ARISTAN
- Happy Reading -
•••
Di lapangan SMA Lentera Bangsa saat ini banyak para murid yang sedang berolahraga. Ada yang mulai bermain badminton, voli, futsal, basket, tenis meja dan beberapa permainan bola lainnya. Aris, Brian, Frans, Ricky memilih ikut bermain futsal. Sedangkan Reza, Jeremy dan Michael bermain basket.
Waktu jam istirahat tersisa beberapa menit lagi. Sebagian murid yang kelelahan akihat ikut bermain kini beristirahat sebentar dengan duduk bersamaan di pinggir lapangan seraya mengipas-ngipaskan tangan ke wajah agar tidak merasa kepanasan. Namun berbeda dengan Reza, Jeremy, Michael dan beberapa cowok lagi yang bermain basket. Mereka nampaknya sangat menikmati olahraga satu itu.
"Woy! Nggak capek apa kalian?" teriak Ricky.
"Nanggung," balas Jeremy sebelum men-shooting bola ke arah ring.
"Bentar lagi nggak papa kan, Ris?" tanyanya pada Aris yang masih berdiri di pinggir lapangan. Cowok itu hanya mengacungkan jempolnya mengiyakan.
Saat bola yang di-shooting Jeremy masuk ke dalam ring, para murid yang menonton permainan merekapun sontak bertepuk tangan dan berteriak heboh.
"YES!!! SKOR 5:2!" pekik Reza sambil berlarian mengelilingi lapangan bola basket, tak lupa dengan kedua tangan yang diangkat tinggi ke atas. Memperagakan seolah sudah menang lomba basket Internasional.
Tak lama berselang, bel tanda masuk berbunyi. Para siswa siswi pun segera masuk ke kelas. Bersiap menghadapi mata pelajaran selanjutnya.
Hal yang sama tentu saja dilakukan oleh Intan, Raqilla dan Jesna. Ketiga gadis itu berjalan dari arah kantin yang berada di belakang kelas XI IPS V menuju tangga yang ada di dekat kelas XI IPS III. Ketiganya berjalan beriringan dengan Intan di samping kiri, Raqilla di tengah, dan Jesna di samping sebelah kanan.
"Za! Nih ambil bola basketnya!" Michael melambungkan bola basket ke arah Reza yang berdiri di pinggiran lapangan.
Saat hendak menangkap bola itu, sayangnya tangkapan Reza meleset. Akhirnya bola basket melambung jauh hingga ke arah kelas XI IPS III, dimana terdapat tiga orang cewek sedang berjalan tanpa menyadari jika ada bola yang pasti akan mengenai salah satu diantara mereka.
"Woy, awas!!!" Beberapa siswi yang melihatnya memekik keras ketika bola itu sudah hampir mengenai salah satu siswi.
Mendengar pekikan itu membuat Intan, Raqilla dan Jesna menoleh serentak. Ketiganya membulatkan mata kaget, sebuah bola basket sedang mengarah ke mereka.
Grap!
Dug!
Bola itu berhasil mengenai seseorang. Tapi, bukan salah satu diantara ketiga cewek itu. Melainkan Aris. Iya, bola itu tepat mengenai
Aris lebih dulu karena ia sedang melindungi seseorang.Aris berdiri di depan tubuh Intan dengan tangan kiri yang ia lingkarkan pada pinggang gadis itu. Intan masih menutup matanya takut-takut jika bola basket tadi akan mengenainya. Namun setelah beberapa saat, ia tidak merasakan apapun di tubuhnya. Hanya satu, sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya, dengan maksud menahan tubuhnya agar tidak jatuh ke lantai.
Perlahan Intan membuka matanya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah seorang cowok dengan tatapan khawatir yang terpancar dimatanya.
Aris, cowok yang melindunginya dari serangan bola basket Juga menopang tubuhnya aga tidak jatuh ke lantai karena gerakannya yang mendadak menarik tubuh Intan tadi.
Andai sedetik saja Aris terlambat melindunginya, mungkin sekarang Intan sudah terkena lemparan bola basket itu. Dan kemungkinan besar sasarannya adalah kepala Intan. Karena tadi Aris merasakan jika kepalanya lah yang menjadi korban bola basket itu.
Cukup lama keduanya terdiam. Mereka sama-sama larut dalam pikiran masing-masing dan tentu dalam keadaan saling bertatapan. Sampai saat Michael datang, keduanya pun segera berdiri tegak dan menormalkan ekspresi mereka.
"Eh, sorry, ya? Gue beneran nggak bermaksud ngelempar bola basket ke arah kalian," ucap Michael yang baru saja datang mendekat pada mereka.
Intan mengangguk dengan raut wajah yang biasa saja. "Iya nggak papa."
"Lo nggak papa?" tanya Aris. Jujur, Ia memang sedikit ragu menanyakan hal itu pada cewek di depannya ini.
Intan menoleh, mendapati Aris yang masih menatapnya. Cewek itu mengerutkan kedua alisnya. "Buta mata lo? Lo nggak liat gue baik-baik aja?"
"Santai aja dong lo kalau nyahut! Orang nanya baik-baik malah nyolot." Karena jawaban Intan terkesan tidak sopan, akhirnya Aris berucap demikian.
Raqilla menyikut tangan Intan lalu berbisik. "Tan, kasar banget sih lo," tegurnya. Ia rasa ucapan sahabatnya itu sangat tidak sopan terhadap Aris yang sudah membantunya.
"Bodo amat!" Tanpa banyak kata, Intan segera berjalan lebih dulu tanpa mempedulikan kedua sahabatnya.
"Gila tuh anak. Asal nyelonong aja dia," gumam Jesna sambil menatap Intan yang semakin jauh dari pandangannya.
"Btw, itu kepala lo nggak papa?" tanya Raqilla ragu-ragu. Pasalnya gadis itu tidak terlalu mudah berbicang dengan cowok, termasuk dengan para anggota Arbaaz di sekolah ini.
"Nggak gagar otak kan lo abis kena bola basket?" cerocos Jesna spontan. Seperti biasanya, gadis itu suka asal ceplos kalau berbicara.
Ricky datang dan merangkul Aris. "Ah elah! Bola basket doang nggak ada apa-apanya bagi Aris mah."
Brian juga ikut mendekat, mengambil bola basket yang berada tak jauh dari kaki Michael. Cowok itu sempat melirik sebentar ke arah dua cewek di depan Aris.
"Kantin, beli minum!" titahnya tanpa menoleh ke arah teman-temannya. Brian berjalan melewati Raqilla dan Jesna tanpa permisi.
Aris, Reza, Ricky, Frans, Jeremy, dan Michael pun mulai mengikuti langkah Brian menuju ke kantin.
"Woi, maafin temen gue, ya?" ucap Raqilla sedikit berteriak karena Aris sudah berjalan agak jauh.
"Ganteng-ganteng, ya?" bisik Jesna sambil terus menatap kepergian tujuh laki-laki itu.
Raqilla menoyor kepala Jesna pelan. "Cowok terus pikiran lo."
"Biarin! Daripada lo ngejomblo abis kena ghosting!"
"Udah ah! Yuk, ke kelas. Intan pasti udah sampe dari tadi," ajak Raqilla sekaligus mengalihkan topik pembicaraan.
Sedangkan di kelas, Intan duduk di bangkunya dengan kedua tangan yang menopang dagu. Cewek itu menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menghalau pikirannya.
"Apaan sih gue mikirin tuh cowok?!" batinnya. "Ya kali gue suka. Dia sama sekali bukan tipikal gue!" gerutunya.
"Ini cuman deg-degan biasa aja kali. Mungkin karena refleks gara-gara bola basket yang hampir kena gue tadi," lirihnya berusaha bersikap bodo amat.
Intan menarik napas kemudian menghembuskannya secara perlahan. Berusaha menormalkan degup jantungnya yang sedari tadi tak henti-henti menari alias berjoget heboh layaknya Reza yang lagi denger lagu Segudang Rindu.
•••
To be continue⚘
KAMU SEDANG MEMBACA
ARISTAN [END]
Teen FictionBagaimana jadinya jika seorang Aris Keano Favian yang tak pernah jatuh cinta bisa terikat dalam sebuah hubungan akibat sebuah taruhan dengan seorang cewek pemilik predikat playgirl seperti Intan Alessandra Alena? Awalnya memang begitu sulit. Namun s...