MINE | Chapter 13

142K 7.9K 609
                                    


Rios mengurut pelipisnya, rasanya ia lapar sekali. Ia ingin makan tapi karena kedatangan teman Nara yang tiba-tiba itu ia jadi tidak bisa makan bersama Nara. Apalagi sekarang teman Nara itu pingsan.

Ya ampun, merepotkan sekali, pikir Rios.

Dan lagi ini sudah hampir jam tujuh, Aslan sudah menjemputnya untuk pergi ke bandara, jadi ia harus pergi sekarang.

"Om pamit ya Sayang," kata Rios pada Nara yang tengah menunggu temannya di ruang tamu dan masih pingsan.

Nara mengangguk.

Rios melihat sekelilingnya, tidak ada siapapun kecuali Salma yang terbaring pingsan diatas sofa. Aslan sudah duluan ke depan dan bibi sepertinya di ruangan lain entah sedang apa.

"Maaf ya Om, aku nggak tau kalo ibu bakalan kasih alamat rumah ini ke Salma."

"Nggak papa, tapi kalo dia nyusahin kamu usir aja."

Nara tak menyahut.

"Ya udah Om pamit sekarang,"

"Iya."

"Kalo ada apa-apa langsung telpon Om, atau kirim chat kalo Om nggak bisa ditelpon."

Nara mengangguk, memaksakan wajahnya untuk tersenyum, "iya."

Cup.

Rios mendaratkan kecupan di kening Nara, "Assalamualaikum Sayang."

"Wa'alaikumussalam."

Nara masih tersenyum sampai Rios benar-benar meninggalkannya.

***

Nara menghela napas panjang, ia masih tampak frustasi, namun lebih ke pusing. Bukan pusing kepala mumet, tapi pusing dalam arti lain.

"Salma? Bangun kenapa, pake pingsan segala ih," ucap Nara tak sabar pada Salma yang terbaring di sofa panjang. Ia menepuk-nepuk pipi Salma.

"Sal?" panggil Nara lagi cukup kuat, namun Salma masih tetap dalam mode pingsannya.

Sudah hampir lima belas menit lebih sejak Salma pingsan dan sampai sekarang ia belum bangun meski Nara terus memanggilinya.

"Bi? Siram air aja kali ya biar cepet bangun," ujar Nara pada bibi yang menemani dirinya menunggu Salma sadar.

"Hus, nanti basah semua Non."

"Abisnya pake minyak kayu putih nggak mempan. Maksudku mukanya di cipratin air gitu sedikit, biar cepet bangun."

Bibi merespon dengan gelengan kepalanya, "udah tungguin aja, nanti pasti sadar sendiri kok. Bibi bantu kipasin."

Nara tidak mengatakan apapun. Ekspresi wajahnya tampak cemas karena Salma tidak kunjung bangun.

"Kayaknya kaget banget sampe pingsan begini," kata bibi sambil mengingat keributan tadi.

Dalam hatinya Nara setuju. Tentu saja Salma kaget begitu mendengar dirinya ini sudah bersuami, tapi kalau sampai pingsan begini berarti kagetnya bukan kaget biasa.

"Sebentar ya bibi ambilin air minum anget dulu, siapa tau bibi kesini lagi mba Salmanya udah bangun."

Nara mengangguk menyahuti bibi.

Dan benar saja, tak lama setelah bibi pergi, Salma sadar. Gadis itu membuka kelopak matanya, pandangannya langsung terarah ke langit-langit rumah yang sangat tinggi diatasnya.

Nara yang melihat Salma sudah sadar langsung bangkit dari duduk bersimpuhnya untuk duduk di tepi sofa dimana Salma berada.

"Sal?"

MINE  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang