Tak terasa gelap pun jatuh, di awal malam menuju petang yang dingin.
Untuk yang kesekian kalinya di hari senin yang sangat padat ini Rios membolak-balikkan berkas-berkas pekerjaannya, mengotak-atik dokumen dalam bentuk file yang tersimpan di dalam komputernya juga membaca dan membalas email penting yang masuk.
Belakang ini CEO industri perhotelan itu sangat sibuk hingga dirinya tidak memiliki waktu untuk berduaan dengan Nara, jangankan berduaan, hanya sekadar mengobrol berdua seperti biasanya pun tidak.
Dikarenakan kesibukannya ia juga mudah terserang lelah terlebih di usianya yang kini tak lagi muda karena beban pekerjaan yang menumpuk, begitu sampai dirumah ia langsung tidur tanpa bangun-bangun sampai menjelang pagi.
Ia tidak lagi bisa menemani Nara begadang. Selain itu, ia bahkan belum sempat menjenguk jabang bayinya ngomong-ngomong.
Ya, making love, berhubungan intim, seks dengan Nara, belum. Padahal Nara selalu memintanya setiap malam, tapi ia terlalu lelah untuk melakukan kegiatan panas itu.
Nara sepenuhnya mengerti dan tidak memaksa, walaupun raut wajahnya kelihatan sekali tampak sebal, marah dan kecewa karena ajakannya belum juga diiyakan atau terlaksana, tapi istrinya itu tidak banyak omong.
Tiga jam lalu ia sudah memberitahu Nara bahwa dirinya akan pulang agak larut malam, lagi, seperti biasanya melalui short message. Dan seperti biasanya, tidak ada balasan komentar dari Nara meski pesannya telah dibaca.
"Yos?"
"YOS?!!!"
Rios tersentak kaget akibat gertakan Gibran barusan. Matanya yang sepat ia perintahkan untuk melihat sepupunya itu, ponselnya ia geletakkan dimeja sementara tubuhnya hampir saja merosot dari kursinya.
"Udah mau jam sepuluh, pulang sono."
Rios tidak menyahut, rasanya ia sangat malas bersuara karena seharian ini ia sudah melakukannya tanpa henti. Diliriknya jam digital yang ada di meja kerjanya.
Pukul 21.43 malam.
"Balik Yos, balik! Emang lo nggak kangen sama Nara?"
"Kangen."
"Ya udah balik, rajin banget lo dari kemaren lembur mulu. Kasian tau Nara nungguin dirumah."
"Lo kalo mau balik balik aja, kerjaan gue belum kelar. Proposal penelitian——"
"Disuruh pulang malah laporan," sergah Gibran cepat, "mending lo balik sekarang, proposal penelitian biar gue yang urus. Besok gue cek, sekalian gue aja yang pergi Bandung."
Rios menaikkan alisnya, merasa cukup heran dengan sikap Gibran yang tiba-tiba ingin meringankan salah satu beban pekerjaannya.
Tentu ia akan sangat berterimakasih jika Gibran secara sukarela mau melakukan perjalanan bisnis ke Bandung menggantikan dirinya, jadi ia tidak perlu bingung akan memberitahu Nara.
"Aslan udah gue suruh balik, jadi lo nyetir sendiri atau panggil driver pengganti aja biar aman."
"Tumben, kenapa? Ko lo baik banget hari ini? Nggak banyak omong lagi kayak biasanya." Rios merasa cukup bugar sekarang setelah diajak mengobrol oleh Gibran.
"Gue berisik dikomen, gue diem masih aja dikomen, heran deh."
"Ya gue heran juga, jarang-jarang loh Bapak Gibran menawarkan diri untuk meringankan pekerjaan saya," ucap Rios sengaja mengejek.
"Ya nggak papa, sekalian gue mau mampir ke rumah mertua. Gue mau bawa Emma juga balik ke Bandung."
"Ada acara apaan emang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE [TERBIT]
RomanceSUDAH TERBIT DI FIRAZ MEDIA PUBLISHER *** "Saya nikahkan dan kawinkan Kyra Alinara binti Kaif dengan ananda Manu Rios Fernandes dengan mas kawin berupa cincin emas 24 karat, 100 triliun uang, 1 unit rumah mewah, 5 unit gedung apartemen, 50% saham da...