biarkan lehernya yang merah dilihat oleh seluruh orang yang melihatnya, dengan wajah yang semrawut ia berjalan menyusuri koridor sekolah dengan tatapan kosong.
mala bertekad akan bertingkah seperti tidak ada apa-apa jika bertemu dengan dewi.
Mala memang kekanakan dalam hal apapun, berbeda jauh dengan Dewi yang selalu dewasa dan memberi arahan pada siapapun. tetapi untuk hal menghargai perasaan orang lain, dia akan senantiasa menomor duakan perasaannya sendiri, begitulah baiknya Mala. Rasa kemanusiaan Mala kali ini justru malah menjerumuskan dirinya sendiri dalam jurang kesedihan.
tadinya, selama dia mampu membantu dewi apapun akan ia lakukan termasuk membuat pacarnya mau mengantar dewi kerumahnya yang jauh. tapi sampai sejauh ini, apa yang terjadi? mala sungguh tidak mengerti.
"hai malll... kusut banget , gak mandi ?" tanya dewi dengan senyuman berbahagia di wajahnya.
semakin mala melihat dewi seperti itu, amarah mala makin terbakar, dengan senyuman terpaksa mala menjawab dengan anggukan dikepalanya.
"iyalah.. ngapain mandi, gak mandi aja gue tetep cantik.." katanya sambil menatap dewi dengan ujung mata nya. "oh iya wi, sampai sekarang jangan dulu ganggu gue ya, jangan ngajak-ngajak hangout dulu gitu, gue ada les tambahan, pokonya gue mau fokus ujian nasional.." lanjut Mala sambil terus melangkah ke arah kelasnya.
dewi terdiam, tak sempat menjawab perkataan mala, ia pun masuk ke kelas dengan penuh pertanyaan.
begitu cara Mala untuk menghargai perasaannya sendiri.
kini setiap hari di sekolah sebisa mungkin mala menghindar dari dewi dan rasya, hari-hari mala kini dipenuhi oleh teman-teman di kelasnya yang biasanya tak pernah ia lirik sekalipun, perlahan persahabatan mereka menjauh.
berbulan-bulan berlalu, wajah sedih Mala kini sudah tak nampak lagi.
mala yang pemurung sekarang sudah mulai berbahagia lagi.
nyatanya kini hubungannya dengan Raga sudah berjalan baik tanpa bayang bayang wanita lain..
sementara Dewi berbulan bulan ini semakin stres,
dia tak bisa mendapat kabar dari Raga..
tak ada lagi kesempatan untuk Dewi mendekati Raga, saking buntunya dewi.. berkali-kali dia mengirim surat ke hotel tempat raga bekerja, isi suratnya bahkan membuat harga diri dewi jatuh, ia memohon pada raga agar ia diberi kabar bagaimanapun caranya.. dia terus mengancam raga untuk mencelakakan mala jika raga tak membalas suratnya.
dewi menyimpan dendam banyak pada raga.
"gimanapun caranya setelah gue lulus sekolah, gue harus kerja di tempat Raga.." kata Dewi dalam hatinya.
TBC
nantikan kelanjutannya..
jangan lupa follow, vote dan share yaaa..
peluk dari aku untuk kalian semuaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
All About You Without Your Wife
Teen Fiction(Konten dewasa) Pernikahan Mala hari ini adalah pernikahan palsu bagi Mala, pria yang ia nikahi adalah pacarnya tapi tidak ia cintai. Hubungan seksual dengan kekasihnya yang kini jadi suaminya pun tidak semenyenangkan dengan Raga. Siapakah Raga? Iku...