23

49 4 8
                                    

ARISTAN

- Happy Reading -
____________________

"Lo udah putus sama Intan, Kez?" tanya Rafael sambil menatap Kezio serius.

Saat ini, Kezio dan Rafael sedang berada di halaman belakang SMA Kebangsaan. Jam pulang sekolah masih tersisa 20 menit lagi, tapi mereka lebih memilih bolos ke tempat itu.

Kezio yang semula sedang fokus dengan ponselnya pun segera menoleh mendengar penuturan Rafael. Ia menaikkan sebelah alisnya heran. "Tau dari mana lo?"

"Gue bisa dapat berita apapun tentang Intan," jawabnya lugas membuat Kezio berdecih.

"Kalau lo udah putus sama Intan, berarti gue bisa balikan, kan?" ucap Rafael.

Kezio menatap Rafael dengan tajam. "Nggak bisa," jawabnya datar.

"Lho, kan perjanjian kita waktu itu—"

Kalimat Rafael segera dipotong oleh Kezio. "Perjanjian kita, lo bisa balikan sama Intan setelah gue berhasil nyakitin dia. Iya, gue emang udah putus, tapi balas dendam gue buat nyakitin dia belum terbalas."

"Jadi, gue belum bisa balikan?"

Kezio tersenyum miring. "Lo bahkan udah tau jawabannya. Kenapa pake nanya lagi?"

Rafael terdiam menatap Kezio. Apakah keputusannya waktu itu untuk bekerja sama dengan Kezio adalah pilihan yang tepat?

•••

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Seluruh murid SMA Lentera Bangsa berhamburan keluar dari kelas dan menuju ke parkiran untuk mengambil motor masing-masing.

Sama halnya dengan yang lain, Intan, Raqilla dan Jesna juga keluar dari kelas namun dengan gerakan yang santai. Sengaja, karena mereka malas berdesak-desakkan di lorong kelas.

Tak lama kemudian, ponsel Raqilla berdering. Ketiga cewek itu serentak menghentikan langkahnya.

Raqilla merogoh tasnya mencari ponsel kemudian menatap layar benda pipih itu.

Om Lintang is calling ...

"Papa lo nelpon," ucap Raqilla pada Intan. "Lo nggak bawa hp?" tanyanya.

Intan dengan santainya menggeleng menjawab pertanyaan Raqilla. Lengkap pula dengan cengirannya.

"Hadeh, Intan, Intan." Jesna menggeleng-gelengkan kepalanya.

Raqilla mengangkat panggilan telepon dari Lintang. "Halo, Om."

"Intan sama kamu?"

Raqilla menoleh menatap Intan kemudian mengangguk. Ia juga tak tahu gunanya ia mengangguk untuk apa. Padahal, Lintang tidak mungkin dapat melihatnya.

"Iya. Lagi sama aku, Om, sama Jesna juga," jawabnya.

"Om titip Intan, ya. Soalnya Om nggak bisa jemput. Ada meeting mendadak 10 menit lagi," jelas Lintang.

"Iya, Pa. Nggak papa," sahut Intan yang memang mendengar ucapan Lintang karena Raqilla sengaja menghidupkan speaker pada panggilan teleponnya.

"Om, kami mau jalan-jalan dulu boleh nggak?" lontar Jesna tanpa dosa.

"Boleh. Nanti sekalian Om tambahin saldo ke rekening Raqilla, ya. Tapi inget, kalian bertiga jalan-jalannya jangan lama dan jangan telat pulang." Ucapan Lintang membuat ketiga cewek itu saling tatap. Seolah ada binar bahagia yang begitu mendalam tersirat dari mata mereka.

"Ih, serius, Om?" tanya Jesna memastikan.

"Serius. Raqilla, kirim nomor rekening kamu, ya, Nak."

ARISTAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang