42

58 4 5
                                    

ARISTAN

- Happy Reading -
____________________

"Abang, kenapa udah pul—astaghfirullah, Intan kenapa?!" Marisa—Mama Kenzi dan Kezio— menghampiri Kenzi yang membawa Intan masuk ke dalam rumah. Masih dalam keadaan menggendong cewek itu.

"Ma, nanyanya nanti aja. Intan harus diobatin dulu," ucap Kenzi dan diangguki oleh Marisa.

"Ayo, bawa ke kamar Mama," ucapnya.

Kenzi dengan segera berjalan ke kamar sang Mama kemudian merebahkan Intan di kasur. Cowok itu menghampiri Marisa yang membawa kotak P3K ditangannya. "Lukanya ada dipunggung, Ma," ucap Kenzi.

"Iya. Abang keluar dulu, biar Mama yang obatin," balas Marisa.

"Aku mau balik ke sekolah, Ma. Sekalian ngasih tau Kezio masalah ini," ucapnya.

•••

Usai kembali dari lapangan karena diinterogasi oleh Pak Arif—Kepala Sekolah SMA Lentera Bangsa—semua anggota Arbaaz dihukum membersihkan seluruh lingkungan sekolah setelah pulang sekolah dan juga mendapat sanksi pemanggilan orang tua besok. Tidak semua, hanya sekitar dua atau tiga perwakilan orang tua dari anggota inti saja.

Setelah berkutat sekitar kurang lebih dua jam setengah, sebagian ada yang sudah pulang karena kelelahan, dan sebagian lagi masih bersantai dan menghilangkan penat di Warbasis.

"Gue masih heran, kok bisa-bisanya Intan masuk nerobos gitu aja ke keributan tadi," celetuk Jeremy sembari membawa teh es dengan lima gorengan di atas piring di tangannya.

"Gue juga. Padahal anggota keamanan sama OSIS udah gue suruh ngamanin semua murid," balas Brian.

"Gue jadi ngerasa bersalah," ucap Aris sambil menatap lurus ke depan.

"Gue yang seharusnya ngelindungin dia, malah dia yang ngelindungin gue," lirih Aris.

"Gue dilema. Satu sisi adik gue, dan disisi lain ada Intan," ucapnya lagi.

"Nggak papa, Ris. Semua udah terjadi. Ntar lo jengukin Intan, pastiin keadaannya baik-baik aja," ucap Michael.

"Kaget banget gue tadi, anjir! Padahal gue mau nendang burung-nya Riko. Tapi nggak jadi karena denger teriakannya Intan. Beuh, itu sakitnya pasti bukan main," ucap Ricky kemudian menyeruput marimas jambu dalam plastik di tangannya.

"Kenapa nggak tendang aja sih, Ky?" Michael kini duduk di sebelah Ricky. Spontan saja ucapan Michael segera diangguki oleh Reza.

"Ya nggak mungkin juga disaat tegang kayak gitu, tiba-tiba denger lagi suara teriakan dari Riko," balas Ricky.

"Ya, iya juga sih." Michael nampak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kemungkinan besar punggungnya pasti memar karena pukulan itu," sambung Frans kembali pada pembicaraan sebelumnya.

Aris menoleh lalu kembali terselip rasa bersalah. Demi melindungi dirinya dari pukulan kayu yang dilayangkan Agra, Intan rela menyerahkan dirinya yang terkena pukulan itu.

"Btw, Ris. Anin udah masuk sekolah lagi?" tanya Ricky.

Aris mengangguk. "Dia ngotot pengen masuk sekolah."

"Apa Intan udah tau kalau Anin adik lo?" tanya Brian membuat Aris lantas menggeleng sebagai jawaban.

"Hati-hati aja, Ris. Karena kejadian tadi, bisa aja Intan jadi salah paham sama lo yang lebih nyelamatin cewek lain dibanding dia yang notabenenya pacar lo," jelas Jeremy bijak.

ARISTAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang