55

40 5 7
                                    

ARISTAN

- Happy Reading -
____________________

Sejak jam istirahat hingga pulang saat ini, Intan sama sekali tidak melihat tanda-tanda keberadaan Aris di sekolah. Biasanya, dimana ada Intan maka disitu ada Aris. Ini terasa aneh namun Intan sedikit menyukainya. Karena, setidaknya seharian ini tidak ada yang berusaha mengganggunya. Suhu tubuhnya yang tadi pagi lumayan panas setidaknya sudah mulai reda karena meminum obat yang didapatnya dari UKS sekolah.

Intan saat ini telah berada di halte depan sekolah menunggu jemputan Lintang. Kedua sahabatnya telah pulang lebih dulu karena ia yang meminta. Rafael juga sudah pulang setelah Intan menolak ajakannya untuk pulang bersama.

Sambil menunggu sang Ayah, Intan memainkan ponselnya sembari bermain ponsel. Tiba-tiba, sebuah suara memanggil namanya membuat Intan lantas menghentikan aktivitasnya.

Intan mendongak memperhatikan siapa sosok yang berdiri di hadapannya saat ini. Sosok itu tersenyum padanya lalu dibalas serupa oleh Intan.

"Sendirian aja, Kak?" tanya Anin. Dialah orang yang memanggil nama Intan tadi.

"Iya, Nin. Lo kenapa ke sini? Nggak bareng Aris?"

Anin menggeleng. "Nunggu jemputan. Aris udah pulang duluan soalnya. Emang lo nggak tau, Kak? Kan lo pacarnya?"

Intan tercekat mendengar penuturan Anin. Satu hal yang bisa ia simpulkan; Anin belum mengetahui tentang hubungannya dan Aris yang telah berakhir lebih dari seminggu yang lalu.

"Emm ... dia nggak ada kasih tau gue sih," jawab Intan berbohong.

Anin mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. Tak terlintas sedikitpun rasa curiga dihatinya.

"Duduk sini, Nin. Emang lo nggak capek berdiri terus?" Intan menepuk bagian kursi yang kosong di sebelahnya.

"Lo kok nggak pernah keliatan bareng Aris lagi, Kak?"

Intan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia berusaha mencari jawaban yang tepat untuk ia ucapkan kepada adik dari mantan pacar taruhannya itu.

"Akhir-akhir ini lagi sibuk. Apalagi seminggu lagi mau ulangan semester. Jadi, lebih banyak waktu belajar di rumah," jawabnya.

"Iya juga sih." Anin menganggukkan kepalanya.

Tak berselang lama, sebuah mobil berhenti di depan halte. Itu adalah mobil Lintang. Intan segera bangkit dari duduknya dan berpamitan kepada Anin.

"Papa gue udah dateng. Lo mau sekalian ikut nggak?" tanya Intan menawarkan.

Anin menggeleng seraya tersenyum. "Lo duluan aja, Kak. Papa sama Mama bentar lagi jemput aku kok. Mereka udah mau ke sini abis nganter Aris," tolak Anin halus agar tidak menyinggung perasaan Intan karena kalimat penolakan darinya.

"Oh, ya udah deh kalau gitu. Gue duluan ya, Nin." Intan melambaikan tangannya kepada Anin seraya tersenyum.

"Hati-hati, Kak?" balas Anin.

Intan membuka pintu mobil kemudian duduk di samping kursi kemudi, lebih tepatnya di sebelah Ayahnya.

"Siapa itu?" tanya Lintang setelah mereka memulai perjalanan menuju ke rumah.

"Adik temen aku, Pa. Namanya Anin."

"Kok Papa baru liat? Adik temen kamu yang mana?" Lagi-lagi Lintang bertanya dengan penuh rasa penasaran.

Intan terdiam beberapa saat membuat percakapan mereka terhenti sejenak. "Adik temen aku dari kelas IPS IV. Papa nggak bakalan tau orangnya," ucap Intan, berharap sang Ayah tidak bertanya lebih jauh lagi.

ARISTAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang