MINE | Chapter 05

214K 10.1K 342
                                    


Nara duduk termenung menatapi pantulan dirinya di cermin meja rias. Bibirnya agak lecet akibat ciuman ganas Rios tadi, dan gigitan pria itu pada lehernya membekas jelas. Tubuhnya masih mengingat dengan jelas sentuhan Rios dan ciuman pria itu yang singgah dibibir, pipi, dan lehernya. Rasanya sangat memabukkan, melekat erat dan tak mau hilang.

“Tubuh kamu bener-bener menguji keimanan Om.”

Nara menarik napas berat mengingat ucapan Rios itu yang dikatakan dengan ekspresi wajah penuh gairah. Setelah Rios menyentuhnya dengan cara seperti tadi, sungguh, pikirannya langsung amburadul.

***

Rios mandi dibawah guyuran shower untuk mendinginkan kepalanya yang terasa panas sambil memikirkan kejadian tadi. Sungguh, ia hampir saja melangkah lebih jauh tadi kalau saja erangan Nara tidak sampai ke telinganya untuk menyadarkannya.

Padahal itu hanya bayangan, sesuatu yang tidak nyata, tapi meski begitu Rios tetap merasa bersalah. Ia sangat mendambakan Nara, sehingga saat dirinya tidak bisa mendapatkannya hal itu membuatnya kecewa.

Ketika Rios keluar dari kamar mandi, Nara sudah tidak ada, mungkin pergi ke atas. Tapi tas sekolahnya tertinggal di lemari pendek tempat mereka tadi berciuman.

Rios memindahkan tas Nara ke tempat tidur sebelum mulai bersiap-siap karena harus pergi setengah jam lagi. Saat itu ponselnya yang tergeletak di tempat tidur berdering. Ia mengangkat panggilan masuk yang ternyata dari Aslan sembari pergi ke depan lemari pakaiannya.

"Halo, Pak?" sapa Aslan lebih dulu.

"Iya. Gimana, Lan?"

"Komisaris Lee minta janji pertemuannya dimajukan jam lima sore karena harus kembali ke Korea secepatnya nanti malam."

"Oke."

"Dan pak Marchel memaksa ingin bertemu Bapak nanti malam."

"Marchel?" Rios mengernyit, ia agak penasaran mengapa pria itu ingin bertemu dengannya.

"Saya sudah dijalan untuk jemput, Bapak. Dua puluh menit lagi sampai."

"Oke," balas Rios lalu memutus sambungan teleponnya dan memilih sebuah setelan formal yang akan dikenakannya. Ia selesai berpakaian saat telinganya mendengar ketukan di pintu kamarnya. "Masuk."

Bi Minah masuk dan segera menghadap, "Pak," panggilnya sopan.

Rios cukup heran melihat penampilan bibi yang sangat rapi seperti orang mau pergi jauh. "Bibi mau pergi kemana?"

"Bibi boleh minta izin libur sebentar, Pak?"

"Kenapa?"

"Suami Bibi lagi sakit di kampung, jadi Bibi mau liat keadaannya. Itupun kalau Bapak kasih izin," terang Bi Minah menyampaikan maksudnya dengan hati-hati.

Mata Rios mengembang mendengar berita buruk dari bibi ini. Tanpa pikir panjang ia mengangguk  "Boleh."

"Makasih banyak ya, Pak. Bibi janji nggak akan lama-lama."

"Iya, Bi. Santai aja."

Bi Minah tersenyum dan berterimakasih sekali lagi sebelum berpamitan.

Belum lama bibi pergi, telinga Rios kembali mendengar suara ketukan. Kali ini adalah Nara yang sudah masuk dan berdiri dibelakangnya sana. Gadis itu memandangi punggung Rios tanpa bersuara sementara Rios hanya melihat pantulan dirinya dari cermin lemari tanpa ingin melihat yang asli.

"Ada apa, Ra?" tanya Rios tanpa berbalik.

"Tas ku ketinggalan," jawab Nara sambil mencari dan menemukan tasnya ditempat tidur Rios.

MINE  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang