Suara lenguhan dan desahan Nara terdengar di sepanjang mulut dan tangan Rios menyapu daerah sensitifnya. Pria itu berubah menjadi lebih beringas saat ini. Ia menjamah sekujur tubuh Nara tanpa ampun. Kecupan, ciuman, lumatan hingga gigitan halus ia torehkan di setiap inci kulit Nara."Ngghh ...."
Nara melenguh kala Rios mengulum payudaranya dan tangan pria itu memijat area intimnya. Ternyata bukan hanya tubuh Nara yang menjadi candu untuk Rios, tapi suara lenguhan dan desahan Nara juga seketika menjadi sangat candu untuk Rios dengar. Disela pemanasan yang Rios lakukan untuk membuat Nara basah, pria itu terus menyunggingkan senyum simpul menawannya.
Rios sangat senang bisa memandangi wajah polos Nara yang terlihat sangat menikmati sentuhannya saat ini. Mulut Nara yang mengeluarkan desahan menjadi fokus utama Rios. Ia mencium penuh nafsu bibir Nara sebelum menarik dirinya. Ia meninggalkan tempat tidur sejenak untuk menanggalkan pakaiannya tanpa mengalihkan pandangannya dari Nara yang sedang menunggunya di tempat tidur.
Rios mendapati Nara berkali-kali lipat terlihat lebih menggoda dipandangi dari tempatnya berdiri dalam keadaan gadis itu yang tanpa busana. Biarlah orang lain mencap dirinya sebagai Om-om mesum, tapi memang tidak bisa ia pungkiri kenyataannya memang begitu. Berkali-kali ia menelan ludah hanya dengan melihat tubuh indah Nara yang tak terbalut benang terekspos didepan matanya.
Sementara itu, Nara memandangi Rios yang menanggalkan pakaiannya dalam kegetiran. Meski badan atletis Rios sangat menggoda untuk dipandangi, tapi mata Nara segera tertuju pada kejantanan pria itu yang ... Glek. Nara langsung menelan ludah begitu melihat ukuran kejantanan Rios yang besar dan panjang dengan uratnya yang menonjol telah menegang, dalam kasus ini, bangun.
Lalu Rios kembali naik ke tempat tidur. Diciuminya paha Nara sembari menindih gadis itu. Ia menyambar bibir Nara. Dipagutnya bibir Nara kasar, dilumatnya bibir ranum Nara tanpa jeda sambil menekan tengkuk Nara untuk memperdalam ciumannya. Kemudian, tanpa melepaskan ciumannya, Rios mengarahkan kejantanannya yang sudah tegang sejak tadi ke bibir vagina Nara untuk memulai ritualnya. Tapi ternyata tidak mudah. Lubang Nara sangat sempit ternyata, saking sempitnya kejantanan Rios sampai ditolak mentah-mentah.
Padahal Nara sudah cukup basah, tapi ternyata itu tidak cukup membantu Rios meloloskan kejantanannya dengan mudah. Entah milik Nara yang kesempitan atau malah adiknya yang terlalu besar. Nara melenguh disela ciuman Rios.
Tanpa aba-aba Rios mulai mendobrak masuk lubang sempit Nara dengan paksa. Ia menghentakkan kejantanannya kuat-kuat tanpa jeda membuat Nara kelonjotan. Hentakannya semakin menjadi dan semakin memaksa. Ia menyudahi ciumannya dan duduk bersimpuh sambil memegangi pinggang Nara. Ia seperti tidak memberi ampun sebelum upayanya berhasil.
Shit.
Rios memaki dalam hatinya. Jika begini caranya, bisa dipastikan Nara akan sangat kesakitan nanti.
"Omh pelan-pelan," pinta Nara, ia merasa tersiksa karena tusukan Rios yang sangat kasar.
Rios mendengar Nara, tapi ia tak peduli. Hentakannya masih kasar sampai akhirnya ....
Blass
"Akh!"
Kejantanan Rios berhasil masuk setelah upayanya bersusah payah mendobrak paksa. Perlahan namun pasti Rios membenamkan kejantanannya ke kedalaman lubang Nara.
Nara meringis merasakan perih dan sakit yang tiba-tiba menjalar di area kewanitaannya. Tangannya tanpa sadar mencakar punggung Rios.
Rios tak bergerak. Dirinya menolak waras setelah kini merasakan betapa milik Nara menjepit kejantanannya erat-erat. Sungguh, belum bergerak saja Rios sudah merasakan kenikmatan yang luar biasa. Ia merasakan jiwanya seperti tersesat di kedalaman hutan belantara dimana terdapat banyak kupu-kupu beterbangan. Sangat memabukkan.
Tapi sebaliknya, Nara tidak merasakan apa yang Rios rasakan. Bukannya kenikmatan yang didapat tapi malah rasa perih yang dideranya. Tanpa di perintah, mata Nara meneteskan air mata. Rasanya seperti ada yang sobek di area kewanitaannya dan itu membuatnya tak kuasa menahan tangis.
"Hiks ... sakit."
Suara tangisan Nara langsung membuat Rios tersadar.
"Sakit Om ..." kata Nara memberitahu dengan matanya yang berkaca-kaca.
Tentu saja, Rios yakin Nara pasti merasakan sakit yang kelewat batas karena keperawanannya baru saja dirobek dengan cara yang kasar. Tapi kurang ajarnya Rios ia bahkan tidak merasa bersalah atau menyesal setelah membuat Nara kesakitan.
Rios merendahkan tubuhnya sampai wajahnya mencapai wajah Nara. Diusapnya pipi Nara yang basah dengan lembut.
"Hiks ... jahat!" tukas Nara sembari menahan air matanya yang terus mengalir.
Rios tidak marah Nara mengatainya jahat, ia malah mengecup kening Nara sebagai balasan. "Maaf, Sayang. Abisnya sempit banget, Om jadi nggak sabar."
"Tapi kan pelan-pelan bisa," keluh Nara.
"Kuat aja susah masuknya apalagi pelan, Sayang."
"Perih!" seru Nara. "Hiks ...."
"Iya iya. Om gerak sekarang biar perihnya cepet ilang, tahan sebentar, oke?"
Nara menyeka air matanya yang menggenang lalu mengangguk. Rios tak menunda waktu lebih lama dan mulai bergerak. Awalnya pelan, untuk beberapa menit Rios memulainya dengan sangat pelan agar Nara bisa beradaptasi dengan benda asing yang baru pertama kali memasuki vaginanya. Rios juga kembali mencium bibir Nara, lalu mencumbu leher dan payudara sintalnya agar Nara tak terlalu memikirkan rasa perih akibat gesekan di area bawahnya. Lalu setelah dirasa Nara terbiasa, perlahan Rios menambah kecepatannya.
"Masih perih, Sayang?"
"Enggakh ..." jawab Nara dengan susah payah menahan desahan.
Rios mengulum senyumnya sebelum menambah lagi kecepatan gerakannya.
Kamar itu penuhi oleh suara-suara desahan Rios dan Nara. Tempat tidur Rios pun ikut berdecit karena kegiatan panas yang tengah berlangsung diatasnya.
Deru napas mereka tak terelakkan lagi saling bertabrakan di udara. Tubuh mereka mulai berkeringat melembabkan kulit. Rios semakin keras menghentak Nara sehingga suara decapan alat kelamin mereka terdengar lebih jelas.Sepuluh menit, dua puluh menit, tiga puluh menit kemudian dengan berbagai posisi dan teknik yang Rios kuasai.
Nara menjambak rambut Rios begitu merasakan tubuhnya bergetar akibat aktivitas ini yang tanpa jeda. Tiba-tiba saja dirinya merasa tegang, ia menggelinjang menahan sesuatu yang ingin keluar dari dalam tubuhnya. Ia melenguh dibawah pengawasan Rios. Tangannya menjambak rambut Rios lebih kuat saat dirinya mencapai pelepasannya. Nara orgasme begitu banyak yang membuat tubuhnya mulai terasa lemas.
"Om ...."
Oh Shit!
Rios memekik dalam hati. Nara terlihat sangat menggairahkan melebihi apapun. Benar-benar a little bitch miliknya seorang.
Kini Rios pun berada di puncaknya. spermanya siap menyembur di rahim Nara, namun sebelum itu terjadi Rios cepat-cepat menarik keluar kejantanannya karena tak ingin mengambil risiko keluar di dalam. Ia memuntahkan cairannya yang cukup banyak di bibir vagina Nara.
Rios mengambil napas sebanyak mungkin untuk menenangkan dirinya dari hawa nafsu yang masih menggelora. Kenikmatan tiada tara yang baru saja Nara berikan terus membuncah dalam otaknya.
Nara mengejang saat Rios memasukinya lagi dengan tiba-tiba.
"Om!" seru Nara. Rasanya memang tidak seperih yang pertama, tapi karena kegiatan kasar Rios tadi, area kewanitaannya masih terasa nyeri.
"Sekali lagi, Sayang."
"Hah?"
"Satu ronde lagi, Ra."
"Apa?!"
"Uang jajannya Om tambah."
Mata Nara mengembang, bukan karena tergiur, melainkan karena tak mengerti maksud Rios.
"Malem ini Om booking kamu sampe pagi, biar setimpal."
"Apa-apa ... akh!"
Rios lepas kendali.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE [TERBIT]
RomanceSUDAH TERBIT DI FIRAZ MEDIA PUBLISHER *** "Saya nikahkan dan kawinkan Kyra Alinara binti Kaif dengan ananda Manu Rios Fernandes dengan mas kawin berupa cincin emas 24 karat, 100 triliun uang, 1 unit rumah mewah, 5 unit gedung apartemen, 50% saham da...