14

108 8 13
                                    

ARISTAN

- Happy Reading -
____________________

Aris keluar dari kamarnya dan segera menuju ke dapur. Saat ini ia telah siap dengan seragam sekolah yang terpasang rapi di tubuhnya.

Ia menatap seluruh ruangan dapur, namun tak terlihat siapapun disana. Tak lama kemudian, muncullah seorang wanita paruh baya dengan membawa sepiring roti bakar serta susu hangat di atas nampan.

"Den Aris sudah siap? Ini sarapan dulu," ucap wanita itu ramah. Ia adalah asisten rumah tangga di rumah Aris, namanya Bu Dedah.

Aris menarik kursi lalu duduk di sana. "Papa sama Mama mana, Bu?"

"Bapak udah berangkat kerja, Den. Ibu juga pergi ke salah satu cabang restorannya karena katanya ada sedikit masalah," jelas Bu Dedah.

Aris menghembuskan napasnya pelan. "Oh gitu, ya, Bu."

"Iya, Den Aris. Kalau gitu Ibu mau ke belakang dulu, masih ada cucian. Nanti kalau udah selesai sarapan-" Perkataan Bu Dedah terpotong saat Aris menyelanya.

"-taruh aja piring sama gelasnya di situ, nanti biar Ibu yang beresin," sambungnya membuat Bu Dedah tersenyum. "Ibu udah ngomong kayak gitu ke aku hampir setiap hari."

"Iya, ya. Den Aris aja sampai hapal," balas Bu Dedah lalu dibalas kekehan oleh Aris.

Seperginya Bu Dedah untuk melanjutkan pekerjaannya, Aris pun memulai sarapan. Rasanya sangat hampa dan sepi. Hal ini sudah sering ia jalani hampir setiap hari.

Ia tahu, kedua orangtuanya sengaja mencari kesibukkan masing-masing agar bisa terhindar dari pertikaian. Tapi, seharusnya masalah itu diselesaikan, bukan malah dihindari.

Tak butuh waktu lama untuk Aris menyelesaikan sarapannya. Setelah selesai, ia kembali ke kamar untuk mengambil tas serta memakai jaket jeans berlambang Arbaaz.

Aris mulai berjalan ke arah pintu. Namun, langkah kakinya mendadak terhenti ketika matanya menangkap sebuah bingkai foto yang terpajang di dinding kamarnya. Dalam foto itu terdapat Adnan, Sella, Aris dan seorang cewek yang umurnya terpaut dua tahun lebih muda dari Aris.

Kaki yang semula hendak melangkah ke arah pintu pun ia urungkan dan beralih melangkah mendekat ke arah bingkai itu. Tangannya terangkat bebas dan mengelus bagian foto cewek itu.

Kedua sudut bibirnya terangkat dan membentuk sebuah senyum tipis. "Gue kangen lo."

Tak lama berselang, senyum tipis itu berubah menjadi sebuah senyum getir penuh kepiluan. "Lo tau? Semenjak lo nggak ada di rumah ini, rumah ini udah nggak sebahagia dan seharmonis dulu lagi."

Aris beralih menatap arloji di pergelangan tangan kirinya. Jam telah menunjukkan pukul 06:15 yang artinya waktu masuk kelas tersisa 15 menit lagi. Dengan segera, ia keluar dari rumahnya kemudian mengeluarkan motor dari garasi.

Sebelum berangkat, Aris terlebih dahulu mengenakan helm fullfacenya kemudian menghidupkan motor dan melaju dengan kecepatan sedang menuju ke sekolah.

Tak memerlukan waktu lama bagi Aris untuk segera tiba di sekolah. Namun, ia tak langsung membelokkan motornya ke arah sekolah, melainkan meneruskan putaran roda motornya ke Warbasis.

"Woah, dateng juga akhirnya lo," ucap Reza saat Aris baru saja duduk di sebuah bangku.

"Iya lah. Ya kali nggak dateng," balas Aris.

"Nggak pesen makan?" tanya Brian.

Aris menggeleng pelan. "Gue udah sarapan tadi di rumah," balasnya tenang seakan tanpa ada masalah apapun.

ARISTAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang