MINE | Chapter 38

134K 7.2K 827
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Gibran menatap Rios jengah, begitupun sebaliknya. Setelah adu mulut dengan volume tinggi tadi, Rios langsung bungkam begitu Gibran memberitahunya kalau Dewan Direksi sudah menunggunya di ruang meeting.

Jengkel. Rasanya Rios sangat jengkel. Ia menyesal karena sudah datang ke kantor hari ini. Dewan Direksi sialan yang menggangu waktunya dengan Nara.

Namun pada akhirnya Rios tetap menghadiri meeting itu meski ia harus meninggalkan Nara yang masih tertidur di ruangannya, sendirian.

Tidak setega itu Rios benar-benar meninggalkan Nara tanpa penjagaan, ia pergi setelah Aslan kembali dengan membawa pesanannya. Dititipkannya Nara pada Aslan.

Dan setelah berjam-jam lamanya, menjelang sore, Rios baru keluar dari ruang meeting. Sebagai atasan yang baru saja kembali setelah libur panjang, dengan terpaksa Rios harus membuang waktunya untuk bercakap-cakap dengan para Dewan Direksi, sebentar. Padahal ia sudah sangat ingin kembali ke ruangannya untuk melihat Nara.

Apa Nara masih tidur? Atau malah sudah bangun?

Baru beberapa jam tidak melihat wajah Nara dan Rios sudah begitu merindukannya. Beginikah rasanya jika sedang kasmaran?

"Woy! Manu Rios Fernandes!" Tukas Gibran yang berdiri di samping Rios, didalam lift.

Pria itu mengawal Rios, ceritanya. Setelah selesai berbincang-bincang dengan beberapa Dewan Direksi tadi, Gibran langsung memaksa untuk ikut dengan Rios.

"Ini di kantor, Gibran. Nggak usah ngelunjak, saya masih atasan kamu!" ucap Rios dengan ekspresinya yang lebih tegas.

"Tai kucinglah, Yos. Tau ini di kantor tapi malah bawa perempuan, jengkel gue," singut Gibran, ia masih saja kesal karena Rios yang datang terlambat dan malah membawa Nara ke kantor.

"Nara istri saya."

"Iya, tapi Nara perempuan, kan?"

Rios menghela napas. Tentu saja Nara perempuan. Namun pertanyaan Gibran sangat tidak penting untuk di tanggapi.

"Sikap lo makin hari makin buat gue geleng-geleng kepala. Nggak habis pikir gue, lo kalo udah bucin jadi tolol ya, ternyata."

"Diemlah, berisik!" ketus Rios sebal, namun Gibran masih tetap mengoceh.

"Waktu itu lo bilang kalo lo nggak pernah kepikiran buat cinta sama Nara, tapi sekarang malah bucin sampe tolol!"

"Kapan Saya ngomong kayak gitu?"

"Tuhkan, gedek gue lama-lama. Udah aki-aki sih, pikun kan jadinya," cetus Gibran emosi.

"Gue tau Nara itu istri lo...tapi berani banget lo ngehamilin Nara, Nara masih sekolah loh, Yos. Lupa ya? Apa sengaja? Saking nggak tahannya lo nahan nafsu?"

Rios mengernyit, cukup terkejut ia mendengar ucapan Gibran barusan. Pasalnya ia tidak pernah memberitahukan perihal kehamilan Nara pada orang lain. Hanya segelintir orang yang tahu. Dan Gibran tidak termasuk di dalamnya, terkecuali, Aslan.

MINE  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang