Acaranya sedang berjalan dengan sangat meriah. Dan Rios benar-benar tidak bisa menemani Nara selama berada disana, jangankan menemani, berada dalam jarak yang dekat saja tidak suami Nara itu.Rios tidak terlalu memikirkan Nara karena ada Aslan yang menemaninya, mungkin lebih tepatnya Rios meminta Aslan untuk menjaga istrinya kalau-kalau para tamu undangan Papanya itu tak sengaja mendekati Nara. Apalagi Marisa juga ada disana, Rios jadi suntuk. Tapi karena Marisa berada di satu meja yang sama dengannya ia jadi tak perlu khawatir mantan istrinya itu mendekati Aslan yang menemani Nara.
Siapa sangka kalau Rios akan duduk dilingkaran itu, Marisa, Galih, dan Marcel. Rasanya memuakkan. Tapi sudahlah, tidak ada gunanya menggerutu, lagipula menggerutu bukanlah gayanya.
"Mas..." Marisa mendekat pada Rios, namun Rios tak menggubrisnya, "masih dendam sama aku?"
Pertanyaan lancang Marisa itu membuat Rios langsung menoleh padanya "saya sama kamu udah nggak ada urusan lagi, jadi kalo nggak penting jangan ajakin saya ngomong!"
Marisa melirik Galih dan Marcel yang fokus ke depan melihat Pak Fernandes dan Tania, "seenggaknya kupikir kita masih bisa berteman. Aku tau aku salah, mau sebanyak apapun aku minta maaf, kamu pasti nggak akan mau maafin aku, tapi..."
"Tolong ya, Marisa. Jangan buat saya mengulangi ucapan saya!" kata Rios memberi peringatan, berharap kalau dirinya bisa pergi dan menemui Nara sekarang juga.
Rios mungkin tidak tahu, tapi sebenarnya Nara sedang mengawasinya dari belakang.
Nara duduk bersama Aslan di meja yang jaraknya agak jauh dari meja Rios, tapi dari tempatnya duduk Nara bisa melihat Rios dengan jelas.
Contohnya seperti cara Rios duduk dengan menyilangkan kaki, dan pria itu yang sedang mengobrol dengan wanita di sampingnya.
Nara juga bisa melihat dengan jelas wajah wanita di samping Rios yang menurutnya sangat cantik. Ia pun bertanya-tanya dalam hati, siapa kiranya wanita itu hingga bisa mengobrol dengan Rios begitu mudah?
Aslan yang tau kemana arah mata Nara memandang lalu berdeham dan menggeser sedikit kursinya mendekati Nara, "kamu mau tau siapa perempuan yang duduk di samping Pak Rios, Nara?" tanyanya agak pelan.
Nara menoleh pada pria itu, "siapa Om?"
"Mantan istrinya Pak Rios, Bu Marisa."
Jawaban itu cukup untuk membuat Nara tak nafsu mencicipi sepotong kue didepannya.
"Kamu nggak papa?" tanya Aslan seolah mengerti perasaan Nara.
"Nggak papa, Om."
"Oh iya, kamu udah jadi ketemu sama Pak Fernandes dan Ibu Tania?"
"Udah. Tapi nggak lama," jawab Nara, otaknya menggali memori saat Rios membawanya untuk menyapa Pak Fernandes satu jam yang lalu sebelum acara dimulai.
Tidak ada yang istimewa dalam pertemuan singkatnya tadi, hanya ini dan itu. Pak Fernandes masih tak menyukainya, tapi Bu Tania sangat ramah padanya.
Nara cukup bersyukur akan itu.
***
Dua jam kemudian, acara perayaan pernikahan Pak Fernandes dan Tania masih berlangsung.
Rios sudah banyak bercakap-cakap dengan hampir seluruh tamu undangan bersama Pak Fernandes juga Tania. Ia sudah sangat terserang bosan sekarang, matanya mulai mencari-cari keberadaan Nara.
Beberapa detik kemudian ia melihat Nara yang sedang berdiri sendirian di dekat meja panjang dengan tumpukan berbagai jenis hidangan makanan dan minuman diatasnya. Tapi ia tidak mendapati Aslan bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE [TERBIT]
RomanceSUDAH TERBIT DI FIRAZ MEDIA PUBLISHER *** "Saya nikahkan dan kawinkan Kyra Alinara binti Kaif dengan ananda Manu Rios Fernandes dengan mas kawin berupa cincin emas 24 karat, 100 triliun uang, 1 unit rumah mewah, 5 unit gedung apartemen, 50% saham da...