MINE | Chapter 08

252K 10.4K 308
                                    

Malam itu, Nara buru-buru membukakan pintu untuk orang yang sudah membunyikan bel rumah berkali-kali dengan tidak sabar. Ia pikir yang membunyikan bel seperti itu adalah seorang tamu, tapi ternyata hanya Aslan. Ya, Aslan. Dan ia tengah memapah Rios.

Nara membulatkan matanya begitu melihat keadaan Rios yang bahkan tidak bisa berdiri dengan benar. Ia langsung berlari untuk membantu Aslan memapah Rios.

"Om Rios kenapa?" tanya Nara cepat, ia nampak cemas.

"Nggak papa, Ra. Cuma sedikit mabuk aja," jawab Aslan sembari mengukuhkan kedua kakinya agar tidak goyah.

Nara tertegun mendengarnya. "Mabuk?"

Aslan mengangguk. Wajah Nara sedikit memucat sambil melihat wajah Rios yang tertunduk.

"Bantuin Om bawa Pak Rios ke kamar ya?" pinta Aslan sepenuh hati.

Nara mengangguk mantap. Begitu sampai di kamarnya, Rios langsung di rebahkan di tempat tidur.

"Udah lama aku nggak liat Om Rios mabuk kayak gini," ujar Nara disela tarikan napasnya.

"Pak Fernandes dateng ke Jakarta buat ketemu Pak Rios ..." Aslan menggantung kalimatnya, berharap Nara mengerti hanya dengan informasi singkat itu.

Dan Nara mengerti tanpa perlu dijelaskan, "Pak Fernandes ya ..." lirihnya hampir tak terdengar, matanya terarah pada Rios yang tampaknya tidak sadarkan diri.

"Om harus pergi sekarang. Titip Pak Rios ya, Nara?" ucap Aslan setelah melepaskan atribut yang melekat di tubuh Rios seperti sepatu, jas dan dasi.

Nara tak mengalihkan pandangannya dari Rios yang sudah diselimuti Aslan. "Iya."

Sampai Aslan pergi, Nara masih belum mengalihkan pandangannya dari Rios. Ia mengambil tempat di samping Rios yang tertidur. Matanya mengamati wajah tegas Rios yang terlihat lelah. Ia menyentuh kening Rios lalu beralih ke pipi. Suhu badan Rios terasa lebih hangat, mungkin karena pengaruh alkohol. Nara pikir Rios sudah tertidur karena sejak tadi tidak bergerak, tapi ternyata belum.

Sentuhan Nara dipipinya yang agak lama membuat Rios tersadar. Tangannya memegangi pergelangan tangan Nara saat Nara akan menarik tangannya. Dalam pengaruh alkohol, meski membuka matanya, tapi Nara yakin Rios pasti tengah merasa antara sadar dan tidak sadar. Pasti kepalanya sakit dan badannya lemas, matanya juga tampak tak fokus.

"Om?" panggil Nara.

Pria itu merotasikan matanya yang sayu ke segala penjuru langit-langit kamar sebelum akhirnya menjatuhkan penglihatannya pada Nara. Semua yang dilihatnya tampak kabur, termasuk wajah Nara.

"Ra?" panggil Rios untuk memastikan.

"Iya," sahut Nara.

"Dimana?"

"Dirumah. Om Aslan baru aja nganterin Om pulang."

Rios mengangkat salah satu tangannya untuk memijat pelipis, kepalanya terasa berdenyut-denyut sekarang.

"Kepala Om sakit?" tanya Nara. "Sebentar ya, Ku buatin teh anget dulu."

Nara sudah berdiri dan siap melesat pergi sewaktu tangan panjang Rios dengan gesit meraih pergelangan tangannya. Rios menyingkirkan selimut yang menutupi badannya lalu berusaha bangun dengan susah payah tanpa melepaskan tangan Nara. Nara berniat membantunya kekalau Rios ingin turun atau kemana, tapi tanpa disangka, Rios malah membawanya ke tempat tidur.

Nara terkejut. Ia sangat terkejut bukan hanya karena Rios menariknya ke tempat tidur secara tiba-tiba, tapi juga karena pria itu kini menindih tubuhnya. Nara menatap Rios yang ada diatasnya dengan dada naik-turun. Jantungnya mulai berdebar kencang.

MINE  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang