Nara terbangun. Matanya yang terasa berat ia paksa untuk terbuka lebih lebar. Penglihatannya langsung terarah pada Rios yang sedang duduk ditepi tempat tidur dengan memunggunginya. Remuk, rasanya sekujur tubuhnya remuk. Perih dan linu masih menjalar di area kewanitaannya. Rasa sakit yang ditinggalkan Rios di area kewanitaannya setelah hampir semalaman penuh pria itu menyetubuhinya tanpa henti membuat Nara meringis.
Nara tidak tahu ini jam berapa, tapi sepertinya sekarang sudah pagi, dan ia harus bersiap-siap untuk pergi ke sekolah mengingat hari ini ada pembagian raport. Tapi sayangnya tubuhnya terasa lemas. Jangankan bangun, untuk bergerak saja dirinya tak kuat, belum lagi karena rasa nyeri yang dideranya.
Rios benar-benar lepas kendali semalam. Kalau saja tidak memikirkan Nara yang sudah tidak berdaya, ia pasti akan tetap menyerang Nara semalaman penuh. Tapi karena tak tega melihat Nara yang sudah keletihan melayaninya, Rios jadi mengurungkan niatnya untuk menyetubuhi Nara sampai pagi. Ia harus bermain lembut mengingat ini adalah yang pertama untuk Nara.
Pria itu menoleh kebelakang untuk memeriksa Nara yang ternyata sedang memandanginya. "Udah bangun?"
Nara mengangguk. Dirinya berusaha bangun sambil meringis menepis rasa nyeri. Tangannya memegangi selimut yang menutupi tubuh polosnya agar tak melorot.
"Mau ngapain?" tanya Rios.
"Mau mandi abis itu berangkat sekolah," jawab Nara sambil melilitkan selimutnya.
Melihat Nara yang berniat turun dari tempat tidur, Rios langsung pergi ke sisi ranjang dimana Nara berada. "Nggak usah," sergahnya.
"Aku ada pembagian raport hari ini jadi harus masuk," kata Nara seraya berdiri.
"Emangnya bisa jalan?"
"Bis—"
"Udahlah nggak usah berangkat sekolah hari ini!"
"Raport ku nggak ada yang ngambil kalo aku nggak berangkat, Om!"
"Nanti Om suruh Aslan yang ngambil."
"Hah?"
"Hari ini kamu ikut Om aja."
"Ikut kemana?"
"Ke kantor."
Nara sangat terkejut mendengarnya. Ada acara apa sampai-sampai Rios ingin membawanya ke kantor? Ia pun bertanya, "Buat apa?"
"Temenin Om kerja," jawab Rios, matanya menatap lurus Nara, tangannya terulur untuk menarik selimut yang membalut tubuh Nara.
"Mau ngapain!" bentak Nara sambil menabok tangan nakal Rios.
"Katanya mau mandi?"
"Iya, tapi—"
"Sebentar lagi Aslan dateng, jadi mending kita mandi sekarang."
"K- kita?"
"Iya, kita. Berdua. Om sama kamu." Rios memperjelas.
Pipi Nara merona membayangkan adegan mandi bersama itu. "Nggak ah, Aku mandi sendiri aja."
"Biar cepet Sayang, mandinya berdua aja sama Om."
"Nggak mau."
"Kenapa nggak mau?"
"Malu!"
"Ya ampun, malu segala. Om udah liat semuanya semalem."
"Justru itu, malu!"
Rios pun tertawa karena gemas. Lalu ditangkupnya wajah Nara dan mengecup keningnya penuh sayang. "Kamu ini ya bikin Om gemes aja."
Pipi Nara semakin merona karena perkataan Rios dan tatapan teduhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE [TERBIT]
RomanceSUDAH TERBIT DI FIRAZ MEDIA PUBLISHER *** "Saya nikahkan dan kawinkan Kyra Alinara binti Kaif dengan ananda Manu Rios Fernandes dengan mas kawin berupa cincin emas 24 karat, 100 triliun uang, 1 unit rumah mewah, 5 unit gedung apartemen, 50% saham da...