56

40 5 8
                                    

ARISTAN

- Happy Reading -
____________________

Tak bisa dipungkiri jika Intan merasa ada yang kurang di beberapa hari ini. Minggu pagi ini, cewek itu berdiri di balkon kamarnya dengan kedua tangan yang bertumpu pada pagar. Ia menatap lurus ke depan sambil memikirkan suatu hal.

"Apa dia bakalan lama ada di Amerika?" gumamnya pelan.

Setelah menyadari apa yang telah ia ucapkan, Intan segera menggelengkan kepalanya. Berusaha melupakan hal yang sangat ia benci itu dari pikirannya.

Panggilan telepon terdengar dari kamar membuat Intan segera berjalan masuk dan meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas sambil di-charger.

Matanya menatap ke layar benda pipih di tangannya. Yang mana, sebuah panggilan telepon via aplikasi instagram terpampang jelas. Tangannya terasa bimbang untuk menerima atau menolak panggilan tersebut. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk membiarkannya saja sampai panggilan itu terhenti dengan sendirinya.

Benar saja, beberapa detik kemudian panggilan itu berhenti dan berganti dengan sebuah direct message dari akun yang sama dengan yang menelponnya beberapa saat lalu. Intan tak tahu pasti siapa pemilik akun itu karena nama akunnya terlihat seperti bukan akun asli.

Intan duduk pada pinggiran kasur. Jemari tangannya mulai menekan dm yang dikirimkan kepadanya itu.

Terlihat sebuah pesan suara di sana. Intan pun menekan tombol play dan mulai mendengarkan percakapan itu dengan seksama.

"Kenapa harus pacar lo yang jadi taruhannya?"

Suara pertama, seakan tidak asing di telinga Intan. Tapi, ia tak tahu siapa pemilik suara itu.

"Karena gue nggak beneran cinta sama Intan. Jadi, kalau ada salah satu dari kalian yang menangin pertandingan kali ini, Intan bisa jadi pacar kalian."

Kali ini, Intan tahu jika itu adalah suara Kezio.

"Tapi, Brian juga ikut pertandingan ini, dan biasanya tuh anak nggak bisa dikalahin dengan mudah."

"Dan pasti dia yang bakalan menang."

Kekehan remeh dari Kezio terdengar sebelum ia berucap, "Kalau Brian yang menang itu artinya Intan bakal jadi pacarnya Brian."

Sakit? Jelas. Kebenaran ini jelas sanga menyakitkan hati dan perasaannya. Di mana letak harga dirinya hingga dengan mudah dijadikan taruhan begitu saja?

Tapi tunggu, siapa yang mengirimkan rekaman ini kepadanya? Intan masih tidak mengenal siapa sosok di balik akun dengan username @akv234 ini.

Saat hendak mengetikkan balasan, sebuah pesan suara kembali dikirimkan membuat Intan mengurungkan niatnya.

"Hai, ini gue Aris. Gue sengaja pakai akun fake karena semua akun sosmed gue udah lo blokir. Nomor lo juga udah ganti dan nggak ada akses bagi gue buat ngehubungin lo."

"Gue cuman pengen ngelurusin segala kesalahpahaman yang terjadi diantara kita, Tan."

"Gue nggak pernah ada niatan sekalipun buat jadiin lo taruhan waktu itu. Lo udah denger pesan suara sebelumnya kan?"

"Gue yakin, lo pasti bisa nyimpulin kalau yang gue lakuin itu demi kebaikan lo sendiri."

"Iya, gue akui kalau gue salah karena secara nggak langsung juga udah jadiin lo taruhan di situ. Tapi, apa yang gue lakuin pasti ada alesannya, Tan."

"Tapi, Tan, satu hal pasti yang harus lo tau."

"Akibat taruhan itu, gue yang awalnya nggak bener-bener cinta dan berniat cuman mau nolongin lo dari taruhannya Kezio, Juna sama Vano, akhirnya gue beneran cinta karena ketulusan hati lo."

"Lo udah jadi rumah kedua dan sandaran gue disaat gue lagi terpuruk, Tan. Itu yang bikin gue senyaman itu sama lo dan rasa cinta itu mulai muncul."

"Gue mau minta maaf sebesar-besarnya sama lo. Setelah ini, terserah kalau lo mau blokir akun ini. Seenggaknya, gue udah berusaha jelasin dan ngelurusin semua kesalahpahaman yang terjadi."

"Intiny, gue nggak pernah ada niatan jadiin lo taruhan dan nggak ngehargain lo sebagai cewek."

Sebening air mata kini mengalir dari matanya. Ternyata, dibalik perbuatan yang dilakukan Aris kepadanya, menyimpan sebuah alasan yang justru menyelamatkan Intan dari perbuatan Kezio dan kedua temannya.

Rasa benci yang ada dihatinya perlahan melebur dan berganti menjadi rasa penyesalan yang teramat sangat.

Aris, cowok yang sejak awal selalu adu mulut dengannya di sekolah rela dan berbaik hati menyelamatkan dirinya dari taruhan pacarnya saat itu. Bahkan, cowok itu mencintainya tanpa Intan sadari.

Begitu bencinya kah Intan hingga sama sekali tak melihat adanya ketulusan dari Aris?

•••

Perasaan lega kini dirasakan oleh Aris. Ia telah melakukan apa yang seharusnya sudah ia lakukan sejak awal. Sekarang, ia merasa tenang karena telah memberikan bukti dan penjelasan kepada Intan agar kesalahpahaman segera berakhir. Mengenai Intan menerima permintaan maafnya atau tidak, itu urusan belakangan. Terpenting, cewek itu sudah mendengarkan pesan suara yang ia kirimkan.

Aris meletakkan ponselnya ke atas kasur. Ia melangkahkan kaki ke meja kerjanya. Di sana, laptopnya sudah siap untuk ia gunakan merancang desain arsitektur bangunan yang akan dipresentasikan besok di kantor.

•••

Di sekolah, pagi-pagi sekali Intan sudah menumpahkan segala kesedihanya kepada Raqilla dan Jesna. Ia menjelaskan semuanya. Tentang taruhan itu dan tentang alasan Aris melakukannya.

Kedua sahabatnya itu dengan sabar memberikan kekuatan dan dukungan agar cewek itu berhenti menangis dan tidak perlu merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan. Wajar saja jika dia marah karena sebelumnya tak tahu menahu tentang taruhan yang dilakukan Kezio itu hingga Aris juga ikut terlibat di dalamnya.

"Gue pengen ketemu dia, Jes. Gue pengen minta maaf sama Aris." Intan terisak dalam pelukan Jesna. Sedangkan Raqilla, terus mengelus punggungnya memberikan kekuatan.

"Gue nyesel nggak dengerin dia. Gue nyesel selalu ngehindar. Kalau tau kayak gini, mending gue yang duluan minta maaf sama dia."

"Udah dibilangin kan, jangan terlalu benci. Lo sih ngeyel, nyesel kan akhirnya," ucap Jesna menohok. Bukannya membujuk, dirinya malah semakin membuat air mata Intan mengalir semakin deras. Hal itu membuat Raqilla berdecak kesal.

"Tan, lo kayak gini nggak akan ngubah apa yang udah terjadi. Yang udah lewat, biarin aja. Ke depannya, lo jangan bersikap kayak gini lagi."

"Lo nyesal itu wajar. Tapi, rasa penyesalan lo itu harus diganti dengan sikap yang lebih baik ke depannya sama Aris. Lo belum terlambat buat minta maaf ke dia," ucap Raqilla.

"Gue juga nggak terlambat buat jatuh cinta lagi kan sama dia?"

"Itu sih gue nggak tau dan nggak mau mastiin. Karena semuanya tergantung dari Aris."

"Udah ah nangisnya. Nanti temen-temen pada dateng trus nanyan kenapa lo nangis. Gue nggak mau ya denger celotehan mereka," tutur Jesna sambil menghapus air mata yang mengalir di pipi Intan.

"Lo masih punya kesempatan buat minta maaf, Tan. Dan jangan sia-siain hal itu lagi. Masalah cinta lo sama Aris, itu urusan lo sama dia. Gue dan Jesna cuman bisa dukung dan bantu sebisa mungkin biar kalian bisa sama-sama lagi nantinya."

Jika di dalam kelas ada mereka bertiga yang masih sibuk membahas tentang Aris dan Intan, beda halnya lagi dengan di luar kelas. Empat anggota inti—minus Brian dan Frans—tengah tersenyum karena merasa akhirnya apa yang seharusnya dilakukan Aris sejak lama kini sudah terjadi.

"Aris hebat. Meskipun dia nggak ada di sini, tapi dia tetep berusaha buat ngelurusin masalah yang dia tinggalin," ucap Jeremy yang lantas diangguki oleh Reza.

"Bener banget. Dan akhirnya pun, Intan udah bener-bener nyesal atas apa yang udah dia lakuin ke Aris."

"Gue harap, ini bisa jadi pelajaran buat Aris dan buat kita semua biar nggak bertindak sembarangan tanpa mikir panjang apa resiko atas apa yang kita lakuin," timpal Michael.

•••

To be continue

Bentar lagi ending, gengs!

ARISTAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang