Rasanya baru sebentar Nara tertidur, tapi kini ia sudah terjaga. Ia terjaga sebelum Rios sempat membangunkannya. Dan ternyata mereka sudah sampai di rumah, lebih tepatnya di dalam garasi rumah.
Nara melihat jas yang menyelimuti setengah badannya, lalu ia menoleh pada Rios.
Setelah mematikan mesin mobilnya Rios menoleh pada Nara, agaknya ia terkejut melihat Nara sudah bangun.
"Loh, belum juga dibangunin udah bangun aja," ucap pria itu sambil melepas sabuk pengaman.
Nara membebaskan dirinya sendiri dari sabuk pengaman dan buru-buru turun tanpa menunggu Rios.
"Hey, Ra...."
"Aku duluan, kebelet!"
Blamm
Nara menutup pintu mobil agak kuat lalu berlari masuk ke dalam rumah.
Sementara itu, Rios yang ditinggal begitu saja oleh Nara langsung memasang wajah datar. Ia melirik jasnya yang ditinggal Nara juga tas Nara yang tertinggal. Tangannya meraih jas dan tas Nara itu lalu turun dari mobil.
Ada bibi yang menunggu di pintu masuk rumah dalam garasi, ia menyapa Rios begitu majikannya datang menghampiri.
"Gimana kabarnya, Pak? Sehat?" tanyanya mengingat Rios baru saja pulang dari perjalanan bisnis.
"Alhamdulillah baik, Bi."
Bibi mengucap syukur dengan senyum ramahnya yang tak kendur, "eh iya, non Nara kenapa ya Pak kok lari-lari gitu?"
"Katanya sih kebelet. Tapi palingan juga kabur," ujar Rios menebak sesuatu dalam kepalanya, senyum tipisnya tersungging memikirkan Nara yang langsung melarikan diri begitu bangun tidur.
"Kabur?" ulang bibi dengan raut tidak mengerti.
"Eh enggak bi, lupain."
Bibi hanya mengangguk sambil mengikuti Rios masuk kedalam, tak lupa menutup pintu.
***
Ngomong-ngomong, Nara tidak kabur, ia memang benar-benar kebelet buang air kecil, karenanya ia berlari secepat kilat tanpa menolah-noleh lagi.
Yah walaupun sekarang, setelah ia berada di dalam kamar mandinya, ia berpikir untuk mengurung diri di kamar agar tidak bertemu Rios.
Sebenarnya, Nara mendengar ucapan Rios yang berbisik di telinganya saat di lampu merah tadi yang berkata bahwa dia akan minta jatah setelah sampai rumah.
Ucapan itu terus saja terngiang-ngiang di kepala Nara dan membuatnya bergidik ngeri. Ia tidak tau harus menanggapi bagaimana kalau Rios nanti benar-benar meminta jatahnya.
Padahal sudah dua kali, tapi Nara tetap saja gugup. Ia belum terbiasa. Otaknya mengingat dengan jelas adegan saat dirinya dan Rios bercinta waktu itu. Alurnya, cara-caranya, ketegangan dirinya, dan juga rasanya. Ia sama sekali tidak bisa melupakannya sedikitpun. Dan semakin ia mengingatnya semakin gugup pula dirinya ini.
Nara menampar wajahnya sendiri dan segera menyelesaikan kegiatannya di kamar mandi sebelum Rios mendatanginya.
Cepat-cepat ia berlari untuk mengunci pintu kamarnya agar tidak ada yang bisa masuk terutama Rios.
Tampaknya ia sangat waspada takutnya Rios masuk begitu saja untuk menagih jatahnya.
Sekarang pukul sepuluh malam, teringat kalau dirinya belum menunaikan ibadah sholat isya, Nara segera berganti baju lalu mengambil wudhu dan sholat.
Membutuhkan waktu setidaknya sekitar lima belas menit sampai Nara selesai menunaikan ibadahnya. Kemudian, sewaktu ia baru saja selesai sholat, pintu kamarnya diketuk dan namanya dipanggil oleh Rios.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE [TERBIT]
RomanceSUDAH TERBIT DI FIRAZ MEDIA PUBLISHER *** "Saya nikahkan dan kawinkan Kyra Alinara binti Kaif dengan ananda Manu Rios Fernandes dengan mas kawin berupa cincin emas 24 karat, 100 triliun uang, 1 unit rumah mewah, 5 unit gedung apartemen, 50% saham da...