40

51 4 5
                                    

ARISTAN

- Happy Reading -
____________________

Sejak kejadian dua hari yang lalu ketika di kafe, Rama dan Intan memang sedikit kurang berkomunikasi secara berdua. Jika ada, itupun hanya sekedarnya saja.

Seperti pagi ini, dimana Rama membereskan pakaiannya ke dalam koper dibantu oleh Intan, tak ada pembicaraan diantara keduanya. Sunyi penuh keheningan tercipta diantara keduanya, hanya ada suara detik jam dinding yang terdengar.

Hari ini sudah tepat satu minggu Rama berada di Jakarta, dan hari ini pula ia akan kembali ke Surabaya. Terdengar begitu cepat jika ia melakukan magang hanya dalam waktu satu minggu.

Sebenarnya, bukan tanpa alasan Rama magang di Jakarta tepatnya di perusahaan Lintang. Gavin, papanya memang menyuruhnya lebih dulu mempelajari hal-hal perusahaan di kantornya Lintang sebelum di kantornya sendiri. Karena bagi Gavin, menitipkan Rama pada perusahaan Lintang untuk magang bisa mempercepat pemahaman anak itu tentang bagaimana mengurus perusahaan dengan baik dan benar di bawah arahan dan pimpinan Lintang.

Jam baru menunjukkan pukul 06:00 pagi, tapi Rama sudah membereskan perlengkapannya terlebih dulu agar nanti ia tidak tergesa-gesa saat akan pulang ke Surabaya.

"Gue hari ini pulang. Nggak tau kapan bakal ke sini lagi. Mungkin, sehabis ulangan. Itupun kalau jadi," ucap Rama memecah keheningan di pagi Minggu itu.

Intan menutup koper milik Rama, kemudian menoleh. "Iya, nanti kalau ke sini lagi ajak Tante Vita sama Om Gavin, ya," balas Intan.

Samar-samar Rama mengangguk lalu terkekeh. "Kita ... masih sahabatan, kan, Tan?"

Intan menatap Rama serius. "Masih, dan akan terus begitu. Kecuali—" Intan menjeda ucapannya membuat Rama semakin penasaran dengan kelanjutan yang akan diucapkan gadis di depannya.

"—Kalau emang takdir yang mempersatukan kita," lanjutnya.

Rama menunduk dan tersenyum hambar. "Itupun kalau takdir berpihak sama kita. Kalau enggak, mau nggak mau gue harus ngerelain lo sama yang lain, Tan."

"Kalau gue pulang nanti, lo jangan kangen, ya?" Rama mencoba menghibur Intan, lebih tepatnya menghibur dirinya sendiri.

"Nggak bakal. Paling-paling ntar lo yang kangen sama gue," balas Intan lalu tertawa. Tawa yang merupakan candu bagi Rama. Tanpa sadar, ia pun ikut tertawa.

"Intan, Rama, ayo sarapan dulu!" Suara Aruna menggema dari luar kamar.

"Iya, sebentar!" Rama dan Intan berucap secara bersamaan. Keduanya saling pandang kemudian terkekeh bersamaan juga.

Setelahnya, mereka berdua bangkit dan berjalan ke luar kamar menuju ke dapur.

•••

Saat ini Rama, Intan, dan kedua orang tuanya sudah berada di depan rumah untuk mengantarkan Rama pulang.

"Gue pulang, Tan. Lo belajar yang rajin. Bentar lagi ulangan kenaikan kelas," ucap Rama.

"Pasti, dong!" jawab Intan semangat.

"Rama, kamu hati-hati di jalan, ya, Nak?" peringat Aruna sambil mengelus kepala cowok itu yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.

Rama tersenyum kemudian mengangguk. "Iya, Tante."

"Kapan-kapan datang lagi ke sini, ajakin Papa sama Mama kamu," ucap Lintang.

"Siap, Om!" jawabnya lalu terkekeh.

"Aku pergi dulu, ya. Assalamualaikum," pamitnya dengan mencium punggung tangan Lintang dan Aruna.

"Waalaikumussalam, hati-hati, Ram."

ARISTAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang