***
Semilir angin pagi bertamu ke dalam kamar Nara melalui jendela yang terbuka agak lebar, tirai jendela berwarna putih tulang itu bergoyang-goyang tertiup angin. Harum kamar Nara sangat semerbak, wanginya tersebar ke penjuru ruangan.
Disana, didepan cermin panjang yang bertengger didekat sudut ruangan, pantulan Rios yang sedang mengenakan kemejanya terlihat jelas. Sementara itu, dibelakang Rios Nara juga tengah memakai bajunya.
Rios sudah di tunggu oleh Aslan, jadi ia harus bersiap-siap secepatnya.
Nara selesai lebih dulu, ia melepaskan gelungan rambutnya dan menyisir rambutnya dengan tangan. Rios berbalik saat itu, ia mengulurkan sebuah gulungan dasi berwarna hitam polos pada Nara sambil memasang kancing teratas kemejanya.
"Sayang, Mas boleh minta tolong pasangin dasinya?"
"Aku?"
"Iya cinta," sahut Rios sembari menaikkan kerah kemejanya.
Nara langsung mesam-mesem karena sahutan mesra Rios itu, ia mengangkat tangannya untuk menabok lengan Rios.
"Bisa aja," ujarnya hampir cengengesan.
"Udah jangan senyum-senyum terus, nanti Mas mabok lagi Sayang," kata Rios seolah menggoda Nara.
Namun Nara masih tersenyum. Tanpa mengendurkan senyum manisnya ia meraih dasi yang diulurkan Rios kemudian mengambil tempat di hadapan Pria itu. Kepalanya mendongak jauh untuk melihat Rios.
Rios sangat tinggi. Dibanding dirinya, tinggi Nara bahkan tidak mencapai bahu Pria itu. Dan dari pantulan cermin, terlihat jelas perbedaan postur tubuh mereka. Rios sangat besar, tinggi dan tegap. Sedangkan Nara mungil, kecil dan pendek.
"Aku nggak nyampe," kata Nara, "Agak turun sedikit bisa enggak?"
Tak perlu diminta dua kali Rios segera merendahkan tubuhnya sampai tangan Nara bisa meraih kerah kemejanya. Wajahnya hampir sejajar dengan wajah Nara.
Kemudian Nara memasangkan dasi yang ada ditangannya ke kerah kemeja Rios. Sementara Nara memasangkannya dasi, Rios menyibakkan rambut disisi wajah Nara yang menutupi keelokan paras cantik istrinya ini kebalik telinganya, mata Rios memandangi Nara lekat-lekat.
Nara tampak serius sekali merajut simpul dasi Rios hingga tak peduli kalau Rios sedang memandanginya, mata Pria itu bahkan tidak berkedip saat menatapnya. Wajahnya jadi terasa panas karena tatapan Rios.
"Sayang...."
Nara tak melihat Rios sedikitpun, tangannya begitu lihai merajut simpul dasi Rios.
"Aku tau aku cantik, tapi jangan diliatin terus, nanti aku terbang," guraunya, berharap kalau Rios akan berhenti memandanginya.
Rios cepat-cepat memegangi pinggang ramping Nara seolah-olah takut Nara benar-benar terbang.
"Jangan dong Sayang, nanti Mas minta jatahnya ke siapa kalo kamu terbang?"
Nara melirik keras Rios, "jatah teross! Jatah aja yang dipikirin!"
"Pokoknya nanti malem Mas mau minta jatah lagi!"
"Nggak mau!"
"Jatah! Titik!" kata Rios tak mau di ganggu gugat.
"Semalem kan udah, dikamar mandi juga udah, masih aja kurang! Mas nggak capek apa nagih jatah terus?" tukas Nara dengan raut garangnya.
"Enggak. Saking enaknya kamu Mas nggak pernah capek, kurang terus malah."
"Enak enak! Emangnya aku makanan?!" raut Nara tambah garang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE [TERBIT]
RomanceSUDAH TERBIT DI FIRAZ MEDIA PUBLISHER *** "Saya nikahkan dan kawinkan Kyra Alinara binti Kaif dengan ananda Manu Rios Fernandes dengan mas kawin berupa cincin emas 24 karat, 100 triliun uang, 1 unit rumah mewah, 5 unit gedung apartemen, 50% saham da...