Suara erangan yang terdengar jelas mengganggu telinga itu telah terjadi sejak beberapa menit lalu. Pendingin ruangan sudah menyala di suhu yang cukup sejuk, namun entah mengapa udaranya masih terasa panas. Nara saja masih berkeringat karena merasa gerah. Ia kegerahan dan kesakitan selagi Rios mengurut kaki kanannya yang keseleo akibat dirinya mengejar copet di pasar siang tadi.
"Ah Om, sakit!" seru Nara dengan mimik wajah seakan siap menangis.
"Tahan sebentar Sayang," sahut Rios.
"Tapi sakit!"
"Gimana nggak sakit orang kamu gerak terus. Kamu diem aja biar tangan Om nggak grogi."
"Nggak kuat, sakit tau! Bisa pelan-pelan nggak?!" bentak Nara. "Udahan!"
"Nanggung sayang."
"Pelan-pelan tapi ... pelan-pelan kubilang!" bentak Nara lagi, kali ini matanya berkaca-kaca.
"Ini udah pelan Nara, ya ampun."
"Kekencengan, sakit!"
"Maunya gimana sih, hm?"
"Jangan kasar-kasar."
"Mana ada Om kasar ...."
"Om kasar! Tangan Om apalagi!" Nara menyela ucapan Rios.
Rios tidak menyahut, ia hanya menghela napas karena rengekan manja Nara sejak tadi.
"Om udaaahhh." Nara merengek lagi, ia meminta dengan sangat sambil mencoba menarik kakinya dari pijatan tangan Rios, namun Rios menahannya.
"Sebentar lagi, Ra. Ngurut kaki keseleo nggak bisa asal-asalan. Kamu mau nggak bisa berangkat ke sekolah besok?"
"Kan nggak semuanya keseleo, cuma satu. Jadi masih bisa berangkat, besok ada ujian jadi aku harus masuk."
"Itulah, makanya nggak usah petakilan ngejar copet segala."
"Masa iya aku harus diem aja liat bibi kecopetan?"
"Bibi yang kecopetan juga kan yang ilang cuma duit, ngapain repot-repot dikejar?"
"Bibi takut kena marah sama Om."
"Mana pernah Om marah, itu musibah, sekalian aja sedekah."
Nara membisu.
"Coba gerakin, masih sakit enggak?"
Gadis itu menuruti perintah Rios untuk menggerakkan pergelangan kaki kanannya yang terkilir, wajahnya meringis ketika pergelangan kakinya terasa sakit dan kaku.
"Masih sakit?"
"Sedikit."
"Besok izin aja," ucap Rios sembari menurunkan kaki Nara dari pangkuannya lalu berdiri.
"Bukannya aku udah bilang ya tadi kalo besok ada ujian."
"Ujian apa?"
"Ujian semester ganjil. Cuma keseleo sedikit kenapa juga harus izin," celetuk Nara pelan. Ia mengangkat wajahnya untuk melihat Rios. "Om mau pergi lagi?"
"Iya."
"Kemana?"
"Ketemu orang."
"Perempuan?"
Rios malah mengangkat bahu.
"Ish, laki-laki apa perempuan?" tukas Nara dengan raut menuntut.
"Perempuan," jawab Rios dengan ekspresi wajahnya yang super datar seraya menyibakkan seuntai rambut disisi wajah Nara.
"Ck, pasti seneng ya setiap hari kerjanya dikelilingin perempuan cantik, seksi, dan yang pasti nggak tepos kayak Aku."
Rios agak tergelitik dengan ucapan Nara barusan. Tepos? Apakah Nara berpikir kalau tubuhnya yang sangat menggoda iman ini tepos, begitu? Atau Nara berpikir demikian karena tubuhnya ini tidak pernah disentuh Rios lebih dalam?
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE [TERBIT]
RomanceSUDAH TERBIT DI FIRAZ MEDIA PUBLISHER *** "Saya nikahkan dan kawinkan Kyra Alinara binti Kaif dengan ananda Manu Rios Fernandes dengan mas kawin berupa cincin emas 24 karat, 100 triliun uang, 1 unit rumah mewah, 5 unit gedung apartemen, 50% saham da...