49

53 4 7
                                    

ARISTAN

- Happy Reading -
____________________

Intan menceritakan segalanya kepada Raqilla dan Jesna dengan diiringi isak tangis dan air mata yang tak henti-hentinya mengalir membuat matanya yang sipit itu semakin terlihat sipit akibat terlalu banyak menangis.

Raqilla dan Jesna jelas terkejut dan tak menyangka. Aris yang dikenal sebagai goodboy-nya SMA Lentera Bangsa berpacaran dengan Intan atas dasar taruhan. Sungguh, fakta yang sangat mencengangkan bagi siapapun yang mengetahuinya.

"Pantes aja waktu gue tanyain 'kenapa ngajakin gue pacaran' nggak dijawab, ternyata alasannya karena taruhan," kekeh Intan ditengah tangisannya.

Kedua sahabatnya tampak tak tega melihat keadaan yang dialami Intan. Dia, seorang cewek yang tidak pernah sekalipun disakiti atau dikecewakan oleh kedua orang tuanya, tapi sering kali disakiti oleh orang yang dicintainya. Faktanya, tak semua kisah cinta selalu berjalan dengan baik-baik saja.

"Gue boleh nginep di sini dulu, kan, Qil?" tanya Intan.

Raqilla mengangguk. Ia mengerti bahwa tidak mungkin bagi Intan pulang ke rumahnya saat ini. "Boleh. Tapi, lo kasih tau Papa lo dulu kalau lo nginep di rumah gue," ucap Raqilla yang kemudian diangguki oleh Intan.

•••

"Lo nggak pantes buat cowok yang nggak ngehargain diri dan perasaan lo."

"Hakikatnya, cewek itu harus dijaga dan dilindungi, layaknya sebuah intan. Persis sama kayak nama lo."

"Bukan cuma lo, Tan. Tapi semua cewek emang harus dijaga sebaik dan sebisa mungkin. Bukan sebaliknya yang dijadikan pelampiasan, dipermainkan perasaan, dijadikan taruhan, bahkan sampai pemuas nafsu cowok yang nggak bisa berpikir jernih."

"Gue mau ngelindungin lo dari cowok yang nggak baik dan nggak ngehargain lo sebagai cewek."

Intan termenung mengingat semua perkataan Aris dua minggu yang lalu saat di rooftop sekolah. Ia tersenyum remeh. "Ternyata saat itu lo lagi ngomongin diri lo sendiri, Ris. Lo mau ngehargain gue, tapi nyatanya lo merendahkan harga diri gue," gumam Intan pelan agar tidak di dengar oleh ayahnya.

Hari ini Intan diantar ke sekolah oleh sang ayah. Bukan karena Lintang yang menginginkannya, tapi Intan sendiri yang meminta kepadanya.

"Hati-hati di jalan, Pa." Intan mencium punggung tangan Lintang berpamitan.

Lintang mengangguk lalu mengelus kepala Intan yang terbalut hijab sekolah. "Jaga diri di sekolah. Dan ingat," Lintang menjeda ucapannya. "Jangan deket sama cowok, siapapun itu. Kecuali kalau emang penting. Paham?"

Lintang mengetahui segala hal yang terjadi pada Intan dari Raqilla dan Jesna. Sehabis pulang ke rumah tadi pagi karena diantarkan oleh Raqilla, Lintang melihat mata Intan nampak sembab. Meski putrinya itu terus berkilah mengenai penyebabnya menangis, Lintang tak habis cara untuk mengetahuinya melalui kedua sahabat putrinya itu. Raqilla dan Jesna juga tidak berani berkata bohong pada pria itu.

Gadis itu mengangguk mengiyakan. "Paham, Pa," jawab Intan.

"Papa berangkat dulu. Assalamu'alaikum," ucap Lintang.

"Waalaikumussalam," sahut Intan.

Lintang berbalik badan kemudian melangkahkan kakinya menuju ke mobil. Pria itu menancap gas dan mengendarai mobil dengan kecepatan sedang.

Dirasa sang ayah sudah pergi, Intan pun berjalan ke arah gerbang sekolah. Tapi, langkah kakinya terhenti kala terdengar suara deru motor mendekatinya. Intan menoleh dan mendapati Aris disana. Tak lupa juga dengan keenam temannya.

ARISTAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang