MINE | Chapter 27

104K 6.3K 522
                                    

Rasanya seperti mimpi. Semuanya terjadi begitu saja. Dalam dua hari, banyak hal sudah terjadi.

Nara diperkosa, dan laki-laki yang telah memperkosanya dikabarkan meninggal dunia. Sebab kematian laki-laki yang telah memperkosa Nara itu adalah karena Rios.

Murkanya Rios karena istrinya diperkosa berakibat fatal untuk Galih. Wajah Galih sudah hancur karena hantaman tinju Rios yang kuat dan bertubi-tubi. Kepala bagian belakangnya bocor karena dihantam botol beling. Dan penyebab utama kematiannya adalah karena cekikan pada lehernya.

Cekikan dapat menyebabkan kerusakan otak, kerusakan kognitif, dan meningkatkan risiko stroke. Fatalnya, cekikan akan menyebabkan kematian jika sang korban tidak segera menerima pertolongan pertama. Itulah yang terjadi pada Galih. Ketika dibawa ke rumah sakit kondisinya sudah kritis, dan tidak sampai 24 jam dirawat, dia menemui ajalnya.

Beberapa hari telah berlalu. Rumah Pak Fernandes masih saja ramai oleh para pelayat. Tadinya Rios tidak sudi untuk datang kesana, tapi sepertinya ia harus menampakkan batang hidungnya disana sekedar untuk basa-basi.

Keadaan Nara masih sama. Gejala depresinya malah timbul. Ia seringkali menarik diri dari jangkauan Rios. Ia sedih dan putus asa. Ia merasa sangat bersalah akan sesuatu, gagal dan sendirian. Semangat hidupnya telah hilang, ia juga selalu berpikiran negatif mengenai semua hal. Bahkan meskipun ia sudah menerima fakta bahwa dirinya ini sedang hamil dan mengandung anak Rios, Nara belum juga membaik. Pikirannya hampa.

Setelah mendengar kabar kematian Galih, Nara terlihat syok bukan main. Ia tidak percaya kalau gurunya itu sudah meninggal. Ia tidak percaya sampai Rios nekad membawanya ke rumah Pak Fernandes untuk menunjukkan padanya secara langsung bahwa Galih memang sudah mati.

Nara tertegun mematung di dalam mobil. Matanya menatap kosong papan karangan bunga yang bertuliskan “Turut berduka cita atas berpulangnya Chanan Galih Fernandes....” yang berjejer di sepanjang jalan masuk pekarangan rumah Pak Fernandes.

Dari luar, rumah itu terlihat begitu penuh dan sesak oleh orang-orang dan karangan bunga itu sendiri.

Aslan duduk tenang di kabin sopir tanpa bersuara sedikitpun.

Rios melihat Nara yang sejak tadi menatap kosong pintu masuk pekarangan rumah Pak Fernandes. Tatapan kosong tak fokus Nara membuat Rios merasa gila.

"Om mau masuk sebentar ya Sayang," katanya pelan di telinga Nara.

Nara tak merespon. Ia melamun, entah melamunkan apa.

***

Begitu banyak mata dari para pelayat yang terdiri dari orang-orang besar mengawasi kedatangan Rios, terutama para pekerja rumah Pak Fernandes. Para pelayan yang pernah melihat Rios mengamuk itu langsung menyingkir begitu Rios lewat. Aura Rios membawa kengerian dalam benak mereka. Terlebih korban dari amukan Rios—tuan muda kedua majikan mereka meninggal akibat amukan ganasnya.

Rios langsung pergi ke sebuah ruangan dan duduk di salah satu sofa tunggal yang ada di sana. Matanya sibuk menyapu keadaan ruangan yang agak suram itu. Lalu seorang wanita tua yang merupakan kepala pelayan rumah datang untuk membawakan Rios minuman.

"Mana Papa saya?"

"Tuan Fernandes sedang menemani nyonya Tania, akan saya panggilkan Tuan setelah ini," kata wanita itu, "saya permisi."

MINE  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang