Mata Nara berkedip ringan, otaknya segera tersadar.
Dia tidak meminta Rios menciumnya dan mereka tidak berciuman, itu hanyalah bayangannya saja. Ia pikir ia sudah luluh oleh bujukan Rios, namun ternyata belum.
Yang tadi itu hanya bayangan, oke, bayangan.
Kini Nara kembali menajamkan tatapannya lurus pada Rios yang sedang memegangi kedua tangannya.
"Nggak ada yang lain, Ra. Cuma kamu."
Nara tidak suka mendengarnya. Ekspresinya terlihat lebih tajam daripada tatapannya. Kata-kata itu membuatnya semakin sebal bukannya gembira.
Tatanan kalimat yang suaminya katakan tadi terdengar sangat manis memang apalagi rautnya saat berkata demikian tampak menjanjikan, tapi anehnya Nara tidak senang.
Sewaktu Rios mencium punggung tangannya, Nara bukannya merona atau merasa berbunga-bunga tapi malah muak.
Kemudian saat Rios meraih wajahnya dan ingin mencium bibirnya, Nara mendorong pria itu.
"Aku nggak mau, nggak usah cium-cium!"
"Ayolah Sayang, Mas udah minta maaf tadi. Sekarang Mas pengen cium."
"Nggak mau, Mas! Denger nggak sih aku ngomong?!"
Jawaban Nara yang dikatakan dengan nada jengkel itu tentu saja memicu keterkejutan Rios. Terlebih karena raut wajah Nara dan sorot matanya saat memandangnya terlihat sebal, marah dan...benci?
Astaga, Nara membencinya? Sampai segitunya?
Lalu Rios memohon, "Sayang, Mas minta maaf. Abis ini Mas nggak akan nolak lagi, puasanya udah selesai. Kalo kamu mau ngelanjutin yang tadi...let's go, we go back to the room then continue the previous one. You want?"
"Enggak, makasih."
"Sayang--"
"Udah nggak napsu!"
Nara melewati Rios begitu saja untuk pergi dari dapur, meninggalkan makanan yang sudah ia masak tadi dengan terpaksa karena tidak ingin berada di dekat pria itu lebih lama.
Tetapi Rios mengikuti Nara.
"Nara, Sayang--"
"Aku nggak mau deket-deket sama Mas lagi, jadi mending Mas minggir atau pergi aja sana, jangan didepan mataku! Aku risih!"
Ketus, cara bicara Nara sangat ketus. Sepertinya ia benar-benar sudah malas berurusan dengan Rios.
"R-risih? Kamu risih sama Mas? Nggak mau deket-deket lagi? Nggak mau tidur sama Mas, hm?"
"Aku mau ke kamar, tapi aku nggak mau tidur sama Mas."
Nara berjalan lebih cepat menuju tangga sambil mulutnya terus berkata bahwa ia tidak mau dekat-dekat dengan Rios, tidak mau berada di ranjang yang sama atau dibawah selimut yang sama dan menyuruh Rios untuk tidur di sofa atau tempat lain.
Tapi bukan Rios namanya jika begitu saja langsung mengalah dan membiarkan Nara sendiri, ia melangkah lebih cepat untuk berada tepat dibelakang Nara, lalu dengan gesit kedua tangannya menyambar Nara untuk dibopong tepat sebelum Nara menapaki anak tangga pertama.
Perbuatannya itu sukses membuat Nara menjerit.
Nara yang terlonjak kaget langsung mendelik sebelum mencerca Rios dan meronta-ronta minta diturunkan.
"Apa-apaan sih?! Turunin!!!" pekiknya marah sambil berpolah agar Rios melepaskannya, matanya memelototi pria itu, "TURUNIN!!!"
Namun Rios tidak mengindahkan Nara, ia mulai berjalan menapaki tangga. Telinganya menepis dengkingan Nara yang masih mengomel dengan suara yang lebih keras dan galak.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE [TERBIT]
RomanceSUDAH TERBIT DI FIRAZ MEDIA PUBLISHER *** "Saya nikahkan dan kawinkan Kyra Alinara binti Kaif dengan ananda Manu Rios Fernandes dengan mas kawin berupa cincin emas 24 karat, 100 triliun uang, 1 unit rumah mewah, 5 unit gedung apartemen, 50% saham da...