Extra Part

78 3 4
                                    

ARISTAN

- Happy Reading -
____________________

Hari terus berlalu dengan hubungan yang senantiasa baik. Kedua remaja yang resmi dinyatakan bertunangan itu selalu menampakkan kebersamaan dan kebahagiaannya. Setelah dinyatakan sebagai tunangan Aris, tersemat nama Queen di depan nama Intan yang dideklarasikan oleh Reza dan disetujui oleh Ricky, Michael dan Jeremy.

Meski awalnya sedikit tak terima karena seharusnya nama Queen tersemat di nama kekasihnya kelak, Brian akhirnya menurut saja setelah dibujuk oleh Reza. Katanya, kalau Brian punya kekasih nanti, Reza sendiri yang akan mencarikan nama istimewa sebagai sematan sebelum nama cewek itu. Tugas Brian yang terpenting adalah, mencari siapa sosok cewek yang harus menjadi kekasihnya.

Berbeda dengan Frans, cowok itu hanya acuh saja dengan apa yang terjadi. Baginya, selagi tidak merugikan dan mengganggu kehidupannya, ia tidak peduli.

Di taman sekolah, sepasang kekasih itu terlihat makan siang bersama sambil menatap anggota inti yang bermain basket di lapangan.

Sebuah pertanyaan tersemat dalam pikiran Intan untuk ia tujukan pada Aris. Namun, ia terlihat ragu mengutarakannya kepada cowok itu.

Merasa Intan hanya diam sedari tadi membuat Aris menoleh dan menatapnya. "Kenapa bengong?"

Intan seketika tersadar dari lamunannya. Ia tersenyum pada Aris lalu berkata, "Nggak papa."

"Lo nggak bisa bohongin gue. Muka lo nunjukin kalau ada sesuatu. Ada apa? Bilang sama gue," bujuk Aris dengan suara lembutnya yang akhirnya membuat Intan luluh.

"Waktu lo tau Papa selingkuh sama Mamanya Zio, apa lo benci Zio sama Bang Ken?"

Aris terdiam sesaat sebelum akhirnya menampilkan senyum termanisnya. "Nggak pernah sekalipun terniat atau terbesit di hati gue buat benci ke mereka, Tan."

"Emang, gue sebagai wakil Arbaaz dan mereka anggota Batara. Dua kubu kami selalu adu motor dan baku hantam. Tapi ya itu tadi, gue nggak pernah benci sama mereka berdua dan nggak pernah ngungkit masalah pribadi ke masalah geng motor."

"Kenapa?"

"Karena nggak ada gunanya juga benci sama dendam. Yang udah terjadi ya udah. Kita cuman bisa ngejalanin apa yang udah ditakdirkan dalam hidup kita. Gue akui, Papa emang salah dan Mamanya Kezio juga salah. Tapi, apa harus kebencian semakin tertanam sementara permasalahan sudah berakhir?"

Intan menggeleng. "Enggak."

"Lo juga gitu, ya? Jangan pernah benci ataupun dendam sama Kezio atas apa yang udah dia lakuin ke lo dulu."

"Untuk itu, gue emang sedikit nggak terima, Ris."

Aris mengangkat sebelah tangannya dan mengelus puncak kepala Intan. Senyumnya tak pudar sejak tadi pada cewek itu. "Perlahan lo pasti bakal terima. Ikhlasin apa yang udah dia lakuin ke kita."

"Tapi, coba lo pikirin lagi. Kalau seandainya waktu itu Kezio nggak berniat jadiin lo taruhan dan gue nggak sengaja lewat disitu, pasti sampai sekarang kita nggak bakal sedekat ini bahkan sampai tunangan."

"Intinya, setiap kejadian yang kita alami. Susah atau senang, suka atau duka, semua pasti ada hikmahnya."

Intan mengangguk membenarkan ucapan Aris. "Lo bener, Ris. Kalau kejadian itu nggak pernah terjadi, sampai sekarang pasti kita masih suka adu bacot kayak dulu dan gue nggak bakal berhenti ngomong kata-kata kasar."

"Nah, kan. Itu hikmahnya. Udah ngerti, sayang?"

Intan tampak tersipu mendengar ucapan Aris di akhir kalimatnya. Pipinya terasa panas hingga membuatnya menutup wajah dengan kedua tangannya.

"Bucin trosss, nggak inget dunia lagi nih orang," celetuk Raqilla membuat mereka berdua terkejut.

"Ya jelas lah. Orang dunia milik mereka berdua," sambung Jesna. Entah sejak kapan mereka berdua berada di sana.

Intan berdehem guna menetralkan jantungnya setelah mendengar panggilan 'sayang' dari Aris tadi lalu menatap kedua sahabatnya dengan kesal. "Ganggu orang aja."

"Biarin!" ejek Jesna.

"Jangan berduaan. Nanti yang ketiganya setan," ucap Raqilla.

"Ya, kalian setannya," balas Intan.

Merasa tak terima, Jesna menampilkan raut tak sukanya sekaligus berkacak pinggang. "Enak aja ngatain setan. Mana ada setan cantik, keceh dan cetar membahana kayak gue?"

"Serah lo aja lah, Jes. Capek gue," pasrah Intan. Melawan Jesna memang tidak akan ada habisnya.

Puas mengganggu Aris dan Intan, Raqilla dan Jesna segera berlalu meninggalkan mereka berdua.

Sekarang Intan mengerti alasan kenapa selama ini Aris tak pernah sedikitpun menampakkan dirinya membenci Kenzi dan Kezio. Hal itu karena memang Aris menerima semuanya. Menerima segala kejadian dan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya meski begitu berat untuk di pendam seorang diri.

Dengan begitu berat dan kerasnya kejadian dalam hidup hingga membuat keutuhan keluarganya diambang perpisahan dan sampai mempertaruhkan nyawa sang adik tak membuat Aris gentar dalam menjalani kehidupannya. Entah terbuat dari apa hati dan mentalnya hingga begitu sabar menghadapi ujian yang diberikan kepadanya.

Intan tahu, tak mudah bagi Aris melewati semuanya seorang diri. Kalau saja Intan yang mengalaminya, ia tak yakin akan sekuat Aris dan pasti dirinya akan berhenti di tengah jalan dengan cara apapun. Seperti kabur dari rumah dan pergi ke tempat yang jauh contohnya.

Ia sangat bangga pada Aris. Di tengah kejamnya menjalani kehidupan karena perbuatan antara Adnan dan Marisa dulu, tak membuat Aris menaruh kebencian sedikitpun. Terlihat sekali ketulusan di dalam hatinya.

Intan merasa beruntung dicintai oleh cowok setulus Aris meski sebelumnya perjalanan cinta mereka juga begitu rumit.

•••

ARISTAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang