Pukul 07.25 pagi.Diatas tempat tidur besar itu, Rios masih bergumul dengan Nara dibawah selimut yang menutupi setengah badan mereka.
Rios bertelanjang dada sedangkan Nara masih memakai gaun tidurnya.
Pria itu sudah bangun tapi belum beranjak karena Nara yang sedang tidur pulas memeluknya sangat erat, padahal ia harus bersiap-siap untuk pergi pukul delapan nanti.
Ya, pergi, pergi ke Kuta untuk memenuhi jadwal pekerjaannya.
Seharusnya ini adalah pekerjaan Gibran atau orang dalam departemennya, tapi wakilnya itu sedang berada di Surabaya untuk pekerjaan lain, dan Gibran memang sengaja melimpahkan pekerjaan kecil semacam ini pada Rios untuk balas dendam.
Balas dendam atas sebulan kemarin Rios tidak masuk kerja atau menjalankan kewajibannya sebagai CEO.
"Ra," bisik Rios lembut di sisi puncak kepala Nara, "Mas mau pergi Sayang, kenceng banget meluknya."
Tapi Nara tidak merespon, hanya saja pelukannya malah terasa semakin kencang. Dan ia pun mendusel lebih dalam diceruk leher Rios.
"Oke, lima menit lagi ya, abis itu Mas harus siap-siap."
Lima, sepuluh, lima belas menit kemudian.
Rios memeriksa wajah Nara yang sejak subuh tadi bersembunyi di ceruk lehernya, dan betapa terkejutnya ia begitu mendapati mata Nara terbuka lebar dan bukannya terpejam.
Dengan santainya Nara berkedip menatap Rios.
"Lah, kok udah melek?"
"Dari tadi juga melek."
"Dari kapan?"
"Subuh."
"Ya ampun, Ra? Kamu nggak tidur dari tadi?"
"Enggak."
"Terus kenapa diem aja?"
"Males ngomong."
Rios menajamkan matanya, "kamu nggak tidur semalem, sekarang malah nggak tidur lagi? Yang bener aja, Sayang?"
"Ya nggak bisa tidur gimana? Aneh deh," balas Nara dengan raut datarnya.
"Bisa-bisanya, sekarang tidur!" tukas Rios kembali menepuk-nepuk punggung Nara dan membawa wajah Nara ke ceruk lehernya, "perasaan udah di puk-puk dari subuh."
"Mana mempan, aku kan bukan bayi."
"Kamu bayi, bayi nya Mas."
"Enak aja--"
"Biasanya kamu teler jam segini, ini kenapa sekarang malah nggak
tidur sama sekali? Astaga!" Rios bergumam sendiri dengan raut tak tenang, lalu dilihatnya wajah Nara, Nara pun menengadah balas melihatnya."Kepalanya sakit?"
"Nyut-nyutan sedikit."
Tangan Rios langsung memijat-mijat kepala Nara.
"Enak, kencengin dikit," pinta Nara sambil menunjukkan beberapa titik di kepalanya yang butuh dipijat.
Rios menurutinya, "besok kita ke rumah sakit."
"Ngapain?"
"Konsultasi, insom mu makin parah aja. Sekalian minta obat ke Dokter Hana."
Mata Nara nyaris memutar jengah saat Rios menyebut nama dokter itu, "nggak mau!"
"Harus mau!" ucap Rios keras.
"Ih, insom tu wajar kalo lagi hamil muda, nanti juga berenti sendiri, lagian aku punya obatnya, jadi nggak perlu ke rumah sakit, nggak mau ketemu sama Dokter Hana."
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE [TERBIT]
RomanceSUDAH TERBIT DI FIRAZ MEDIA PUBLISHER *** "Saya nikahkan dan kawinkan Kyra Alinara binti Kaif dengan ananda Manu Rios Fernandes dengan mas kawin berupa cincin emas 24 karat, 100 triliun uang, 1 unit rumah mewah, 5 unit gedung apartemen, 50% saham da...