03

119 8 2
                                    

ARISTAN

- Happy Reading -

•••

Setelah perseteruan adu mulut antara Intan dan Aris beberapa menit yang lalu, membuat keduanya resmi dihukum membersihkan debu dan menyusun buku-buku di rak perpustakaan yang letaknya tak beraturan.

"Gara-gara lo nih! Dihukum kan jadinya!" gerutu Intan dengan menyalahkan Aris.

Keduanya berbagi tugas. Intan menyusun buku-buku dan Aris bertugas membersihkan debu di rak menggunakan sebuah kemoceng.

Harusnya mereka tidak dihukum jika saja hanya sekedar adu mulut biasa. Namun tadi, Intan malah berbicara kasar serta menyebutkan kata 'anjing'. Terlebih lagi Ibu Sri mendenga dan melihat sendiri cewek itu berbicara demikian. Alhasil, inilah hukumannya sekarang. Lalu, Aris? Cowok itu juga ikut kena hukuman dengan alasan dia yang memulai perseteruan lebih dulu.

Gerutu demi gerutuan dilontarkan Intan kepada Aris. Sedangkan cowok itu hanya diam. Malas meladeni cewek seperti Intan. Ia hanya sibuk dengan aktivitasnya membersihkan debu.

"Gue nggak salah apa-apa malah ikutan kena hukum," lirih Aris pelan. Bahkan sangat pelan hingga gumamannya itu mungkin hanya bisa didengar oleh seekor lalat kecil yang melewatinya.

Cowok itu meletakkan kemoceng di atas rak kemudian berjalan ke arah kursi dan duduk di sana. Merasa tak ada pergerakan dari Aris, Intan pun menoleh. Ia melihat cowok itu sedang duduk santai sambil memejamkan matanya.

Dubrak!!!

Akibat gebrakan yang Intan lakukan, Aris sedikit terjingkat kaget dan membuka matanya. Aris pun menatap Intan dengan tatapan tak suka.

"Lo apa-apaan sih?" tanya Aris ketus.

"Lo kenapa malah diem trus santuy di situ, hah?! Ganteng doang, tapi kerjaannya ngandelin perempuan," cetus Intan menyinggung.

"Hukuman ini nggak sepenuhnya salah gue, ya! Sadar dong yang ngomong kasar tadi tuh siapa," balas Aris ketus. Cowok itu bangkit dari duduknya kemudian kembali melaksanakan hukumannya.

"Itu karena lo-nya aja yang nyebelin!" jawab Intan tak ingin kalah.

Aris tak menjawab lagi. Ia sadar, melawan seorang perempuan tidak akan pernah ada habisnya.

Saat tugasnya sudah selesai, ada suatu dorongan membuat Intan menoleh ke arah Aris. Cowok itu masih membersihkan debu di rak sebelah dengan posisi membelakanginya.

"Apa lo liat-liat?!" tanya Intan ngegas saat Aris tak sengaja menoleh ke arahnya. "Puas lo liat gue dihukum?"

"Nggak waras nih anak. Yang ngeliat duluan siapa, yang ngegas siapa," batin Aris.

"Yang ngeliatin duluan siapa sih? Geer banget lo jadi cewek," ucap Aris tak acuh. Merasa tugasnya selesai, Aris kembali meletakkan kemoceng ke tempat semula dimana ia mengambilnya.

"Disini nggak cuman lo yang kena hukum tapi gue juga!" jawab Aris. "Makanya kalau ngomong tuh difilter dikit. Jangan asal nyerocos aja," gumamnya.

"Lo sih ngeselin!"

"Kok lo nyalahin gue?"

"Lah emang elu yang salah!"

"Kalian kalau masih mau berantem, sana di lapangan sekalian!" tegur Bu Sri tegas dari mejanya. Guru itu tentu saja mendengar percekcokkan antara kedua orang murid kelas XI itu.

Seketika keduanya diam. Memandang ke arah sebuah dinding pembatas antara ruangan Bu Sri dan ruang perpustakaan. Kemudian keduanya saling pandang. Mengisyaratkan kalau jangan berbicara lagi.

ARISTAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang