***
Nara menarik napas, menghembuskannya perlahan sebelum membuka matanya dan menerima tatapan intens dari Rios yang sejak tadi berada diatas tubuhnya.
Dilihat dari mimik wajahnya, sepertinya Nara benar-benar kesakitan. Ketika ia meringis, Rios bisa menebak rasa sakit yang Nara dera.
Pria itu tidak tahu apakah mereka harus berhenti atau lanjut sementara juniornya sudah sangat tegang dan gatal ingin segera bercinta dengan Nara.
Rasa perih akibat cakaran Nara juga tidak membantunya berpikir cepat.
Sayang sekali jika harus mengakhiri permainan yang bahkan belum dimulai.
Ketika dirinya masih memandangi Nara dengan begitu serius, tiba-tiba sebuah pemikiran itu muncul di benak Rios. Meski Nara menyerahkan tubuhnya, namun tidak dengan hatinya. Anak ini meragukannya.
Rios bisa melihatnya dengan jelas walaupun Nara menyembunyikannya rapat-rapat.
Mungkin, mungkinkah sosok Galih masih mengganggunya? Sehingga melihat dirinya Nara terbayang laki-laki jahanam itu?
Sungguh, Rios merasa marah dan ingin mengamuk, namun pada siapa ia harus melampiaskan emosinya? Apakah pada Nara yang sekarang dalam naungannya ini dan tengah membalas tatapannya dengan sorot matanya yang lemah?
Ucapan Nara sebelumnya terpatri dalam otak Rios dimana perempuan ini berkata, ‘I heard his voice, I saw his face and everything he did to me.'
Brengsek.
Rios pun menyerah.
Menyerah untuk memenuhi hasrat seksualnya yang sudah diujung tanduk dan lebih memilih menyingkir dari atas Nara untuk duduk di tepi ranjang. Kedua sikunya bertumpu pada lutut sedang tangannya memegangi kepala.
"Kamu menang Ra," ucapnya menahan emosi, "pake baju sekarang!" titahnya pada Nara yang nampaknya melamun memandangi langit-langit kamar.
Nara diam, namun kepalanya menoleh pada Rios, matanya memandangi punggung polos pria itu serta pundaknya yang lebar.
Meski tanpa melihat wajahnya, Nara yakin Rios marah, mungkin kesal, bisa jadi jengkel, karena setelah sejak tadi memancing hasrat pria itu, sekarang dirinya malah membuat masalah dengan alasan sakit sehingga Rios terpaksa berhenti sebelum mulai, seolah ia sengaja mempermainkan suaminya ini.
Tapi sungguh, Nara tidak bohong bahwa rasanya memang sakit, seperti saat kali pertama Rios menjebol keperawanannya.
Jujur saja Nara merasa bersalah karena ini. Jadi ia mengumpulkan keberaniannya untuk melanjutkan sesuatu yang belum sempat Rios mulai.
Perempuan itu mengambil tempat di belakang Rios, dirinya memeluk Rios dan menempatkan dagunya di pundak lebarnya lalu menoleh sehingga wajahnya berada didepan pipi Rios.
"Kayaknya aku buat salah, aku mau minta maaf dan Mas harus maafin," katanya memaksa.
Rios tidak menggubrisnya. Ketika Nara berniat menciumnya, ia malah membentak, "Mas suruh apa kamu tadi? Pake baju!"
Tapi bukan Nara namanya kalau tidak keras kepala atau suka membantah.
Ia langsung menyerang Rios, bergeser ke sampingnya dan menarik wajah pria itu lalu menyambar bibirnya, memagut paksa bibir tebal Rios dan melumatnya tergesa-gesa.
Walau tidak ada balasan, tapi ia tetap melumat bibir Rios, mencumbunya dengan serakah dan mencoba menerobos rongga mulut pria itu, berusaha keras untuk meluluhkan hati Rios yang sempat jengkel tadi melalui ciumannya yang terkesan sangat bernafsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE [TERBIT]
RomanceSUDAH TERBIT DI FIRAZ MEDIA PUBLISHER *** "Saya nikahkan dan kawinkan Kyra Alinara binti Kaif dengan ananda Manu Rios Fernandes dengan mas kawin berupa cincin emas 24 karat, 100 triliun uang, 1 unit rumah mewah, 5 unit gedung apartemen, 50% saham da...